Enam

59 35 12
                                    

Happy reading 😁

Sela berjalan menuju kelas dengan langkah gontai. Badannya benar-benar lemas hari ini. Ia bahkan tidak tau apakah nanti dirinya sanggup mengikuti pelajaran hingga jam terakhir. Tapi walau begitu Sela tetap memaksakan diri untuk berangkat ke sekolah.

Entah semalam ia ketiduran atau pingsan namun ketika sadar ternyata jam sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi, jika biasanya ia bangun dengan badan segar pagi ini ia terbangun dengan kepala yang bagitu sakit dan darah di hidung yang sudah mengering. Jadi semalam ia mimisan?

Ia menatap kelas yang begitu sepi-karena ini memang masih terlalu pagi. Baru ada Rani di dalam kelas.

"Hay, Ran," sapa Sela pada Rani yang fokus pada ponselnya.

"Hay, jug- Lo sakit Sel?" Rani mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Enggak, gue cuma pusing dikit, "

"Beneran cuma pusing doang? " Rani bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mengikuti Sela

"Iya beneran, Rani, "

"Terus itu muka lo kenapa bisa memar gitu? " tanya Rani mengamati wajah Sela yang memar.

"Oh ini? Kemaren gue jatoh, " bual Sela, mana mungkin dia bilang kalau memar di wajahnya akibat dilempari ayah dengan vas bunga bukan?

Rani mengerutkan kening, tampak tak yakin dengan jawaban Sela, sepertinya ada yang tengah Sela sembunyikan darinya, tapi dirinya juga tidak ingin bertanya lebih jauh. Nanti kalau ingin cerita pasti Sela akan menceritakan semuanya, batin Rani. Ia tidak ingin memaksa.

Gue beneran cuma pusing Ran, tapi rasa pusingnya bikin kepala gue  berasa mau pecah, sambung Sela dalam hati.

Setelah meletakkan tas Sela menjatuhkan kepalanya ke meja.

"Ke UKS aja yuk, " Ajak Rani yang ikut duduk di samping Sela,

Sela menggelengkan kepala, " Gue baik-baik aja kok Ran, " Tolaknya

Beberapa menit kemudian Mikko datang, ia menatap kesal Rani yang menduduki kursinya. "Nyasar lu neng? Ini kursi gue, balik ke habitat lu sono" Usir Mikko.

Rani mendengus kesal, " Kasihan Sela harus duduk sebangku sama orang nyebelin kaya lu, "

"Ngomong apa lu barusan, " Balas Mikko tak terima,

" Stop, kalian kalo mau ribut jangan disini, kepala gue jadi tambah pusing," Seru Sela

"Vir lu sakit? Terus itu muka lo kenapa? Lo habis berantem? " Tanya Mikko khawatir, ia kaget melihat wajah Sela yang sangat pucat beserta luka memar di mukanya.

"Hari ini tolong jangan banyak tanya dulu bisa nggak? " Jawab Sela bersamaan dengan suara bel yang berbunyi nyaring tanda jam pembelajaran segera dimulai.

Rani kemudian segera kembali ke tempat duduknya. Kurang dari dua menit kelas sudah penuh oleh siswa yang berbondong-bondong memasuki kelas. Murid terakhir yang memasuki kelas adalah Seli, kembarannya itu memang sering datang terlambat, berbeda dengan dirinya yang selalu datang lebih awal. Ia sudah bisa menduga pasti Seli tidak mandi pagi ini, terlihat dari wajahnya yang masih kusut dan mengantuk, bahkan Seli berjalan dengan mata setengah terpejam menuju tempat duduknya tampa melirik sedikitpun ke arahnya.

Jam pelajaran kali ini bagi Sela berlangsung sangat lama. Berkali-kali Sela melirik jam yang tertempel di dinding kelas, dan berkali-kali itu pula Mikko melirik wajah Sela yang semakin pucat.

"Gue anter lo ke UKS ya? " tawar Mikko

Sela menggeleng, "Nggak perlu, "

Mikko menghela napas tipis. Mau ia tawari berapa kali pun jawabannya tetap sama.

LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang