10.12
Dean terbangun dengan kepala terasa berdenyut-denyut tak keruan. Hal pertama yang disaksikannya adalah kepala monster hitam yang menyembul di atas langit-langit ruangan. Lidahnya terjulur panjang, taring-taringnya mencuat, dan cairan putih bening keluar dari mulutnya.
Tidak! Jangan sekarang! Ayolah..
Ia memejamkan kedua matanya dengan erat kemudian menarik nafas panjang dan menghitung sampai lima sebelum mengembuskannya perlahan. Cara itu selalu berhasil karena ketika Dean membuka kedua matanya lagi, monser itu benar-benar menghilang dan kini meninggalkan langit-langit ruangan yang kosong.
Ia dapat mengembuskan nafas dengan lega. Setidaknya satu masalah hilang, tapi kemudian masalah lain muncul dengan cepat. Sembari menahan rasa sakit pada kepalanya, Dean mengangkat tubuh dari atas ranjang kemudian menatap ke sekelilingnya, tiba-tiba merasa aneh. Dean mengingat dengan jelas apa yang baru saja terjadi: ia berjalan menyusuri lorong gelap yang mengarahkannya ke tempat terlarang. Disana Dean menyaksikan gundukan tulang yang dibentuk melingkar. Gundukan itu mengarahkannya pada tengkorak manusia yang menggantung di dahan pohon oak. Dean juga mengingat patung dewi yang hancur. Panah melesat di depan wajahnya, menacap persis di batang pohon. Jantungnya berdegup kencang. Dean nyaris mati dan seseorang sedang mengejarnya. Ia berlari cepat menyusuri hutan itu tanpa tahu kemana ia pergi, kemudian saat ia merasa kebingungan memilih jalur yang harus diambil, saat itu juga seseorang memukulnya dengan keras dari belakang. Pukulannya cukup keras sampai-sampai Dean berpikir kalau tengkoraknya sudah hancur. Namun, ketika satu tangannya terangkat untuk memeriksa bagian yang dipukul itu, Dean mendapati tidak ada luka yang tertinggal disana.
Tidak mungkin. Meskipun rasa sakitnya sudah mereda tapi tetap saja ada.
Lalu bagaimana ia bisa sampai di pondok? Siapa yang membawanya kesana? Dean tidak ingat apa-apa lagi setelah jatuh pingsan. Pagi itu ia terbangun dengan pikiran kalut. Sementara kepalanya berusaha memproses apa yang terjadi disana, seluruh indra-indranya terjaga.
Jendela di kamar terbuka, memperlihatkan pemandangan langsung ke arah danau dan pondok lain di seberang sana. Cahaya matahari pagi menyusup masuk dengan bebas ke dalam ruangan, jatuh persis di atas lantai kayunya yang dingin. Ranjang yang ditempatinya kosong, Bree tidak ada disana, kemudian Dean bertanya-tanya pukul berapa sekarang?
Dengan linglung, Dean menyeret tubuhnya turun dari atas kasur. Saat bergerak menuruni tangga, Dean mendengar suara percakapan yang teredam dari arah dapur. Dean bisa mengenali suara Bree, tapi suara yang satunya lagi terdengar asing dan mereka berbicara dengan pelan, seolah sedang berbisik-bisik.
Karena penasaran Dean bergerak menuruni tangga dengan cepat. Langkahnya terhenti persis di ruang tengah. Laptopnya masih tergeletak di atas meja dalam keadaan terbuka. Namun layarnya sudah mati. Dean tidak ingat kalau ia meninggalkan jaketnya disana. Seingatnya ia menggunakan jaket itu saat menyusuri lorong menuju hutan terlarang.
Begitu sampai sekat dinding yang membatasi lorong dengan dapur, Dean mengintip ke dalam, sekilas melihat Irine berdiri berhadap-hadapan dengan Bree dan mengatakan sesuatu yang terdengar seperti, "pilih! Kau harus memutuskannya sekarang, sebelum terlambat.."
Seharusnya Dean diam dan tetap bersembunyi disana, setidaknya ia akan mendapatkan informasi lain tentang apa yang hendak mereka sampaikan. Namun, seperti yang sudah-sudah, insting alaminya mendorong ia untuk muncul di depan pintu dapur dengan marah kemudian mengejutkan dua wanita itu dengan pertanyaan kasar.
"Apa yang harus dia putuskan?" tanya Dean dengan kasar.
Bree sempat membeliak saat melihatnya, kemudian wanita itu berjalan mendekati Dean dan menjulurkan tangan untuk menenangkannya. Di seberang ruangan Irine terus menatapnya dengan awas. Dean yakin wanita itu tahu sesuatu tentang apa yang terjadi di dalam hutan. Malahan firasatnya mengatakan kalau Irine terlibat. Tengah malam sebelum ia menemukan pintu masuk menuju lorong itu, Dean melihat Irine berkeliaran di pondok seberang seolah sedang melakukan ritual tertentu dengan menglilingi danau pada pukul dua dini hari. Naluri alaminya langsung mempertanyakan siapa yang akan bangun di pagi buta dan berkeliaran di sekitar pondok tanpa maksud tertentu?
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN PLACE (COMPLETE)
Mystery / ThrillerDemi melupakan masalah pernikahannya yang kandas bersama Nikki, Dean Hodges pergi ke desa terpencil di kawasan pegunungan untuk menggelar pesta pertunangannya dengan Bree, wanita yang dikenalnya selama kurang dari dua bulan. Tapi sejak hari pertama...