Chapter 34

791 68 1
                                    

"Aku kecewa padamu, Kawaki-kun. Keluarga kerajaan juga telah menandai mu sebagai sosok yang membahayakan untukku, jadi maaf, sepertinya mulai sekarang aku harus menjauhi mu."

"Kae..."

"Maaf ya, dan sebenarnya.. Menma-kun ditugaskan untuk mengawal ku pulang, tapi mungkin dugaan ku benar."

"Dugaan?" tanya Kawaki bingung.

"Raja akan menahan Menma-kun untuk tinggal bersama keluarga kerajaan, atau anggap saja.. Raja akan menikahkan ku..."

"Jangan-jangan..."

Kae menunduk. "Maafkan aku..."

"Kae-"

"Kau boleh marah padaku, lagipula aku juga akan menjauhi mu."

Kae bangkit berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Kawaki yang terdiam mematung ditempatnya, tidak mungkin jika yang ia bayangkan dipikirannya itu akan terjadi. Ia tak bisa mempercayainya, pria itu tidak sanggup untuk mengetahuinya.

"Tidak, ini tidak benar, kan?"

Di tempat lain, tepatnya di kantor Hokage. Sarada memegang dua lembar kertas yang membuatnya kebingungan, kertas ini merupakan surat permohonan dari satu orang. Ia telah menandatangani salah satu kertasnya, tapi untuk salah satunya ia merasa ragu.

"Mengawal Kae ya?"

Sarada menepuk keningnya, judul kertasnya memang tidak bisa disalahkan. Tapi isi suratnya terlihat begitu janggal, apa yang telah Menma dan Kae lakukan sampai seperti ini.

"Mereka benar-benar konyol..."

"Kau tidak ingin menyetujuinya?" tanya Shikamaru mengerutkan keningnya.

Sarada menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu, tapi.. hah..."

"Jika tidak setuju kau hanya perlu mengembalikannya."

"Tidak, tidak..."

Sarada meraih pena dan menandatangani kertas tersebut sebelum akhirnya ia menugaskan genin membawa kedua berkas tersebut ke tempat tujuan permohonannya. Sementara Shikamaru merasa bahwa sikap Sarada benar-benar aneh, seperti terlihat bimbang.

Tapi keputusan Sarada tetaplah mutlak sebagai seorang Hokage, gadis itu juga tak bisa menolak karena akan sangat terlihat jika ia menggunakan perasaan dalam hal sepertu ini, lagipula hal ini sudah menjadi keputusan Menma.

Sementara itu, Menma mencoba memberikan obat penurunan demam untuk anak-anak di rumah sakit. Ia ditugaskan untuk memperhatikan mereka semua sebelum bahan vaksin dan vitaminnya tiba.

Menma jadi terus-terusan sibuk karena hal ini, pria itu juga tak pulang ke apartemennya karena ia memeriksa anak-anak yang merasa gelisah setiap malamnya. Itu membuat Menma bahkan jarang makan dan kelelahan di setiap waktunya.

"Kawaki-kun!"

"Oh?"

"Kau tinggal dimana belakangan ini?"

"Aku tinggal bersama Boruto di rumah lama kita."

"Oh, ku pikir kau menyewa apartemen."

Kawaki menggeleng. "Kau sendiri masih di mansion Hyuuga bersama Hinata-san, kan?"

"Begitulah..."

"Bagaimana keadaan Hinata-san?"

"Kaasan mulai tenang dan masih berusaha melupakan tousan, bagaimanapun kaasan sudah dari kecil memiliki perasaan..."

"Begitu? Hm..."

"Oh ya, Kawaki-kun, sesekali berkunjunglah ke rumah sakit."

"Hn?"

"Menma-kun tidak pernah pulang dan beristirahat karena terus mengawasi anak-anak yang sakit, ia bahkan jarang makan."

"Hn."

"Kawaki-kun?"

"Untuk apa? Lagipula sebentar lagi dia akan pergi mengawal Kae," tukas Kawaki memalingkan wajahnya.

Himawari menatap nanar. "Jadi kau sudah tahu ya..."

"Hn."

"Tapi, Kawaki-kun, setidaknya berbicaralah dengan Menma-kun sebelum dia pergi."

"Hn."

"Banyak juga yang tidak bisa membiarkannya, tapi mau bagaimana lagi-"

"Himawari," Kawaki menyela. "Bisakah kau tidak membahas dia terus?"

"Ta- tapi..."

"Aku pergi dulu."

"Hah..."

.

Skip

.

.

"Menma-kun..."

"Eh?"

"Makan dulu, dari pagi kau belum makan, kan?"

"Oh?"

"Ayo makan bersama ku dulu."

"Terimakasih, Himawari."

Himawari mengangguk, gadis itu menyiapkan nampan makanan di atas meja kerja Menma lalu mempersilahkan Menma untuk makan. Sementara Menma langsung menerimanya, pria itu makan cukup lahap.

"Kawaki-kun sudah tahu."

"Oh."

"Apa kau yakin dengan keputusanmu, Menma-kun?" tanya Himawari ragu.

"Jangan khawatir, Himawari, ini akan berjalan lancar."

"Semoga saja..."

Menma dan Himawari pun membicarakan tentang pekerjaan mereka, keduanya membahas banyak hal tentang dunia medis. Menma juga mengatakan jika ia tak bisa mengabaikan anak-anak, entah mengapa ia tak bisa meninggalkan mereka walau sedetik saja.

Himawari pun cukup takjub melihat bagaimana kepedulian Menma terhadap anak-anak, berbeda dengan sikapnya, ternyata pria itu sangat perhatian dan menyukai anak-anak. Himawari masih tak menyangka tentang hal itu, Menma diluar dugaan.

"Beruntung sekali ya orang yang akan menjadi takdirmu."

"Begitu? Bagaimana jika kau yang menjadi takdirku?" tanya Menma sedikit menggoda.

"Ba- baka! Jangan menggodaku!" seru Himawari dengan wajahnya yang memerah karena malu.

"Haha.. maaf, maaf..."

"Kau jadi sering tersenyum dan bercanda ya," celetuk Himawari.

"Begitulah..."

"Hah.. tapi aku serius soal yang tadi."

"Memperhatikan anak kecil hanya hal biasa, itu tak bisa memungkinkan jika pasangan akan beruntung."

"Hmm..."

"Aku akan menunggu sampai bahan-bahan itu datang sebelum aku pergi."

"Aa.. itu ya..."

"Bagaimana pendapatmu?"

Himawari mengangguk. "Kau juga tidak terburu-buru, kan? Jadi.. kau harus menyelesaikannya agar bisa tenang saat pergi nanti, kelihatannya kau sangat mengkhawatirkan mereka."

"Yeah.. aku tidak akan tenang jika meninggalkan pekerjaanku dalam keadaan seperti ini."

"Jadi, kau tidak akan berbicara dengan Kawaki-kun?"

Menma tampak berpikir, inilah yang ingin Menma hindari. Pria itu sebenarnya ingin berbicara pada Kawaki, tapi melihat tingkah Kawaki yang terus merasa bersalah, Menma tak akan memaksanya sebelum Kawaki yang memutuskan.

Menma mengakui jika dirinya merindukan Kawaki, setelah ia pergi menjalankan misi dan saat kembali Kawaki sudah pergi. Lalu Kawaki datang dengan menyerang desa, Menma hanya sedikit memberi Kawaki pelajaran dan kini mereka bertemu lagi dengan Kawaki yang begitu segan padanya.

"Jika Kawaki memutuskan akan terus seperti ini, aku hanya bisa membiarkannya..."



.



.



.



TBC

Rahasia ~ Ninja Misterius{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang