"Jika kamu ikut aku, kamu akan bahagia tanpa bayang-bayang Soobin." Seokjin mengulurkan tangannya ke arah Kai.
***
Ya. Kai menyambut uluran tangan Seokjin dan detik berikutnya dering alarm membangunkan Kai. Tangan Kai terulur mematikan alarm tersebut dan matanya terbuka. Dia sedang berbaring di atas tempat tidur yang sangat empuk dan nyaman dengan selimut tebal membungkus tubuhnya sampai ke dagu. Cahaya matahari menembus melalui jendela menerangi sebuah kamar tidur yang menurut Kai sangat mewah dengan cat dinding berwarna biru langit.
Terdapat meja panjang yang merupakan gabungan meja belajar dan meja komputer. Terdapat seperangkat komputer terbaru di atas meja tersebut di satu sisi dan sisi sebelahnya terdapat tumpukan buku dan tas punggung.
Terdapat rak menempel di dinding di atas meja tersebut yang berisi beberapa trophies and penghargaan lainnya. Ada pula beberapa foto terpajang. Terdapat kalender yang penuh tulisan dan warna-warna pada tanggal-tanggal tertentu.
Kai bangun dari tidurnya dan di sisi sebelah kanannya terdapat pintu yang sepertinya pintu lemari baju, besarnya dua kali lemari baju yang dia punya di rumah. Pandangan Kai jatuh ke lantai kamar yang terbuat dari kayu dan tertutup karpet lembut, dan meja di sampingnya terdapat alarm, lampu tidur dan sebuah foto. Foto Kai dengan seorang pria lebih tua yang sangat mirip dengannya.
Kai menyadari bahwa kamar itu adalah kamarnya. Dia perlahan beranjak dari tempat tidur queen size nya dan membuka pintu lemari dan benar saja itu bukan saja lemari biasa, itu sebuah walk-in closet. Jejeran kemeja, polo shirts, T-shirts, shorts, slacks, jeans, semua tertata rapi dan sesuai kategori. Dua rak berisi sepatu dengan merk yang selama ini hanya bisa Kai impikan. Tumpukan hoodies tersusun rapi, juga beberapa bucket hats.
Kai keluar dari lemari tersebut dan terduduk di atas tempat tidurnya. Wajahnya terlihat pucat. Dia merasa bingung dan takut dan tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamarnya. Kai terkesiap tapi tidak langsung membukanya. Terdengar ketukan lagi.
"Kai, sayang, ini ayah."
Kai menelan ludah. Itu bukan suara ayahnya. Itu bukan suara Junhyung. Tapi Kai menjawab "Ya..."
Pintu terbuka dan tampaklah pria yang terdapat di dalam foto di samping tempat tidurnya. Pria itu tersenyum. "Kai, kamu mendapat surat dari 3 Universitas besar. Turunlah sekalian kamu sarapan."
Kai hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Pria tersebut berlalu dan Kai menyadari ada sebuah pintu di samping lemarinya. Mata Kai membesar saat membuka pintu tersebut. Kamar mandi dia sendiri, lengkap dengan bathtub dan shower stall. Bahkan bath robe yang tergantung tersulam nama 'Kai Huening.' Kai mengernyit. Huening? Apa yang terjadi sebenarnya?
Setelah meyakinkan dirinya bahwa dia sedang having a vivid dream, Kai segera mandi dan turun dari kamarnya dan menemui pria yang tampaknya ayahnya. Pria tersebut duduk di meja makan, sedang fokus dengan laptopnya. Mendengar langkah kaki Kai, pria tersebut mengangkat kepalanya dan tersenyum.
"Bagaimana perasaanmu?"
Kai bingung harus menjawab apa, Junhyung tidak pernah menanyakan hal-hal seperti ini sebelumnya. Kai mengambil tempat di seberang pria tersebut dan seorang pelayan datang menyediakan segelas jus jeruk dan segelas air.
"Kamu tidak menjawab. Apa kamu masih mencerna fakta bahwa kamu lulus sekolah lebih cepat daripada teman-teman seangkatanmu?"
Sekarang Kai benar-benar percaya ini pasti hanya mimpi. Lulus lebih cepat? Lalu matanya terarah ke tiga amplop dengan logo dari 3 kampus ternama. Kai bahkan tidak berani meraih amplop-amplop itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Guardian? [INDONESIAN LANGUAGE] [✔]
FanfictionSoobin tidak mengira akan melihat ibunya di depan pintu rumahnya saat dia berusia dua tahun Ibunya kembali dengan hamil besar dan ayahnya tentu saja menerima ibunya kembali. Soobin mengetahui tentang adiknya mempunyai ayah yang berbeda dengan Soobi...