Chapter 30

876 72 2
                                    

"Sakura-san, kau..."

"Maaf..."

"Apa anda benar-benar yakin akan memberikan jabatan anda pada Himawari?"

"Hanya dia yang paling berbakat diantara semuanya."

"Sakura..."

"Sakura-san, Sasuke-san telah sadar!"

"Ah, baik!"

Sakura sedikit menunduk pada Yuki dan Shizune sebelum akhirnya ia pergi ke ruang pasien khusus Sasuke, wanita itu pun membuka pintu lalu mendekati Sasuke yang menatapnya dengan sendu.

Plak

Satu tamparan mengenai pipi Sasuke dan membuatnya terkejut, beberapa saat kemudian Sakura tersenyum sembari menatap sendu. Wanita itu lalu duduk ditepi ranjang Sasuke, membuat Sasuke yang terus terdiam.

"Sebuah tamparan sudah cukup, kan? Aku tidak sanggup marah padamu, Sasuke-kun. Aku terlalu mencintaimu hingga sebodoh ini, kau pasti menganggap remeh diriku..."

"Sakura, itu tidak benar."

"Ya, aku tahu kau akan mengelak. Aku sebenarnya sangat kecewa, tapi jika terus ku pikirkan, aku mulai sadar."

"Tentang apa?" tanya Sasuke bingung.

Sakura tersenyum. "Kenapa kau tiba-tiba melamar ku setelah kau kembali dari perjalanan penebusan dosa mu? Bukankah itu saat setelah kau telah memiliki Menma? Saat itu aku kebingungan, kau bahkan tak pernah mengatakan padaku jika kau mencintaiku. Tapi bodohnya aku malah langsung menerimanya karena perasaanku selama ini padamu."

"Sakura, itu-"

"Aku berlebihan ya? Aku akhirnya sadar jika kau tak mencintaiku, kau menikahi ku karena ingin menyembunyikan keberadaan Menma, kan?"

Sasuke tersentak, ia tak percaya jika Sakura akan mengatakan hal seperti itu. Tapi entah kenapa pertanyaan itu benar-benar tepat sasaran, Sasuke langsung saja melamar Sakura karena takut jika hubungannya dan Naruto terbongkar, tapi pada akhirnya semua jadi seperti ini.

"Lagipula kau kan sudah mendapatkan penerus mu yang lebih kuat daripada penerus dariku yang biasa saja."

Sasuke mendelik. "Sarada itu lebih dari apapun, Sakura, dia kuat dan dia lebih dari siapapun. Jangan mengatakan hal yang tidak jelas, bahkan dia telah pantas menjadi Hokage."

"Benar juga ya..."

"Sakura.. maaf..."

"Jadi, kau akan pergi ke desa Hare ya?" tanya Sakura mengalihkan pembicaraan."

"Hn ya."

"Aku juga.. sepertinya aku harus pergi jauh dari desa ini selama beberapa saat itu menenangkan diri."

"Kau..."

"Jangan terlihat merasa bersalah begitu, Sasuke-kun, aku mungkin memang tidak berjodoh denganmu. Ku harap kalian bahagia dan setelah menjalani hubunganmu dengan Naruto, jangan membuat kami semua kecewa dengan mengecewakan dia."

"Sakura..."

"Kalau begitu aku permisi ya, Sasuke-kun. Nanti akan ku minta Shizune-san untuk memeriksakan keadaanmu."

Sasuke mengangguk sebagai jawaban, lagipula Sasuke tak tahu ingin mengatakan apa selain mengatakan maaf. Namun tanpa mereka sadari, ternyata sejak tadi Sarada mendengar pembicaraan kedua orangtuanya sembari meneteskan air mata.

"Mama.. papa..."

Sakura berlari keluar dari rumah sakit dan pergi menangis ke tempat latihan tim 7, gadis itu tak menyangka ini semua akan berakhir begitu saja. Sarada ingin marah, tapi ia tak bisa melakukannya, lagipula Sakura terlihat begitu tenang.

Tapi Sarada tak tahu, setelah Sakura kembali ke ruang kerjanya, wanita itu menangis histeris seorang diri tanpa ada yang mengetahuinya. Sementara tangisan Sarada itu, didengar oleh Boruto dan Mitsuki, tapi mereka membiarkan Sarada sendiri.

.

.

.

"Kaasan..."

"Ya? Apa kau membutuhkan sesuatu?"

"Bukan.. Sakura-san memanggilku ke rumah sakit, Kaasan."

"Eh? Ada apa ya?"

Himawari menunduk. "Sepertinya Sakura-san akan pergi dari desa, dia ingin aku menggantikannya sebagai kenapa rumah sakit."

"Aa- apa?!"

"Yang ku dengar seperti itu, kaasan. Apakah aku boleh pergi menumui Sakura-san?"

"Kita pergi bersama."

"Eh?"

Hinata dan Himawari akhirnya pergi bersama ke rumah sakit, banyak penduduk desa yang memperhatikan mereka dengan prihatin. Setelah ibu dan anak perempuan itu berdiam di mansion Hyuuga, mereka tak lagi terlihat sampai hari ini.

"Permisi, Shizune-san."

"Oh? Hinata? Ada urusan apa ya?"

"Umm.. ini tentang Himawari."

"Oh?" Shizune melirik kesamping Hinata. "Mengantar Himawari ya, di sana ruangan Sakura."

"Terimakasih..."

Hinata dan Himawari pun pergi ke ruangan Sakura, setelah mengetuk pintu dan Sakura yang mempersilahkan mereka berdua untuk masuk kedalam ruangannya. Hinata pun memperhatikan Sakura dengan menatap seksama, membuat Sakura sedikit gelagapan.

"Hinata.. kau datang juga rupanya..."

"Mata mu sembab, Sakura-san."

"Aa.. maaf jika itu mengganggumu."

Hinata tersenyum. "Padahal kita sama saja, kita sama-sama wanita yang menyedihkan."

"Kau benar, Hinata.. haha..."

"Lalu.. apa benar kau akan pergi keluar desa?"

Sakura mengangguk. "Himawari sudah menceritakannya ya."

"Iya, Sakura-san, aku merasa kaasan harus diberitahu."

"Seandainya aku sebebas, Sakura-san, aku mungkin juga akan pergi. Tapi.. apa kau yakin akan benar-benar pergi? Aku rasa itu agak..."

"Aku butuh waktu sendiri untuk waktu yang lama, Hinata, aku tidak sanggup untuk terus disini..."

"Sakura-san, setidaknya tunggulah sampai Sarada dilantik sebagai Hokage."

"Kau benar..."

"Jadi.. apa kau yakin akan mempercayakan Himawari-chan sebagai kepala rumah sakit?"

"Yeah.. aku percaya pada kemampuannya."

"Sakura-san..."

"Hinata, selama aku pergi.. bolehkah kau mengawasi Sarada? Dia mungkin butuh pendamping setelah terlepas dari Sasuke-kun dan juga aku."

"Jika itu.. tentunya tidak akan sulit bagiku, lagipula Boruto-kun sudah berjanji akan membantu Sarada."

"Benar juga..."

Sakura dan Hinata tersenyum, sementara Himawari merasa jika ibunya dan Sakura terlalu santai sebagai wanita yang ditinggalkan. Sebenarnya Himawari sadar jika keduanya hanya berpura-pura, tapi mungkin seperti itulah seorang ibu yang harus kuat didepan anak-anaknya.

Tok tok tok

"Sakura-san! Naruto-sama telah menjemput Sasuke-san untuk pergi bersamanya!"

"Sampai disini saja ya..."



.




.





.




TBC

Rahasia ~ Ninja Misterius{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang