21okt2022;friday.
.
____________________________________________
Dari seluruh ucapannya. Caranya berbicara. Caranya menatap. Hingga kepada caranya menunjukkan raut wajah serius, seolah benar Jaehyun tengah bersungguh-sungguh dengan semua kalimatnya. Meskipun pada faktanya ia tengah dalam pengaruh alkohol.Ya, itu sepertinya sebuah takdir baik!
Jika bukan, Jaehyun mungkin tidak akan semudah ini untuk mengesampingkan egonya---hanya demi mendapatkan sedikit waktu lebih lama bersama Lisa. Apalagi setelah gadis itu secara terang-terangan mengkhianatinya.
Namun, seperti apapun yang tertampil dari raut wajah tampan itu---sejujurnya sesuatu tetap masih mendebarkan hati Lisa. Bahkan jika Jaehyun tak melakukan apa-apa sama sekali.
Ayolah! Sangat bohong jika hanya dengan beberapa hari Lisa bisa melupakan pria itu.
Tapi wanita tetaplah wanita!
"Berhentilah paman!"
Lisa seakan masih kukuh dan enggan lagi goyah kepada semua hal yang di tunjukkan pria itu.
"Ingatlah putrimu!"
Jaehyun terkekeh singkat, sambil masih belum berkedip memperhatikan wajah Lisa. Benar sepertinya dia telah kehilangan wibawanya malam ini. Peringatan Lisa tak di indahkannya sama sekali.
"Dia akan menjadi putrimu juga, suatu saat!"
Sial!
Berulang kali Lisa mengumpat dalam hatinya. Pria ini benar-benar di luar dugaan, bahkan tetap terlihat luar biasa meskipun alkohol sedang menguasainya.
Lisa membuang pandangan setelahnya, memutus kontak mata mereka sepintas. Hingga kembali Jaehyun menarik dagunya untuk beradu tatap dengannya lagi.
"Ini belum selesai. Aku memintamu seperti ini untuk beberapa menit, bukan detik."
Lisa tak menyahut, hanya menampilkan sorot tajamnya pada Jaehyun.
"Jangan bertingkah seolah kau membencinya! Katakan saja ini sulit, lalu beri aku alasan yang masuk akal!"
Kali ini lisa tak membuang pandangannya, melainkan memejamkan jengah. Beriringan dengan hembusan napas lelah.
"Untuk apa kau memerlukan semua ini?"
"Kau masih bertanya untuk apa?"
Lagi-lagi Jaehyun tertawa seperti idiot. Cukup lama. Sampai memukul-mukul pintu di balik tubuh Lisa. Lalu tak lama ia berhenti dengan sendirinya, tentu dengan kondisi mata yang kembali menatap Lisa seduktif, meskipun gadis itu belum membuka kelopaknya.
"Tentu saja untuk mendapatkanmu kembali, Lalisa."
Jawaban terakhir itu seketika membuat Lisa kembali membuka mata.
"Berapa kali aku perlu mengatakannya?"
Jaehyun kembali menimpali ucapannya, tapi Lisa masih tak bergeming.
"Aku menyesali segalanya. Aku ingin memperbaikinya. Maafkan aku, ku mohon! Beri aku satu kesempatan lain untuk melakukannya. Aku mencintaimu Lisa. Kau satu-satunya. Aku tidak bisa mencintai wanita manapun selain denganmu!"
Lisa tau ia akan egois, tapi hatinya tetap terenyuh melihat Jaehyun yang mengemis padanya seperti ini.
Memutar kembali ingatan, bahkan sebenarnya secara tak sadar atau mungkin secara sangat sadar, dirinyalah yang sudah menghancurkan hati pria itu separah ini.
Benar jika mungkin Jaehyun memiliki penyimpangan, tapi ia menahannya kan?
Pria itu tak pernah berusaha menunjukkan kelainannya sejak awal. Bahkan berusaha sebisanya menyembunyikan hal itu dari siapapun, termasuk Lisa.
Lalu ingat lagi, siapa yang pertama kali terang-terangan menggodanya?
Berbicara seduktif?
Lalu secara nyata menciumnya bahkan menganggap seluruh perbuatannya hanya kesenangan remaja yang lumrah?
Bukankah itu kau sendiri, Lalisa?!
Pukul 04.00 KST
Sebuah pintu baru saja tertutup, Lisa lekas memasuki rumah dengan kondisi kaki yang senyap, hingga sesuatu di hadapannya tiba-tiba membuatnya terlonjak.
"A-ah, Jaemin-ah? Kau belum tidur?"
Jaemin menggeleng. "Kau darimana?"
Lisa meneguk liurnya. Padahal Jaemin bertanya dengan raut biasa dan intonasi lembutnya. Namun, entah kenapa sesuatu di dadanya kian berdegup saat mendengar Jaemin yang bertanya sesantai itu.
"A-aku dari umm, la-latihan. Ya, latihan. Maksudku, aku latihan, lalu tertidur setelahnya di sana, dan... Dan ya... Aku baru bisa pulang saat aku terbangun."
Jaemin tertegun, yang kemudian membuat otak Lisa kembali panik. Hingga setelahnya pria yang kini menjadi kekasihnya itu mengangguk paham.
"Oh... Begitu."
"Kau marah?"
Kembali Jaemin mengernyit.
"Marah?"
Tidak, ia hanya bingung dengan pernyataan Lisa.
"Apa aku terlihat seperti itu?"
Seketika Lisa langsung merasa aneh dengan pertanyaannya sendiri. Ia tertegun sebentar, lalu menggeleng, dan kembali menatap Jaemin kikuk.
"Ah, umm... Sepertinya aku sangat kelelahan, hingga aku salah mengartikan sesuatu. Hehe, iya. Sepertinya begitu." Ucapnya, sambil menggaruk tangannya sendiri. Sebelum akhirnya ia memutuskan berlalu seutuhnya dari hadapan Jaemin.
Tak ada yang bisa Jaemin katakan. Ia hanya melihat Lisa dengan tatapan anehnya, lalu ikut berbalik pergi mengikuti arah kaki Lisa yang memasuki kamar mereka.
"Apa benar dia sampai selelah itu?"
___________________________________________
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST FIVE MINUTES! ✔
FanfictionRate:18+ Kenakalan remaja yang kian tak terkontrol membuat Lisa terpaksa harus di ikut sertakan oleh orang tuanya dalam audisi pencarian idola remaja di Seoul. Hingga akhirnya ia bertemu dengan sosok pria dewasa yang malah semakin membuat kenakalann...