Chapter IV : Quarrel

369 69 9
                                    

*****

Memeriksakan diri untuk kali pertama ke bidan membuat Jisoo tahu beberapa hal yang tidak boleh ia lakukan selama masa awal-awal kehamilan. Bidan menyarankan Jisoo tidak boleh terlalu lelah bekerja, maksimal 40 jam per minggu. Sedang pada kenyataannya ia bekerja cukup keras, hampir 14 jam per hari atau 98 jam per minggu. Lebih dari dua kali lipat dari batas normal bukan?! Pun dengan jam istirahat yang harus tercukupi. Pola bekerja dan hidup seperti itu meningkatkan resiko terjadi komplikasi saat hamil atau bersalin, terlebih usia Jisoo yang masih belia.

*****

Punggung Jisoo bersandar pada sofa usang yang setiap malam menjadi labuhannya. Kepalanya menengadah, memandang kosong langit-langit rumah. Sejujurnya Jisoo tidak terlalu maksimal bekerja. Morning sickness membuat pekerjaannya kerap kali terhambat, ia juga mudah lelah jika bekerja terlalu lama. Ia harus mempertimbangkan pekerjaan dan nasib kandungannya. Namun, jika Jisoo kehilangan salah satu pekerjaannya, pendapatan kebutuhan dirinya dan si calon bayi akan berkurang. Mungkin ini saatnya Jisoo mencoba lagi bicara pada Taehyung agar lebih peduli terhadap calon anaknya.

"Tae, bisa bicara sebentar?"

Taehyung yang tengah berkutat dengan tugas homeschooling-nya melirik Jisoo sekilas lalu menjawab, "Apa kamu tidak lihat aku sedang sibuk?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Taehyung yang tengah berkutat dengan tugas homeschooling-nya melirik Jisoo sekilas lalu menjawab, "Apa kamu tidak lihat aku sedang sibuk?"

"Ini penting."

"3 menit langsung pada inti. Jangan membuang waktu," pungkas Taehyung pedas.

Jisoo menghela napas. "Tadi aku memeriksakan kandungan ke bidan. Usia kandunganku genap 2 bulan, bidan mengatakan bahwa masa-masa awal kehamilan sangat rentan terjadi komplikasi. Terlalu keras bekerja sangat beresiko untuk kandunganku--"

"Jangan bertele-tele! Langsung saja pada inti!"

Bentakan Taehyung membuat Jisoo mengepalkan lengan kuat, ia menarik napas panjang dan membuangnya sedikit demi sedikit. "Aku ingin kamu turut andil dalam mengurus kandunganku. Ini juga anakmu Tae, sudah sepatutnya seorang suami dan calon ayah bertanggungjawab memenuhi kebutuhan istri dan calon anaknya. Kita harus punya bekal untuk anak kita. Aku tidak bisa terus menerus bekerja pagi, siang dan malam untuk mencukupi semua kebutuhannya kelak. Apalagi biaya persalinan dan kebutuhan bayi semakin hari semakin mahal. Aku takut terjadi sesuatu pada bayi kita jika terus menerus bekerja keras sendiri," beber Jisoo.

Ujung bibir kanan Taehyung tertarik naik-tersenyum miring-lantas bangkit dari tempat duduknya dan berdiri tepat di depan Jisoo. Sorot netranya berubah tajam. Rasa takut, tegang dan terintimidasi Jisoo rasakan sorot netra tajam Taehyung menjurus padanya. "Aku tidak peduli. Tugasku hanya menikahimu, selebihnya bukan urusanku. Ingat, kamu telah menghancurkan semua mimpi dan hidupku. Karenamu, orang tuaku hampir membenciku, impianku dan pendidikanku hancur! Kamu dan anak itu parasit yang hanya membebaniku, Jisoo! Jadi, jangan harap aku sudi membantu meringankan bebanmu! Mengerti?"

Jisoo menelan ludah kasar, perkataan Taehyung begitu melukai perasaannya. "Asal kamu tahu Tae, aku lebih sakit dan hancur! Aku telah mengecewakan perasaan kakak dan mendiang orang tuaku, kehilangan kehormatanku, putus sekolah dan menjadi cibiran orang-orang. Masa depanku lenyap, hidupku yang sulit bertambah berat karena aku memiliki suami sepertimu, Taehyung. Suami yang tega membiarkan istrinya bekerja keras sendiri demi calon anaknya. Selain tidak bertanggungjawab, kamu juga tidak punya hati! Suami macam apa kamu, hah?!"

Plak!

Sebuah tamparan keras Taehyung layangkan pada pipi mulus sang istri. Jisoo terkejut, ia merintih sembari memegang pipi kanannya yang terasa panas dan sakit. Air mata yang semula dibendung kini merembah.

Napas Taehyung memburu, pria itu terlampau berang karena ia tak terima dengan ucapan Jisoo hingga hilang kendali dan menamparnya. Sadar atas apa yang telah dilakukan, Taehyung menatap lengannya nanar. Dirinya keterlaluan.

"Begini cara kamu memperlakukan istri sendiri? Aku tahu Tae, kita menikah karena terpaksa. Tetapi bukan berarti kamu bisa memperlakukanku begini. Aku hanya ingin kamu menerima anakmu! Aku ingin dia hidup penuh kasih sayang dalam keluarga yang utuh. Hanya itu saja. Tidak lebih."--Jisoo menjeda kalimatnya--"kami bukan parasit yang hanya membebanimu. Tarik kembali kata-kata busukmu itu. Aku akan buktikan bahwa aku bisa tanpa kamu."

Usai berucap demikian, Jisoo melenggang pergi. Sedang Taehyung masih mematung, meresapi setiap kalimat yang Jisoo lontarkan padanya.

Apa aku sudah keterlaluan? Tanyanya dalam hati.

Apa aku sudah keterlaluan? Tanyanya dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

-----To Be Continued-----

*****

BITTER MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang