58. Tangisan?

0 4 5
                                    

Happy reading 🌹

***

Tangisan dan keluh kesah kini terdengar keras di sebuah TPU. Semuanya tak henti-hentinya menangis.

Mengapa di saat mereka sadar, dia harus pergi? Apa dia sudah terlalu baik, sehingga dengan cepat meninggalkan kita?

"Alexa maafin gue kalau selama ini banyak salah sama Lo, Lo yang tenang ya di sana dan gue janji akan selalu ingat sama Lo"batini Kathrine, kini matanya sudah berkaca-kaca.

"Maaf, maafin gue lexa, gue adalah orang yang paling gak suka dulu sama Lo, tapi sekarang Lo itu adalah orang yang baik lexa menurut gue, gue udah salah menilai Lo,maafin gue ya, gue salah"charlisa ikut membatini dengan penuh penyesalan.

"Lo itu gadis pantang menyerah lexa, walaupun gue gak percaya Lo itu udah berubah, tapi Lo tetap aja berusaha untuk tunjukin kalo Lo itu memang udah berubah, maafin gue karena udah gak percaya sama Lo, gue minta maaf lexa"batini Bella dengan tangis nya.

"Gue harap Lo bahagia di sana, gue ikut sedih atas meninggalnya nya Lo lexa, gue minta maaf lexa sama Lo,karena kurang menjadi teman yang baik buat Lo, maaf ya"Nayla ikut sedih.

Kemudian Kathrine berdiri dari kursi rodanya, membuat semua orang menoleh, lalu tak di sangka Kathrine menghampiri mayat Alexa dan memeluknya erat dengan tangisnya.

"Lexa,maafin gue ya hiks,maaf, gue hiks minta maaf hiks kalo selama ini kurang baik sama Lo hiks, gue harap hiks Lo maafin gue hiks dan semoga Lo hiks tenang di sana hiks"ucap Kathrine terisak.

Melihat itu charlisa, Bella juga Nayla menghampiri nya dengan sedikit berlari.

"Udah Kathrine, semakin Lo kuat nangis nya, semakin gak tega nantinya Alexa liat lo, oke"Bella mencoba menenangkan Kathrine sambil mengelus punggung nya lembut.

"Gue juga hiks minta maaf lexa, semoga Lo di sana hiks baik-baik aja"charlisa ikut larut dalam kesedihan.

"Gue hiks juga minta maaf!, Gue banyak banget salah hiks sama Lo, maafin gue ya"kata Nayla turut menangis.

Bella dibuat kesal, bagaimana menguatkan ke tiganya?

Pintu ruang IGD telah terbuka dan kini menampakkan beberapa dokter yang sedang mendorong ranjang Ravael menuju ruangan operasi.

Para anggota inti Geuvats hanya melihat paketu nya sekilas yang masih menutup matanya rapat, dan bibirnya memucat dia Ravael tengah mengalami masa koma.

Afgan dan Rio semakin terisak melihat itu,namun secara diam Leandro juga merasakan sedih yang mendalam, berharap supaya dia sembuh kembali.

Reline ingin masuk, tetapi suster melarangnya. "Saya mau lihat anak saya sus"

"Iya Bu, saya tau ibu khawatir, tapi ibu tidak boleh masuk, takutnya nanti akan menganggu konsentrasi dokter Bu"

"Saya janji akan diam, tapi hiks bolehin saya masuk sus hiks"

"Maaf Bu, tidak bisa"

Leandro yang melihat itu menghampiri reline. Lalu memeluknya singkat. "Dengerin kata suster ma, oke"

"Tapi ndro, mama hiks_'

"Udah ma, kalau mama mau masuk, mama mau nantinya dokter hilang konsentrasi dan operasinya gagal?"

Reline menggeleng kuat, "hiks nggak, mama hiks gak mau itu terjadi ndro"mamanya terisak.

"Yaudah turutin aja kata dokter ma"

Reline tidak menjawab, kemudian Leandro membawanya duduk di kursi tunggu. "Semoga operasinya lancar"batini Leandro turut cemas.

Matahari sudah mulai tergelincir, udara hari ini cukup panas, tapi tak ada dari mereka yang mau meninggal pemakaman.

Betrayal is sweet  ||On Going||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang