Hari pelantikan Hachidaime Hokage atau Hokage ke-8 akhirnya terlaksana, selama pelantikan terlaksana, Kakashi pergi ke penjara bawah tanah untuk membebaskan Kawaki dengan permintaan Sarada sebagai Hokage.
Sementara itu, ditengah-tengah kerumunan penduduk yang melihat pelantikan Hokage, Menma terlihat berdiri menatap Sarada yang mengucapkan banyak kata untuk berterimakasih karena ia diberikan gelar Hachidaime Hokage.
Beberapa penduduk memperhatikan Menma dan memakinya, banyak yang membenci dan membicarakan Menma secara terang-terangan. Tapi Menma tak peduli, hingga ia bertemu pandang dengan Sarada yang terkejut.
"Menma?"
Suara Sarada terdengar menggema, semua penduduk menjadi riuh dan melihat keberadaan Menma. Semuanya mengelilingi Menma seperti melihat monster, tapi juga banyak disekitar mereka yang mendukung Menma karena pria itu yang menghentikan perang.
Sarada tak tahu harus bagaimana, ia masih menyukai Menma padahal tahu jika pria itu penyuka sesama jenis. Dan lagi, pria itu adalah anak papanya, menyakitkan mengetahui hal itu. Mereka ternyata sedarah, Menma lahir dari kesalahan.
"Tolong.. tolong jangan membenci Kawaki ataupun Menma."
Sarada berucap saat melihat Kawaki yang mendekat kearah kerumunan bersama Kakashi, ia tidak bisa melihat penduduknya membenci siapapun atau menerima cercaan. Disini Menma sebenarnya tidak bersalah, karena itu hanya kesalahan orangtuanya. Sementara Kawaki sebelumnya dikendalikan, itu bukan salah Kawaki.
"Kawaki dan Menma tidaklah salah, aku tidak membela mereka karena mereka adalah temanku. Tapi.. kalian tahu jika Menma terlahir karena kesalahan orangtuanya, kan? Menma juga tidak mungkin lahir jika bukan karena mereka, tapi kenapa kalian membenci Menma? Kenapa kalian tidak menyalahkan orangtuanya saja? Menma tidak tersangkut dalam hal ini, lagipula dia telah menghentikan perang untuk kita semua."
"Sarada..." lirih Sakura.
"Benar juga ya..."
"Anak itu telah membantu kita."
"Jika aku jadi dia, mungkin aku memilih untuk tidak hidup."
"Dia tidak salah..."
"Lalu Kawaki.. kalian semua juga tahu tentang karma yang ada di telapak tangannya, kan? Kawaki dikendalikan, saat itupun Boruto sempat dikendalikan. Karena Outsutsuki sialan..! Kawaki hanya terhanyut karena dia telah tertipu, dia dihasut oleh Outsutsuki jika desa kita telah menyerang desanya dan Kawaki masih naif. Kalian seharusnya mengerti jika selama ini Kawaki tidak memiliki keluarga karena desanya yang diserang, tanpa tahu itu ulah Outsutsuki."
Semua penduduk yang mendengarkan Sarada memikirkan tentang semua yang telah terjadi, ini seperti kisah Sasuke yang meninggalkan desa karena berpikir jika desa telah menyuruh Itachi menghabisi klannya.
Semuanya hanya karena kesalahpahaman, Naruto dan Sasuke pun telah pergi meninggalkan desa karena kesalahan mereka. Lalu kemudian Sakura, wanita itu pergi begitu saja setelah Sarada sekali lagi mengucap terimakasih pada para penduduk yang mau mendengarkannya.
"Mama!"
Sakura tersentak. "Sarada?"
Sarada berlari kearah Sakura dan memeluk wanita itu yang sudah keluar dari perbatasan desa, Sarada menangis tersedu karena ibunya yang akan pergi meninggalkan desa entah berapa lama.
Hati Sarada berdenyut nyeri, ia hanya berusaha kuat setelah apa yang terjadi karena ia melihat bagaimana ibunya yang begitu tegas. Sarada tentunya tak ingin kalah karena kini ia adalah seorang Hokage.
Sarada sudah dewasa sekarang, ia juga tak bisa terus bersama Sakura. Ibunya itu membutuhkan ketenangan diluar desa, bagaimanapun juga ia harus melepaskan Sakura, walau hanya sementara waktu.
"Mama..."
"Sarada, maaf..."
Sarada menggeleng dan melepaskan pelukannya, membiarkan Sakura pergi. Gadis itupun terus memandangi punggung ibunya yang semakin menjauh, hingga seseorang berdiri disampingnya.
"Maaf ya karena sudah mengacaukan keluargamu dan.. terimakasih untuk pembelaan mu tadi."
Sarada menoleh. "Menma..."
"Kau sudah menjadi Hokage, selamat ya, Hachidaime-sama," celetuk Menma memberi salam dengan tersenyum.
"Jangan berlebihan begitu..."
"Hei, aku serius."
"Ya, ya..."
"Kau akan langsung ke kantor Hokage?"
"Begitulah.. tapi.. bolehkah kita makan siang sebentar di kedai yakiniku?"
"Wah.. apa ini? Kau ingin merayakan dirimu yang menjadi Hokage?" tanya Menma menggoda."
"Anggap saja begitu, bagaimana?"
"Ayo."
.
Skip
.
.
"Menma, biarkan aku yang memanggang bagian ku sendiri!"
"Tidak apa-apa, Sarada."
"Berhenti, Menma."
"Sudahlah kau diam saja dan makan."
"Tch..."
"Aku ini pria idaman, kan?" goda Menma.
"Ya."
"Eh?"
Sarada menunduk. "Seharusnya aku tidak mengatakan ini, tapi agar aku merasa lega aku akan mengatakannya dengan jelas."
"Hn?"
"Aku menyukaimu."
Menma menatap mata Sarasa dengan lekat yang menatapnya serius, tak lama kemudian, pria itu tersenyum sembari menyuapi Sarada secara tiba-tiba. Sementara Sarada terbatuk-batuk karena perbuatan Menma yang tiba-tiba, Menma pun langsung menyodorkannya air.
"Aku serius."
"Ya, aku tahu."
"Kau..."
"Aku menyukai Kawaki. Maaf karena aku tidak bisa seperti orangtuaku, menikahi wanita padahal hatinya ada pada orang lain."
"Tidak sampai seperti itu juga," desis Sarada. "Aku tidak berharap kau membalas perasaanku, aku senang bisa jujur seperti ini. Lagipula papa yang melahirkan mu, mustahil untuk bersama. Kita seharusnya menjadi saudara saja, kan?"
Menma terkekeh. "Realistis sekali ya? Sebenarnya sejak awal aku menganggap mu sebagai saudara."
"Curang, aku kan sebelumnya tidak tahu apa-apa!"
"Benar juga..."
"Kawaki, ayo makan yang banyak untuk kebebasan mu!"
"Berlebihan sekali kau, Boruto."
"Eh, tapi.. bukankah kata-kata Sarada tadi sangat menyentuh? Hah.. aku tak percaya dia bisa setenang itu setelah apa yang terjadi."
"Hn."
"Apa aku juga bisa ya berpikir seperti Sarada?"
"Mungkin..."
"Kalian?"
"Eh?"
"Situasi apa ini?"
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia ~ Ninja Misterius{✓}
RomanceSebelum di baca... yang homophobic silahkan di skip aja, ini hanya buat fudanshi & fujoshi Kalau cerita ini alurnya gaje & aneh, skip aja ok hehe .......... Tiba tiba saja seorang shinobi asing muncul di tengah desa Konoha saat masih pemerintahan Na...