Mika memandang wanita tua yang lebih pendek darinya. Kemudian, gadis itu menjawab, "Rujak sayur."
Ekspresi wanita tua langsung berubah. Sambil melangkah mundur, dirinya mempersilakan Mika masuk. Setelah itu, wanita tua menutup pintu juga menguncinya. Mereka berjalan ke arah pintu belakang.
Pintu belakang terbuka menampilkan rak penuh boneka kain. Mika melangkah ke sebuah bangku. Ia mendudukkan diri begitu juga dengan wanita tua yang duduk di seberangnya.
"Kamu puas sama kerja Nenek, kan?" kata wanita tua dengan suara ringkihnya.
Mika mengangguk-angguk.
"Jadi buat apa kamu ke sini lagi?"
"Lepas kutukannya. Saya udah puas dia kapok."
"Eh? Serius? Dia udah jadi milik kamu lagi?" tanya wanita tua.
Mika menggelengkan kepala. Awal pertama memberi mantra kepada Haven, dirinya sangat ingin melihat laki-laki itu menderita. Namun, setelah menyaksikan Aqilla kesulitan karena Haven juga Irfan yang tampak mengerikan, ia berpikir ulang untuk melepas mantra.
"Dia udah kapok. Saya udah cukup sama itu. Ini bonekanya." Mika mengeluarkan boneka kecil dari tas selempangnya. Tangannya menyodorkan ke wanita tua.
Wanita tua mengamati boneka, lalu wajah Mika. "Kamu takut ada yang tau kamu pelakunya? Hehe, kalo soal itu, Nenek bisa kasih solusi. Cukup bayar lagi-"
"Cukup," potong Mika, "pembeli adalah raja, jadi jangan bantah lagi."
"Ho ho. Kamu sekarang bijaksana. Kalo mantranya dicabut, dia balik lagi ke bentuk asli. Jangan menyesal."
"Nggak akan," jawab Mika tegas.
Wanita tua tersenyum lebar hingga gigi-giginya yang menghitam tampak oleh mata. Tangannya mengusap tubuh boneka sambil bergumam. Di saat tengah-tengah, tiba-tiba ia berhenti. "Lepas mantra harus bayar lagi," ucapnya.
Mika kesal, tetapi masih bisa mengendalikan diri. "Berapa?" tanyanya.
"Lima ratus."
"Hah?! Lima ratus?" Mika berdiri dan mengambil vas bunga. Tangannya bersiap melempar vas ke arah wanita tua.
Wanita tua terperangah, lalu melambaikan tangan meminta Mika tidak memecahkan vas itu. Dirinya menghela napas melihat tinhkah kasar si pelanggan. "Maksudnya lima ratus dibagi sepuluh," jelasnya.
Mika memasang wajah garang. Pelan-pelan ia meletakkan vas. Usai duduk, matanya menatap wanita tua. "Lima puluh? Buat apa?"
"Nenek kan perlu modal bikin rujak."
"Ya, ya. Nih." Mika meletakkan selembar uang berwarna biru di meja. Untung saja ia bisa menawar dengan mengancam melempar vas. Jika tidak, wanita tua itu berhasil memerasnya.
"Jadi kapan mau dilepas?" tanyanya.
Wanita tua menghitung menggunakan jari-jari keriputnya. Beberapa detik berlalu, senyum menghiasi wajahnya. "Besok," katanya.
"Cepet banget," lirih Mika.
"Nah, sekarang kamu pulang."
Mika menyampirkan tas ke pundaknya, kemudian beranjak dari kursi. Sejenak, ia memperhatikan wanita tua yang mengusap uang biru. "Dikerjain bener lho," peringatnya.
"Iya, iya."
🌱🌱🌱
"Dari mana?"
Itu adalah kalimat pertama yang menyambut Mika saat memasuki rumah. Gadis itu mendengus dan membuang muka kala Theo mendekatinya. Dari sekian banyak manusia di rumah ini, mengapa harus Theo yang muncul? Mika menghentakkan kaki karena kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince's Curse
Teen FictionHati-hati dengan hati wanita. Karena jika menyakitinya, kamu bisa jadi bayi. * * * Diberkati dengan paras rupawan serta tubuh proporsional, Haven sangat memanfaatkan kelebihannya. Remaja jangkung itu memikat banyak perempuan kemudian mencampakkan me...