Sudah sebulan Alam menjadi siswa di sekolah barunya. Ia sudah mulai berteman dengan beberapa siswa di sekolah itu. Namun, tidak dengan Salma. Walau duduk bersebelahan, mereka masih enggan untuk berbicara satu sama lain.
Pada hari itu, guru melaksanakan rapat serentak sehingga tidak ada guru yang mengajar. Atau yang dikenal dengan jamkos.
Ketika banyak siswa yang bergosip dan bermain hp pada saat jamkos, Salma justru lebih memilih untuk membaca buku. Emang sih, anak yang satu ini suka sekali dengan yang namanya membaca. Kalau tidak membaca satu buku dalam sehari, rasanya pasti ada yang tidak lengkap.
Alam yang melihat hal itu memberanikan diri untuk mengajak Salma berbincang.
"Suka banget baca buku kayaknya. Yang lain pada main hp dan gosip, cuman lo yang baca buku." Ucap Alam yang mencoba akrab.
"Apasih lo?! Lo mau ngehina gue, iya?!" Jawab Salma sambil menghentakkan mejanya.
"Eng..engga Sal, gue malah salut sama lo. Gue gada niatan ngehina sumpah." Balas Alam yang gemetar.
Seluruh kelas menyaksikan kejadian itu, karena teriakan Salma yang luar biasa kerasnya. Banyak diantara mereka yang tertawa, dan banyak juga diantara mereka yang heran kebingungan.
Setelah mendapat respon yang sangat 'wah', Alam langsung menjauhi diri dari Salma agar tidak mengganggunya.
"Salma...Salma... Dari kelas 10 sampai kelas 12 masih ga berubah aja tuh bocah." Ucap Haikal sambil menggelengkan kepala.
"Emang sebenarnya dia orangnya gimana?" Tanya Alam penasaran.
"Dia itu memang pendiam dan cuek kalau sama cowo. Gue yang udah kenal dari kelas 10 aja belum akrab sama sekali sama dia. Bukan gue doang loh, semua anak cowo di kelas ini juga ga ada yang akrab sama dia." Jawab Fadly.
Setelah mendengar jawaban Fadly, Alam makin penasaran. Semua orang di kelas tersebut telah akrab dengannya, kecuali Salma. Rasa penasaran itu mengarahkannya untuk bertanya kepada salah satu bestie Salma, yaitu Nindi.
"Ndi, gue mau nanya. Tapi sebelumnya, gue bukan bermaksud lancang." Ucap Alam yang berdiri di depan meja Nindi.
"Iyee apaan". Jawab Nindi yang tengah duduk santai.
"Kenapa Salma susah banget di ajak akrab?" Tanya Alam tanpa ragu.
"Hmm... Gue gatau pasti sih. Tapi gue rasa..."
"Eh Nin, lo ada minyak angin ga? Perut gue sakit banget nih." Tanya Tasya yang menyela omongan Nindi.
"Ah lo ganggu aja. Ada noh sama Sandra tadi, tanya aja sama dia." Jawab Nindi sambil menunjuk ke arah Sandra.
Melihat kejadian tersebut, Alam hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum tipis. Rasa penasarannya masih menggebu gebu.
"Lanjut yang tadi. Karena apa?" Tanya Alam yang masih penasaran.
"Menurut gue nih ya, Salma sikapnya kayak gitu karena..."
"Assalamu'alaikum anak-anak..." Ucap salam buk Ratna yang baru selesai rapat.
"Waalaikumsalam bu." Jawab anak kelas serentak.
Perbincangan antara Alam dan Nindi lagi lagi terpotong. Alam tentunya semakin penasaran. Tapi apa boleh buat, mungkin dunia belum memperbolehkan Alam untuk tahu.
***
"Baik anak-anak, untuk tugas minggu depan, kalian ibu tugaskan untuk kerja kelompok." Perintah bu Ratna.
"Kelompoknya pilih sendiri atau ibu pilihin bu?" Tanya Tasya yang telah mengacungkan tangan.
"Ibu yang pilihin. Satu kelompok terdiri dari dua anggota." Jawab bu Ratna.
"Daripada ribet ribet, kelompoknya ditentuin dari tempat duduknya saja ya. Jangan ada yang protes!" Lanjutnya
Seluruh kelas seketika langsung heboh setelah mendengar perkataan bu Ratna. Beberapa dari mereka tidak setuju, termasuk Salma. Tapi apa boleh buat, keputusan bu Ratna sudah bulat dan tidak bisa dirubah.
"Tugasnya yakni, kalian meneliti perbedaan gaya hidup masyarakat di tempat umum seperti mall, dan gaya hidup masyarakat di tempat lingkungan hidup." Ucap bu Ratna menjelaskan.
"Baik bu!" Jawab seluruh siswa kelas.
Raut muka Salma berubah 180°. Ia benar benar tidak mengira akan bekerja sama dengan orang yang belum ia kenali sama sekali. Bahkan untuk berbicara saja masih canggung.
Alam yang mengetahui ha itu langsung bertanya kepada Salma. Ia sudah tahu konsekuensinya, namun ia tetap menanyakannya.
"Maaf sebelumnya, tapi bukan gue yang nentuin kelompok. Kalau lo ga mau sekelompok sama gue, gapapa kok. Biar gue yang bilang ke bu Ratna." Ucap Alam dengan intonasi rendah.
"Ga usah, gue terima aja." Jawab Salma yang pasrah.
Alam yang mendengar respon Salma itu kaget sejadi jadinya. Baru pertama kali sebuah kulkas mau diajak berkompromi dengannya. Ini menandakan sebuah perkembangan yang bagus, sehingga nantinya mereka tidak akan terlalu canggung ketika bekerja sama.
"Lo bisa ngerjainnya kapan?" Tanya Salma.
"Kalau sabtu gue ga bisa, kalau minggu bisa." Jawab Alam setelah berpikir.
"Ngapain lo hari sabtu emangnya?" Tanya Salma basa basi.
"Nyapu." Jawab Alam dengan nada bercanda.
"Apaan sih, ga lucu." Balas Salma geram
"Ya udah terserah, jadi hari minggu bisa kan?" Tanya Alam serius.
"Iya bisa." Jawab Salma singkat.
"Oke, jangan PHP."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Alma
HorrorHidup memberimu opsi lanjutan, yakni antara surga dan surga. Pencipta alam telah menawarkannya, hanya pribadi yang menentukan. Namun, cerita akan berubah ketika surga perlahan turun ke neraka. Kisah seorang anak yang di besarkan dengan kemewahan, na...