XXIX •Kebahagiaan itu semu•

3.9K 251 31
                                    

🎶 Playing song : Lim Hyung Joo - I hope to be happy 🎶

HAPPY READING

“Apa sekali saja mereka pernah berpikir, bagaimana rasanya berada di posisiku?”

—Regi Sabiru

—Regi Sabiru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     "Re!"

     Napas Alan tercekat sebatas tenggorokan saat dengan mata kepalanya sendiri—melihat adiknya—Regi menenggelamkan diri ke dalam kolam renang. Jantung Alan berdetak tak karuan. Berbagai pikiran negatif mulai menjalar di kepalanya.

     BYUR

     Secepatnya ia melepas sendal jepit yang ia kenakan lalu langsung menjatuhkan diri ke dalam kolam—mencari-cari tubuh adiknya yang nyatanya kini—di ujung sana sudah benar-benar tak bergerak dengan mata yang sepenuhnya tertutup. Alan tebelalak, menggeleng cepat.

     "Re, abang mohon jangan."

     "Re, buka mata kamu."

     Alan meraih tubuh Regi, mulai mendayung maju dan mulai muncul dari permukaan kolam lalu lekas membawanya ketepian.

     "Re? Bangun! Bangun Regi!" di tepuk-tepuknya pipi sang adik yang pucat, tapi nihil. Regi tak bergerak sama sekali.

     Alan menekan-nekan dada Regi sekaligus berkali-kali memberikan anak itu napas buatan tapi hasilnya tetap sama, Regi tak kunjung bangun.

     Dan di situlah pikiran Alan bertambah kalut—membuat lelaki itu langsung menggendong Regi dan berjalan sedikit cepat memasuki rumah.

     "Mang! Mang! Mang!" dengan masih menggendong Regi, Alan berteriak sekencang mungkin—memanggil supir pribadi rumahnya berkali.

     "Iy—ya ampun den Regi kanapa, den?" tanya laki-laki itu dengan raut khawatir.

     "Mang siapkan mobil, ayo ke rumah sakit. Regi gak bangun-bangun!"

     "Si—

     "Ngapain kamu Al?"

     Ucapan laki-laki itu terputus saat Alan lekas menyuruhnya menyiapkan mobil. Dari arah tangga, terlihat Adli yang berjalan dengan wajah datar.

     "Regi nenggelamin diri ke kolam, Pa. Sekarang dia gak bangun-bangun," ujarnya tergesa-gesa di sertai raut khawatir.

     Adli terkekeh. "Biarin aja nanti juga bangun sendiri. Atau lebih baik gak usah bangun."

Another Pain (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang