ini kisah tentang 2 kerajaan yang saling bermusuhan. tak pernah ada kedamaian,ataupun keminatan untuk berbaikan.
raja dri 2 kerajaan saling membenci.ntah apa permasalahannya hingga terjadilah sebuah peperangan yang hasil akhirnya adalah seri.
namun...
Chenle memandang nampan di tangannya dengan ragu, hampir 5 menit ia berdiri didepan pintu kamar milik jisung. Ia mendapatkan nampan yang berisikan berbagai jenis makanan dari dayang yang kebetulan ingin mengantarkannya
Chenle menghela nafas sebelum akhirnya mengetuk pintu besar tersebut.
Sekali ketukan, tak ada jawaban Kedua kalinya, hanya ada keheningan Chenle mencoba kembali, kali ini dengan sedikit brutal
Muak sekali, tetap tak ada tanda tanda akan d bukanya pintu besar ini, chenle melirik kesana kemari Mencari dimana para pengawal yang biasanya bertugas menjaga ruangan milik para pangeran
"Jis-
Pintu terbuka, melihatkan jisung yang sangat berantakan dengan mata sembab dan setengah terbuka. Chenle melebarkan mata, terlihat kaget karena pintu yang tiba tiba terbuka disaat ia ingin meneriaki jisung dari luar
"K-kau sudah tidur?" Tanya chenle, berusaha bersikap seperti biasanya
Jisung yang juga ikut kaget karena kehadiran chenle hanya mengangguk kaku "Makan?" Tanya chenle lagi, jisung melirik nampan yang chenle bawakan
"Kenapa kau yang membawanya?dimana para day-
"Ahhh berisik sekali, izinkan aku masuk tanganku keram jika memegang ini terus terusan " chenle melangkah maju, dan memasuki ruangan milik jisung walaupun tanpa ada persetujuan dari sang pemilik
Ruangannya terlihat sangat rapih dan indah membuat chenle berdecak kagum
"Istana baru memang hal yang sangat didambakan " Ucap chenle pelan, ia meletakkan makanan tersebut di meja bulat milik jisung
"Tanpa orang yang dikasihi, istana baru ini terlihat seperti sebuah gubuk biasa " Chenle membalikan tubuhnya, tersenyun tipis kepada jisung yang tengah berjalan mendekatinya
Chenle mengelus surai hitam milik jisung dengan lembut, jisung pasti sangat sering menangis melihat matanya yang sangat membengkak "Duduk dan makanlah" pinta chenle dengan lembut
Jisung menggeleng, ia tak lapar sungguh. "Kenapa?jangan bilang kau tak lapar, karena aku jamin perutmu sibuk meminta makan sedari tadi" jisung mengangkat bahu acuh, ia menduduki diri di kursi meja tersebut, menatap gambaran yang baru saja ia selesaikan selama seharian penuh
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pict by pinterest
"Aku merindukannya, bahkan ia terlihat cantik hanya dengan mengenakan jubah" tutur jisung dengan suara yang bergetar
Ia mengangkat gambaran yang membuat tangannya hampir mati rasa. Masi teringat jelas di benaknya bagaimana ibunya tertawa bahagia disaat jaemin mengejek jeno yang jatuh kedalam kolam ikan di depan istana, Ia juga masi mengingat bagaimana ibunya merengek meminta taman bunga yang tak masuk akal kepada Jung jaehyun yang sialnya lagi adalah ayahnya...
Ia ingat segala tentang ibunya. Senyumnya, tangisannya, rengekannya, amarahnya semuanya jisung ingat tentang ibunya
Chenle menatap lamat jisung, ia menggigit bibir bawahnya mencoba untuk tidak menangis karena mendengar suara parau milik jisung yang menceritakan tentang ibunya bahkan ia melihat pensil yang sudah mengecil karena gambaran yang telah jisung buat
"Jisung"
Jisung menangis lagi. Chenle menyeka air matanya sendiri, tak berniat membuat jisung terlihat lebih menyedihkan
"Aku ingin marah kepada semua orang. Aku ingin marah kepada jeno yang kenapa tiba tiba pergi dri rumah, aku ingin marah kepada jaemin yang kenapa memukuli mark tanpa ampun, aku ingin marah kepada sungchan kenapa tidak membangunkanku lebih pagi saat itu, aku juga ingin marah kepada ayah yang kenapa masi ingin membalaskan dendamnya disaat ia sudah bisa bahagia bersama kami semua"
Jisung meletakkan gambaran tersebut, ia menatap chenle penuh kesedihan. Dadanya sesak "Tapi aku lebih marah kepada diriku sendiri yang tak pernah bisa membantu ibu apapun, chenle"
"Aku bodoh, aku bodoh seharusnya aku mendengar sungchan pagi itu, aku bodoh " jisung memukuli kepalanya sendiri dengan kuat, dengan panik chenle mendekati pria yang berbadan besar tersebut
Berusaha membuat jisung tenang bukan hal yang mudah, chenle mencoba menahan tangannya tapi justru chenle terkena pukulan itu jga "Ku mohon jisung, berhenti " chenle mulai kewalahan dan terisak, Ia menangis dan masi mencoba menenangkan jisung
Dengan segala kepanikannya, chenle mendekap tubuh jisung dengan kuat "Tidak tidak jisung, berenti aku mohon jangan seperti ini" chenle memejamkan matanya erat, takut takut ada pukulan lain yang akan mengenainya lagi
Dapat chenle rasakan detak jantung jisung yang takberaturan dan nafas yang terengah engah
"Ji-jisung?"
Jisung terdiam beberapa saat sebelum akhirnya membalas pelukan tersebut, masi dengan isak tangis jisung meraungi ibunya yang telah pergi. Dan dengan isak tangis, chenle berusaha menengkan jisung sendiri.
Apalagi hal yang dapat dilakukan dari seorang seperti chenle selain menenangkan orang yang baru saja di tinggal pergi seperti jisung??
Dengan susah payah chenle menghentikan tangisannya sembari mengelus punggung jisung dengan lembut, ini tak mudah bagi jisung. Ia bahkan tak bisa menunjukan emosinya kepada seluruh kakak kakanya
"Aku disini jisung, aku disini"
Bersambung...
Setelah sekian lama di unpub, akhirnya dipub lagi ini book ya...