Yerim hanya bisa menghela napas berat ketika ia harus kembali ke lapangan untuk mengantarkan pesanan. Hanya satu botol air mineral, itu mudah. Namun di dalam pesanan tersebut tertera jelas bahwa orang yang mengantarkan pesanan adalah si pegawai baru--yaitu dirinya. Dan pengunjung adalah raja. Seniornya di tempat itu tidak mau ambil pusing mengurusi masalah pribadinya. Dan dengan reputasi mereka yang terlalu buruk, hal-hal yang disebutkan Yerim sebagai alasan mengapa ia tidak mau menjadi terlalu lumrah untuk dipahami. Tidak, tidak ada kelonggaran untuk bersikap profesional.
Dari jauh, langkahnya disambut dengan seringaian serupa yang ia tinggalkan. Bomin berdiri sambil bersedekap, memajang ekspresi kemenangan dengan bangga. Tidak cukup membuat Yerim kesal, seluruh timnya ada di sana. Dan wajah-wajah itu familiar. Semua orang itu ia temui di klub. Ada Bomin, si pemuda berisik, anak pengusaha yang cabul, dan dua orang yang ia tak ketahui. Mereka dalam kelompok yang sama.
Mata Yerim hendak menghindar, namun ia terpaku pada sepasang lain yang memandanginya tanpa berkedip: si anak pengusaha itu. Ada urusan yang belum selesai di antara mereka. Sedikit atau banyak gadis itu tahu bahwa dia tidak akan lolos dengan mudah kali ini. Tidak untuk yang kedua kali. Tidak tanpa bantuan siapapun.
"Satu botol air mineral."
"Hei, kau yang waktu itu, bukan?"
Bahkan si pemuda berisik yang Yerim yakini terlalu mabuk waktu itu bisa mengenalinya.
"Hasil memancingmu, kan?"
Istilah yang ia gunakan tidaklah menyenangkan. Satu atau dua kali mungkin akan Yerim abaikan, tetapi perandaian seakan-akan dia adalah makhluk tak berdaya seperti ikan itu menyebalkan. Dalam situasi formal antara pengunjung dan pekerja, itu tidak sopan. Bahkan Bomin setuju dengan menampar bahu sang kawan dengan keras.
"Jaga bicaramu."
Si pemuda berisik itu memang sesuai dengan gelar yang Yerim berikan. Dia meringis sambil mengusap bahunya yang dipukul, tidak terima dengan yang dilakukan Bomin. "Aku hanya bercanda." Dan dia cukup tebal untuk melupakan candaannya. "Kau bekerja di sini, cantik?"
Yerim enggan menghiraukannya. "Di mana aku harus meletakkan pesanan ini?"
"Itu milikku," ujar Bomin. "Aku yang memesannya."
Tentu saja dirinya, Yerim merutuk dalam hati. Siapa lagi yang ingin menariknya kembali ke lapangan kalau bukan dia?
"Jadi kau bekerja di sini?" si berisik mengulang pertanyaan yang terabaikannya sekali lagi.
"Siapa dia?" Satu di antara dua yang tak Yerim kenali ikut bicara.
"Teman kencan Bomin. Eh, atau kau, ya?"
"Dia kabur dari kami berdua," si anak pengusaha akhirnya buka mulut, dia menyeringai dramatis seraya mendekati Yerim. "Dia bermain curang dengan pergi bersama orang lain."
"Maaf, tapi kalian salah orang."
"Masih mencoba mengelak juga." Bomin terkekeh, "ayolah, Nona Manis. Kami tidak bodoh. Apa yang kau takutkan?"
"Kami tak akan membuatmu dipecat hanya karena kau melanggar permainan yang kau buat sendiri." Si anak pengusaha itu tak mau kalah bicara, "ayolah. Aku tidak marah sama sekali karena kau pergi dan membuatku seperti orang bodoh karena mencarimu ke mana-mana."
Yerim mana mungkin santai padahal jelas dalam penjelasan itu ada sindiran keras.
"Mari abaikan itu dan mulai perkenalan yang resmi." Si berisik bicara lagi, kali ini idenya cukup bagus. "Aku Beomgyu. Choi Beomgyu."
"Aku bahkan tidak tahu namanya." Bomin memotong. "Kami melewatkan bagian itu."
"Dia juga membuatku berkeliling klub hanya untuk mendapatkan namanya saja," tambah si anak pengusaha. "Apa aku perlu berkeliling tempat ini juga untuk mendapatkan namamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-
Fanfiction🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 HOTTER, BADDER, BRAVER Kim Yerim bersama kawan-kawan barunya memutuskan untuk membalas dendam pada orang-orang jahat di masa lalu. Namun, akankah semua berjalan sesuai rencana? .Kim Yerim (OC) .Lee Heeseung (ENHY...