Sesosok lelaki lengkap dengan setelan jas berwarna hitam dan rambut yang sudah ditata rapih kini sedang menyematkan sebuah cincin pada jemari Aruna yang kini sudah menjadi wanitanya.
Mengecup kening serta ranum merah Aruna dengan lembutnya. Senyum keduanya terukir jelas dan indah di atas altar, yang kini menjadi saksi kehidupan baru mereka.
*****
Hyunsuk membuka gagang pintu kamar miliknya, dirinya berencana untuk mengajak Aruna untuk makan malam bersama di luar.
"Sayang ka-" putusnya tatkala melihat wanitanya sudah terlelap dengan pulasnya.
Terlukis lebar senyuman dari bibir Hyunsuk, melangkahkan kedua kakinya ke arah Aruna, membalutnya dengan selimut abu-abu miliknya. Merapikan helaian-helaian rambut hitam wanitanya yang sempat berantakan, dikecupnya lama pucuk kepala Aruna sebelum dirinya ikut berbaring di sebelah sang istri.
Memeluk ringan dan hangat Aruna dan menariknya masuk ke dalam dekapannya. Belum juga terlelap, pria itu justru sibuk memandangi wajah Aruna dengan lekat, diiringi dengan senyum yang tersungging indah. Mengusap wajah dan surai panjangnya, dan terlelap bersama hingga pagi tiba.
*****
Bukan lagi sinar mentari yang membangunkan Hyunsuk dari tidur lelapnya, kini berganti dengan kecupan ringan Aruna yang membuat kedua kelopak mata pria itu terbuka perlahan. Senyuman keduanya terlihat manis dengan paduan sinar samar mentari yang menelisik masuk.
"Morning..." sapa Aruna penuh dengan senyuman dan lesung pipi sebagai pemanis wajahnya, terlalu manis mungkin? bagi Hyunsuk.
"Morning sayang.." balas pria itu seraya menarik Aruna hingga terduduk di atas ranjang.
Melingkarkan kedua lengannya pada pinggang ramping Aruna sembari menyembunyikan wajahnya.
"Sarapan dulu yuk.. udah Runa siapin" ajak Aruna lembut seraya menyisir rambut prianya.
"Sarapannya kamu aja boleh nggak?" goda hyunsuk samar namun masih terdengar di telinga Aruna.
"Aww.. awww.. sakit sayang.." rintih Hyunsuk hingga membuatnya bangkit dari tidurnya.
"Salah sendiri jail" dengus Aruna kesal.
"Iya.. sayang.. iya.. maaf deh.. jangan ngambek dong" ucap Hyunsuk seraya mengecup singkat pipi Aruna.
"Udah laper ya.." ucap pria itu seraya mengusap lembut perut Aruna.
"Yaudah yuk makan, saya juga laper" sambungnya.
"E-eh.." kaget Aruna saat Hyunsuk menggendong dirinya menuju meja yang sudah penuh dengan makanan yang dirinya buat tadi.
*****
"Mau jalan nggak?" tawar Hyunsuk.
"Tumben"
"Nggak mau?"
"Mau lah, masa ditolak" balas Aruna seraya melukiskan senyuman pada Hyunsuk, senyuman yang membuat pria itu merasa damai dan hangat ditengah dinginnya udara malam.
"Yukk.." ajak Hyunsuk seraya mengulurkan tangannya pada Aruna, menggandengnya perlahan masuk ke dalam mobil miliknya.
Melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang, menyusuri ramainya perkotaan di hari yang mulai menggelap ini. Tidak ada pembicaraan yang tercipta di sana, hanya alunan musik lembut bernuansakan romansa yang membuat suasana menjadi terasa hangat walaupun tanpa adanya sautan kata.
Sebelah tangannya meraih jemari wanitanya, menggenggamnya erat, membuat sang empu mengarahkan wajahnya ke arah si pelaku, melempar senyum manisnya dengan tambahan lesung pipi sebagai pemanisnya.
"Mau kemana sih?"
"Muter-muter aja ya.. takutnya nanti kamu kecapean" terang Hyunsuk seraya mengusap lembut surai Aruna.
"Kenapa? ada yang mau dibeli?" sambung Hyunsuk.
"Mau coklat boleh nggak?" pinta Aruna diiringi dengan senyum lebarnya.
"Itu aja?"
Mendengar itu, Aruna menganggukkan kepalanya ribut.
"Yaudah tunggu sini ya.. saya beliin buat kamu, jangan kemana-mana"
Beberapa menit telah berlalu dengan lama? bagi Aruna, ya... karena dirinya tidak suka menunggu. Tampaklah sesosok lelaki dengan segelas minuman ditangannya berjalan menuju mobil yang Aruna tumpangi.
"Pelan-pelan minumnya, masih panas" ingat pria itu.
"Makasihhhh..." ucap Aruna sembari meniup perlahan coklat panas ditangannya.
Kini Hyunsuk memberhentikan kendaraannya pada pinggiran taman di sekitaran apartemennya, keduanya menikmati suasana malam dari balik jendela mobil.
"Kamu dari dulu kalo minum atau makan coklat nggak ada bedanya ya.. selalu aja belepotan"
Namun, raut wajah Aruna meredup setelah mendengar kalimat yang baru saja prianya katakan, kalimat itu sama persis dengan apa yang pernah kakaknya katakan setiap dirinya memakan es krim.
"Kok sedih gitu? saya ada salah bicara ya?"
"Enggak.. cuma keinget ka Junkyu aja hmm..."
"Maaf.. saya nggak tau"
"No.. it's okay" balas Aruna dengan senyuman yang merekah setelahnya.
"Bersihinnya jangan pake tangan, kotor.. sini.." titah Hyunsuk seraya membersihkan tangan dan bibir wanitanya dengan selembar tisu.
Aruna mengulum bibirnya sembari memperhatikan Hyunsuk yang sedari tadi sibuk membersihkan tangannya.
"Coba liat.." ucap pria itu seraya mengangkat dagu Aruna perlahan, memastikan tidak ada coklat yang tertinggal.
"Lama banget liatinnya, pegel tau.."
Bukannya menurunkan dagu Aruna, kini Hyunsuk justru mengecup singkat ranum wanitanya.
"Modus" singkat Aruna.
"Emangnya nggak boleh modus sama istri sendiri" goda Hyunsuk.
"Nggak"
"Masa sih?" ucap pria itu seraya mendekatkan wajahnya ke arah Aruna, hingga benar-benar tak terdapat jarak diantara keduanya.
Mengecupnya kembali sebelum melumat lembut ranum Aruna, wanita itu perlahan mengikuti alur yang Hyunsuk berikan. Jemarinya menggemgam erat tangan Aruna, memberikan kesan hangat di tengah dinginnya malam dan guyuran hujan yang turun dengan derasnya.
--------------------------------------------------------------
© Sereiaaya, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim Junkyu
Fanfiction"...tolong percaya sama saya..." -Hyunsuk "Gw akan lakukan apapun buat dapetin lo Run..." -Jihoon "Kakak ni apa-apain si, kita itu masih saudara!" -Runa "Saudara tiri kan?!" -Junkyu *Mention // of harsh words - and some mature content [1821+] *Cover...