♡ 11. Jejak gelap ♡

6 1 0
                                    


Hari demi hari mendapatkan tatapan sinis tidak membuat Alsa terbiasa. Saat ini-- setelah kembali dari pasar-- masih di depan gerbang, ia sudah mendapatkan tatapan tersebut. Dari seorang pemuda bermata hijau berambut biru laut.

Sejenak Alsa mengamati pemuda itu. Daun telinga berbeda, memanjang dan runcing. Menduga bahwa pemuda itu berasal dari ras Elf. Hidungnya lancip dengan rahang tegas. Sebentar! Sepertinya si gadis mengenali Elf dingin itu.

Benar. Dia salah satu yang terpilih. Ini kali pertana Alsa bertatapan dengan pemuda itu. Apa pemuda itu ada keperluan dengannya?

"Apa ada sesuatu, An?" tanya Roa berjalan mendekat ke Anka.

"Wanita itu habis bertemu siapa?" tanya Anka balik dengan suara dingin dan serak. Melirik tajam Alsa yang mundur perlahan. Bersembunyi di balik badan Zen yang tinggi.

Sontak Zen, Re, dan Roa melihat ke arah Alsa. Sedangkan gadis itu hanya menatap bingung mereka semua.

"Ada jejak gelap pada dirinya," ujar Anka sambil berjalan mendekat ke Alsa.

Saat Anka sudah di depan Alsa, gadis itu menelan ludahnya. Kali ini masalah apa lagi yang akan hadir?

Zen, Re dan Roa tidak berkomentar apapun. Tidak meragukan peryataan Anka barusan. Jika seorang Elf mengatakan tentang jejak gelap, hal tersebut pasti sudah benar. Karena ras Elf sangat sensitif dengan hawa kegelepan.

Mereka bertiga kini sedang memikirkan siapa orang yang Alsa temui? Kapan dan di mana? Menduga saat mereka pergi bersamaan. Sial! Mereka kecolongan lagi.

Anka meraih kedua tangan Alsa. Menggenggam tangan gadis itu. Membuat si gadis semakin gugup. Ragu-ragu mengangkat wajah menatap pemuda di depannya yang sedang menutup mata. Mulut membacakan sebuah mantra yang tidak dapat Alsa mengerti. Bahasanya berbeda.

Tiba-tiba sebuah sinar keemasan muncul pada diri Alsa. Rasanya hangat dan menenangkan. Tercium bau lavender yang mengingatkan ia pada kamarnya. Seketika mata gadis itu terasa berat. Ia ingin tidur saat ini juga.

Perlahan mata Alsa tertutup. Selesai membaca mantra, sinar kemeemasan itu hilang. Bersamaan dengan hal itu, Alsa sudah tertidur lelap.

Sebelum tubuh Alsa bersalaman dengan tanah, sigap Anka menahan tubuh Alsa. Membawa tubuh mungil itu ke gendongan depan. Wajah tidur Alsa sangatlah damai. Tidak ada rasa gugup dan tegang yang selama ini Anka lihat. Sejenak pemuda itu mengukir senyum. Ia kira saat tidur raut wajah si gadis juga akan sama seperti saat ia sadar.

"Alsa baik-baik saja?" tanya Re menatap khawatir Alsa.

Perasaan bersalah kembali bersarang di hari Re. Lagi-lagi ia lalai menjaga Alsa. Membuat si gadis terkena masalah baru. Ia kesal dan kecewa pada dirinya. Kenapa bisa rasa waspdanga berkurang seperti ini?

"Dia baik-baik saja. Aku sudah membersihkan jejak gelap itu. Kini dirinya sedang tertidur karena pengaruh mantra," jawan Anka membuat Re, Roa dan Zen menghela napas lega.

"Kira-kira kalian tahu siapa yang ia temui? Apa utusan ras Iblis?" tanya Anka memasang wajah serius.

Sejujurnya Anka sangat kaget saat menyadari Alsa memiliki jejak gelap. Ia tahu bahwa gadis itu pergi bersama Zen, Re dan Roa ke pasar. Seharunya hal tersebut tidak terjadi. Karena ketiga kenalannya itu sangatlah waspada. Peka terhadap hal ganjil wakau sekecil biji beras. Lantas kenapa hal ini bisa lolos dari pengawasan mereka?

"Tidak yakin. Saat di pasar tadi ada seseorang yang memiliki aura kelam. Tanpa sadar kami bertiga pergi mengejar orang itu dan meninggalkan Alsa. Mungkin saat itulah Alsa bertemu dengan seseorang yang menaruh jejak gelap padanya," jawab Roa menjelaskan kejadian saat di pasar.

Meet Because of the Light Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang