BAB 78 [Luka Lama Yang Kembali Terbuka]

105 16 15
                                    

Hallow!
Selamat datang di cerita AKI.

Maaf kalau masih ada banyak sekali kekurangan baik dari kosah kata, penempatan tanda baca, dan lainnya.
Silakan tegur saya jika di rasa ada yang tak sesuai 💜

Selamat menikmati! Semoga suka!

______________________________________

Guys! Maaf banget aku baru up, bikes aku sok busy. Hahaha. Maaf belum profesional jadi belum bisa atur waktu dan belum bisa konsisten nulis. Hehehe.
______________________________________

Terima kasih sudah hadir dan menjadi alasan Bunda untuk tetap kuat.

Aiza

****

Happy Reading💜✨

****

Pagi ini suasana rumah itu sudah ramai, banyak sanak saudara yang dan para tetangga yang sudah berkumpul.

Tubuh dingin Azmi pun sudah berada di ruang tamu semenjak tadi pagi setelah orang tua Azmi datang. Tubuh dinginnya di tutupi kain jarik hingga sampai ke lehernya, kemudian wajahnya di tutupi dengan kain transparan yang dengan jelas memperlihatkan raut wajah Azmi yang sedang tersenyum.

Tangisan menyayat pun masih terdengar hingga saat ini dari orang tua dan kerabat Azmi. Tangisan kehilangan akan sosok yang selama ini selalu bersikap baik, siapa sangka jika Sang Kuasa mengambilnya secepat ini? Tidak ada yang menyangka, bahkan Aiza, istrinya sampai saat ini masih belum percaya dengan takdir Tuhan yang baru saja ia terima. Sampai pukul tujuh tadi pagi, Aiza tercatat sudah pingsan selama tujuh kali. Hatinya hancur, belum siap menerima kenyataan jika suami tercintanya kembali ke kepangkuan pemilik-Nya.

Namun saat Aiza bangun setelah pingsan ke tujuh tadi, air matanya tak lagi bisa keluar, perempuan yang saat ini tengah berada di kamarnya itu hanya duduk diam di atas lantai dengan posisi tubuh yang di sandarkan ke ranjang tempat tidur. Pandangannya lurus ke depan, setetes air mata pun tak ada lagi yang keluar, yang ia rasakan hanya hampa, kekosongan.

Bahkan beberapa saudara dan tetangga yang masuk ke kamarnya, mengucapkan kalimat duka dan memberinya ucapan semangat tak ada yang ia respon sekali pun. Jujur Aiza terlihat sedikit mengerikan dengan pandangannya yang kosong menatap ke depan dengan kelopak mata yang membengkak dan bola mata yang memerah.

"Dek ...." Mira masuk ke dalam kamar. Jujur, hatinya nyeri melihat kondisi Adik iparnya saat ini.

"Azmi udah selesai dikafankan, sekarang sedang dishalatkan. Kamu siap-siap ya? Mau ikut ke makam, kan?"

Aiza diam, tak menjawab sepatah katapun.

"Kakak bantu siap-siap, ya." Mira segera bangkit, pertama ia menuju lemari pakaian di kamar tersebut, meraih khimar, niqab bandana, sarung tangan, dan kaos kaki untuk dipakaikan ke Aiza. Setelahnya Mira menuju kamar mandi untuk mengambil air, ia berniat untuk membasuh wajah Aiza, supaya wajahnya terlihat lebih segar.

"Kakak basahin mukanya ya." Izin Mira, setelahnya perempuan itu membasahi tangannya dengan air dalam gayung yang tadi ia ambil dari kamar mandi, lalu membasahi wajah Adik iparnya.

"Sini, mukenanya Kakak ganti sama khimar dulu," Izin Mira, setelahnya ia mengganti mukena yang Aiza pakai dengan khimar berwarna hitam, lalu di lanjutkan dengan memasang niqab, sarung tangan, dan kaos kaki.

"Ayok Dek ke luar." Ajak Mira, Aiza manut ia berdiri kemudian mengikuti langkah Mira.

Setelah ia keluar dari dalam kamarnya, ternyata Azmi sudah selesai di shalatkan, jenazahnya sedang di persiapkan untuk di masukkan ke dalam mobil ambulance.

Assalamu'alaikum Ketiga ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang