[S1] - 29 | Akhirnya Bersama

82 7 362
                                    

Dua bulan kemudian ....

Rumah keluarga Talwar sedang heboh karena pagi ini Arzoo merasakan kontraksi. Mulai dari Rohan yang sibuk menyiapkan mobil, Rishi yang kalang-kabut mengumpulkan barang-barang yang akan dibawa ke rumah sakit, sampai Rhea yang hanya terbengong-bengong di depan pintu karena tidak tahu harus melakukan apa melihat adiknya meraung-raung kesakitan.

"Aaaa, aku benci kau, Sonu! Kalau kau mau balas dendam padaku, jangan begini caranya! Ya Tuhan, ini sakit sekali .... Awas saja kau, Sonu, aku pasti akan membunuhmu setelah ini!" oceh Arzoo sambil memegangi perutnya yang besar seperti balon.

"Mobilnya sudah siap!" teriak Rohan dari depan.

"Lalu aku harus apa?" tanya Rishi panik sendiri. Di tangan kanannya membawa tas besar yang sudah dipersiapkan untuk kondisi darurat seperti ini, sedang tangan kirinya memegang ponsel yang habis dipakai menghubungi Zoya.

"Membuat kraby patty! Tentu saja angkat dia, Bodoh!" sungut Rohan terkesal-kesal.

Rishi mengangguk-angguk dengan sangat gugup. Ia kemudian menyerahkan tas dan ponsel itu pada Rhea, sedang dirinya dan Rohan bersama-sama mengangkat Arzoo keluar.

"Kak Rishi, pokoknya nanti aku pinjam pistolmu, aku akan melenyapkan Sonu, aaa sakitnya," rintih Arzoo setengah mengomel, itu pun sambil menjambak rambut Rishi yang sudah lumayan panjang.

"Kalau mau lenyapkan Sonu silakan saja, tapi lepaskan rambutku," protes Rishi yang juga kesakitan.

Arzoo lantas melepas jambakannya pada rambut Rishi dan kembali meraung-raung. Lalu saat tiba di luar, Rhea cepat-cepat membukakan pintu mobil. Rohan langsung mengambil alih kemudi dan Rishi duduk di sampingnya, sementara Rhea di belakang menenangkan Arzoo yang merintih kesakitan sekaligus mengomel.

"Rohan, cepat sedikit! Apa rumah sakitnya pindah? Kenapa tidak sampai-sampai? Bayi Sonu ini membuatku tersiksa. Aaa ... aku benci kau, Sonu!" racau Arzoo terus-menerus di sepanjang perjalanan.

Ketika sampai di rumah sakit milik Zoya, Zoya sudah menyambut bersama beberapa perawat. Langsung saja brankar itu didorong masuk sesaat setelah Arzoo berbaring di sana.

"Kak Zoya, sakit ...."

"Iya, Arzoo, aku tahu. Kalau tidak sakit, namanya bukan melahirkan," balas Zoya yang juga gugup sendiri. Pasiennya yang satu ini memang paling berbeda.

"Pokoknya setelah ini kau harus menyihir Sonu," rintih Arzoo lagi.

"Iya, iya. Sekarang kau jangan teriak-teriak terus, ya, nanti tenagamu habis," tutur Zoya.

"Aku benci Sonu! Aaaa, sakit ...."

Teriakan Arzoo samar-samar terdengar ketika dia sudah masuk ke sebuah ruangan dan pintunya ditutup. Rohan, Rhea, dan Rishi hanya bisa menunggu di luar.

Mereka bertiga terus berdoa agar penderitaan Arzoo itu segera berakhir. Mereka agak kasihan juga karena Arzoo terus-menerus mengutuk dan menyalahkan Sonu selain berteriak kesakitan. Memangnya apa salah Sonu dalam hal ini? Pria malang itu bahkan tidak tahu apa-apa.

Beberapa saat kemudian, kepanikan mereka hilang saat tangis seorang bayi terdengar kencang memecah keheningan. Mereka bertiga langsung saling berpelukan terharu.

Zoya keluar dari ruangan itu dengan senyuman lebar. "Selamat. Bayinya laki-laki. Sehat, selamat, dan ... mirip Sonu," ujarnya.

***

Arzoo terharu memandang bayi mungil yang kini terlelap dalam dekapannya. Rasa sakit yang membuatnya ingin melenyapkan Sonu tadi, hilang begitu melihat imutnya makhluk kecil yang 9 bulan terakhir menghuni rahimnya ini.

Our Impossible Love (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang