3E

6 2 0
                                    

05.10

Di luar hujan deras. Bree sedang sibuk membongkar lemari pakaian dan menjejali dress peninggalan keluarganya satu persatu. Sementara itu Dean baru saja usai menumpuk kayu bakar dan menyalakan perapian. Ketika ia membuka jendela kayu di lantai bawah, suara gemuruh air hujan di luar terdengar keras. Dean berdiri di belakang jendela itu untuk mengamati hujan yang membanjiri pekarangan seperti air bah. Tatapannya mengikuti kemana air itu bergerak. Ada sebuah celah kecil seperti selokan di dekat sana yang mengalirkan airnya menuju sungai.

Sementara itu kabut putih kian menebal. Bukit di kejauhan hanya dapat terlihat sebagai garis gelap lurus yang samar, dihalangi oleh pepohonan tinggi yang melambaikan dahannya ketika tertiup angin. Dean mendapati bahwa menghadapi hujan badai disana bisa berkali-kali lebih mengerikan ketimbang di kota. Air hujannya yang jatuh memukul atap kayu mengeluarkan suara deruan keras yang memekakan telinga. Kayu-kayu peyangga pagar patah dari kaitannya. Di kejauhan dahan pohon yang tidak mampu menopang embusan kencang anginnya tumbang. Petir menyambar sebuah tiang besi dengan keras, menciptakan cipratan api yang hilang secepat kemunculannya.

Belasan ekor kijang berlarian di hutan, mereka sedang mencari tempat perlindungan yang aman. Namun karena banyaknya pohon di sana, nyaris tidak ada satupun tempat yang aman untuk mereka. Pohon besar bisa saja tumbang seketika. Sementara itu angin yang bertiup kencang mengayunkan jendela kayu di dapur hingga terbuka lebar. Dean mendengar suara bedebum keras saat sesuatu jatuh menyentuh permukaan lantai. Ia menutup jendela di ruang tengah kemudian berjalan cepat menuju dapur. Sisa makanan tersebar di atas lantai, bersama dengan wadah makanan dan vas biru kecil yang sudah pecah berkeping-keping. Seekor kucing hitam yang masuk melewati jendela yang terbuka sedang berkeliaran di bawah kaki meja. Ketika Dean mendekat, kucing itu sontak berlari ke bawah kursi kayu, seolah-olah tahu kalau Dean akan mengusirnya dari sana.

"Yang benar saja!"

Dean hendak melangkah melintasi ruangan, tapi baru teringat pecahan vas masih tersebar di atas lantai kayunya yang basah.

Tunggu! Basah?

Dean menegadah, tapi tidak ada air yang menetes jatuh dari langit-langit ruangan. Lantai di bagian atas pondok tidak bocor, namun air yang merembes melewati sela-sela kakinya tidak mengatakan hal lain. Jadi ia memutar tubuh dan mencari-cari ke sekitarnya. Tatapannya berusaha mengukuti jejak air, berusaha menemukan dari mana air itu berasal. Hasilnya nihil.

Tidak ada gelas yang tumpah, dan jika airnya berasal dari vas bunga, maka vas itu terlalu kecil untuk dapat menampungnya. Sementara itu, hampir setiap sudut lantai di dapur terasa lembab. Dean berpikir mungkinkah airnya berasal dari jendela yang terbuka? Rasanya mustahil. Sebelum air itu mengalir ke lantai, seharusnya air itu melewati nakas kecil yang diletakkan persis di depan jendela. Masalahnya, nakas itu tidak basah sama sekali. Tidak ada air yang merembes di belakang permukaan dindingnya.

Lalu dari mana asalnya air itu?

Dean menunduk hingga lututnya membentur lantai kayu. Kedua tangannya terbuka di atas sana, kemudian ia membungkukkan badan hingga satu telinganya menyentuh permukaan lantai. Di bawah sana ia mendengar suara cipratan kecil seperti genangan air yang jatuh dari atas pipa ke permukaan yang padat, seperti lantai semen atau baja. Airnya jatuh lambat secara bergiliran, namun suaranya seakan menggema sampai ke telinganya. Ruangan kosong di bawah tanah?

Bree tidak mengatakan kalau pondok itu memiliki gudang bawah tanah, tapi saat berkeliling kemarin, Dean tidak melihat pintu masuk menuju ruangan lain. Pondok hanya terdiri dari dua lantai: lantai dasar dan lantai atas. Ada dua pintu di lantai atas: pintu kamar yang ditempatinya dan juga pintu yang mengarah ke balkon. Dan tiga pintu di lantai dasar: pintu utama, pintu di belakang dapur dan pintu yang mengarah ke jalur setapan menuju hutan. Setelah semalaman penuh menempati pondok itu, Dean telah menghapal semua ruangannya: dua kamar kosong di lantai bawah, ruang tengah, ruang belajar tepat dimana deretan buku-buku tua dipajang di atas rak, kemudian dapur, dan dua kamar lagi di lantai atas. Kamar mandinya menyatu dengan kamar utama di lantai dasar dan di lantai atas. Ada gudang di belakang pondok. Gudang itu terletak kira-kira sepuluh meter jauhnya dari pondok. Pintunya dikunci dan dari depan tempat itu tampak gelap dan usang.

FORBIDDEN PLACE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang