26. Menjemput

3 0 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

●●●

Sekarang hari Senin. Tepatnya empat hari setelah Nara memohon di rumah Andra. Tak ada telepon atau apa pun dari Arman. Dia gelisah. Kenapa lama sekali pria itu berpikir? Bukankah lebih cepat lebih baik? Atau jangan-jangan Arman mengurungkan niatnya untuk mengeluarkan Andra? Tapi pria itu sudah berjanji padanya.

Lamunannya buyar karena minuman dingin yang mengguyur wajahnya. Dia mengerjapkan matanya. Gadis yang tadinya duduk santai di kantin itu pun berdiri dari duduknya. Dilihatnya Bella yang tampak tersenyum senang. Sementara Dina tampak takut terseret dalam masalah.

Dia lagi. Mau apa sih?

"Bangun juga akhirnya. Ngelamunin apa? Andra?" tanya Bella tak menyenangkan untuk didengar.

Nara menghela nafasnya. Baiklah, tenanglah Nara. Jangan terpancing lagi atau ayahmu akan dipanggil oleh Pak Sarwo. Seisi kantin memperhatikannya. Dia pun berjalan melewati Bella begitu saja. Namun dia terjatuh karena kaki usil Bella.

"Ups! Jalan pake mata, dong!" ucap Bella mengejek.

Nara kembali berdiri dia tak menghiraukan ucapan gadis berandal itu selama tidak menyangkut-pautkan Andra. Dia pergi dari kantin, menuju toilet untuk membasuh muka. Setelah selesai, dia pun keluar. Dahinya berkerut mendengar namanya disebut menggunakan pengeras suara yang mengatakan bahwa dia ditunggu di ruang BK. Apa ada sesuatu?

Gadis itu pun berjalan ke ruang BK sembari berpikir. Rasanya dia tak melakukan kesalahan setelah berkelahi dengan Bella waktu itu, tapi kenapa dirinya dipanggil? Nara mengetuk pintu sebelum akhirnya masuk ke ruangan itu. Raut wajahnya sedikit bingung saat melihat kehadiran Arman yang sedang berbincang dengan Pak Sarwo. Dia pun duduk setelah dipersilakan.

"Ada apa, Pak?" tanya Nara dengan perasaan bingung.

"Hari ini kamu saya izinkan untuk pulang" jelas Pak Sarwo yang membuatnya semakin bingung.

"Kamu hari ini ikut saya, Nara" sahut Arman sembari tersenyum.

Nara menatap kedua pria dewasa itu bergantian. "Ikut ke mana, om?"

"Menepati janji"

Nara sedikit berpikir untuk mencerna ucapan Arman. Namun tak lama kemudian dia menatap pria itu dengan senyum mengambang. Dia pun dipersilakan untuk mengambil tasnya. Gadis itu berlari ke kelasnya dengan kencang. Dia merapikan alat tulisnya dengan cepat hingga membuat kedua sahabatnya bingung.

Setelah itu dia kembali berlari menuju mobil Arman dimana pria itu menunggu. Masuklah dia ke mobil berwarna hitam itu. Sopir mulai melajukan mobil. Tak henti-hentinya dia mengucapkan terima kasih pada pria itu. Jantungnya berdegup kencang karena akan bertemu Andra. Perjalanan yang jauh pun membuatnya semakin tak sabar.

Sesampainya di sana, dia buru-buru berjalan menuju kamar Andra. Dahinya berkerut saat tak melihat pacarnya dalam ruangan itu. Gadis itu pun bertanya pada suster dan suster itu berkata bahwa Andra belum keluar dari kamarnya hari ini. Nara pun masuk mencari keberadaan lelaki itu. Dia mendengar suara dari bawah brankar. Dilihatnya Andra yang bersembunyi di bawah sana.

"Nara?"

"Hai" sapa Nara sembari melambaikan tangannya.

Lelaki itu pun langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Dia memeluk Nara dengan sangat erat. Arman yang baru saja masuk pun disuguhi dengan pemandangan manis itu. Dia merasa putranya tak bisa jauh dari Nara. Pria itu pun mendekat dan berdeham hingga membuat mereka melepaskan pelukan.

KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang