Sembilan

927 93 2
                                    

Wajah Hazel tampak sembab sekarang setelah beberapa jam ia menangis karena Alaric, lelaki itu marah besar dan menganggap dirinya akan meninggalkanya padahal Hazel hanya meminta izin untuk bekerja bukan untuk meninggalkan Alaric

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah Hazel tampak sembab sekarang setelah beberapa jam ia menangis karena Alaric, lelaki itu marah besar dan menganggap dirinya akan meninggalkanya padahal Hazel hanya meminta izin untuk bekerja bukan untuk meninggalkan Alaric.

Jika sudah seperti ini Hazel bukanlah sosok gadis yang kuat lagi, yang ceria lagi, bukan juga sosok gadis pembangkang melainkan menjadi gadis lemah.

Kepada siapa ia akan bersandar jika bukan pada Alaric seorang? ia selalu segan untuk meminta pertolongan kepada sahabatnya baginya mereka hanya cukup tau kebahagiannya bukan kesedihannya.

Apalagi orang terpercayanya kini sudah mempunyai suami pasti waktu dan kehidupannya hanya untuk suaminya saja, Hazel tidak mau merepotkan Michel.

"Ala..." panggil Hazel sambil duduk disebelah Alaric.

Alaric tidak menjawab matanya fokus menatap television didepannya.

"Maaf," ucap Hazel sambil menahan isak tangisnya.

"G—gue cuma minta izin buat kerja bukan buat ninggalin lo, gue pengen hidup mandiri, selama 2 tahun ini hidup gue dibiayain lo terus."

"Lo cewek gue! Gue berhak menuhin semua kebutuhan lo." sentak Alaric.

Hazel menangis sesegukan membuat Alaric tidak tega melihatnya tapi ia berusaha menahan agar tidak memeluk Hazel sekarang.

"T—tapi gue ngelakuin ini semua karena buat jaga-jaga kalo lo dijodohin sama anak pengusaha, gue bisa punya pegangan uang gitu, HUWEEEE!" tangis Hazel semakin kencang, ia melompat duduk dipangkuan Alaric.

Alaric menyentil dahi Hazel dengan gemas, "Anak tolol!" ujarnya.

"Hiks! jangan bilang kayak gitu, gue gak punya siapa-siapa selain lo!" ucap Hazel.

Alaric terdiam, ia sudah menyakiti hati gadisnya. "Udah gapapa, jangan merasa bersalah. Kan, menang gue gak punya siapa-siapa selain lo, baby."

Alaric mendekap tubuh Hazel yang berada dipangkuannya, di satu sisi ia merasa bersalah tapi di satu sisi ia juga ingin tertawa kencang sekarang karena ucapan gadisnya.

"Sssttt! jangan nangis, gue paling gak suka liat lo nangis meskipun lo nangisnya karena gue." bisik Alaric sambil mengusap punggung Hazel teratur.

"Ini kali pertamanya gue ngomong panjang lebar—" ucapan Alaric dipotong oleh Hazel "Iya tau udah lanjut aja, baby." ucap Hazel sambil mengelap ingusnya di kaos hitam Alaric.

"Kata siapa gue bakal dijodohin sama anak pengusaha, hm?" Tanya Alaric sambil mengikat rambut Hazel menjadi satu.

"Gak tau tapi gue takut, Mami sama Papi lo kan gak suka sama gue." lirih Hazel sambil menunduk.

"Gue gak peduli, itu mereka bukan gue! gue cinta mati sama lo, Zel. Mau mereka gak setuju pun bukan masalah besar bagi gue, gue bakal tetap nikahi lo. Apa perlu sekarang kita nikah, hm?"

Hazel memukul pelan dada Alaric, "Ya gak gitu juga baby! t—tapi..."

"Lo harus percaya sama gue, Zel. I will always be with you, by your side. Stop untuk berpikiran negatif apalagi mikirin hal yang belum tentu terjadi," ucap Alaric sambil memegang kedua pipi Hazel dan menatapnya intens.

Hazel tersenyum lalu mengangguk kecil, ia memeluk leher Alaric dengan erat, "Huweee! Baby gue ngomong panjang, Baby gue romantis banget jadi terharu, hiks!"

🐙🐙🐙

Malam ini Hazel dan Alaric sudah siap berangkat menuju markas, malam ini malam sabtu, hari yang di tunggu-tunggu semua murid di IHS karena akhirnya mereka bisa bebas dari mata pelajaran.

Hazel sudah tampak cantik dan keren mengenakan atasan tanktop putih di padukan jaket kulit hitam, jeans hitam robek dibagian lututnya, lehernya tidak lupa memakai perhiasan kalung bergambar sayap serta sepatu boots hitam tinggi.

Alaric juga memakai pakaian yang sama seperti Hazel, gadis itu merengek agar Alaric mau memakai pakaian yang sama dengannya, Alaric yang tidak masalah tanpa banyak bicara langsung memakai pakaian yang disediakan gadisnya.

Hazel sudah tidak sedih lagi karena Alaric akan mengajaknya pergi ke markas, tempat di mana sahabat serta teman Alaric berkumpul.

Hazel memeluk erat pinggang Alaric saat lelaki itu mulai menjalankan motornya, di sepanjang jalan Alaric mengelus punggung tangan Hazel yang berada di perutnya membuat Hazel terus menahan senyumannya.

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai, Alaric memarkirkan motornya lalu membantu Hazel untuk turun dari motor besarnya dengan menyelipkan kedua tangannya di ketiak Hazel.

"Gendong?" Tanya Alaric.

Hazel berfikir sejenak lalu mengangguk sambil tersenyum, ia memeluk leher Alaric dengan erat.

Saat mereka masuk sudah disambut banyaknya anggota geng Black Moon yang sudah berkumpul disana, mereka menunduk sebentar tanda hormat pada Alaric.

"Cie cewek bar-bar lagi manja..." Ledek Hans.

Hazel menatap sinis Hana lalu menjulurkan lidahnya, "Gapapa yang penting gak jomblo." sindir Hazel membuat Hans mengumpat kasar di dalam hati.

Hazel mengganti posisi menjadi duduk dipangkuan Alaric dengan posisi miring masih dengan tangan yang melingkar di leher Alaric.

"Mampus, Haha!" sorakan dari anggota Black Moon menggema di ruangan ini.

Hans berdecak sinis kepada mereka semua yang menertawakan dirinya, "Diam!" sentaknya kesal.

"Perawan marah nih ceritanya," Ledek Albert membuat mereka semua menyemburkan tawanya kembali.

Hans semakin murka, ia memilih meninggalkan ruangan tersebut sambil berjalan menghentak-hentakkan kedua kakinya kesal.

Mereka semua diam saat melihat Alaric mulai memasangkan headphone pada telinga Hazel, gadis itu menurut pasti ada hal penting yang akan dibicarakan oleh mereka semua.

"Jangan dibuka sebelum gue suruh ngerti?" Ujar Alaric sambil mengecup sudut bibir Hazel.

Hazel mengangguk patuh dan menerima ponsel Alaric, Lelaki itu sudah mendownload game-game kesukaan Hazel yang dulu sempat ia hapus tempo lalu.

Alaric membawa Hazel kedekapannya untuk ia peluk erat, lelaki itu merogoh sakunya lalu mengeluarkan sebuah benda, pistol.

Dor!

Gotcha.

Tepat sasaran, tembakan yang mengenai kepala lelaki tersebut, Alaric telah menembak salah satu anak buahnya yang diyakini pengkhianat didalam geng nya.

Hazel melirik dari ekor matanya, sudah dibilang jika Hazel bukan gadis polos yang mudah ditipu. Alaric meremas pinggang Hazel membuat gadis itu langsung melanjutkan aktivitasnya.

"Ala ponselnya mati," ucap Hazel sambil memanyunkan bibirnya, Alaric tersenyum tipis menahan gemas pada Hazel.

Alaric menatap Charlos membuat lelaki itu langsung memberikan ponselnya dengan malas.

"Download yang lo suka, kalau mau tidur, tidur aja nanti gue pindahin keatas biar nyaman." ucap Alaric lalu mengigit pelan bibir bawah Hazel.

Anak buah Alaric yang tadinya tegang kini menatap Bos nya iri sekaligus gemas akan kemesraan mereka berdua.

Charlos dan Gio memutar bola matanya sinis "Bucin terus sampe mati." celetuk Gio yang tidak ditanggapi Alaric.

"Bersihin semuanya!" titah Alaric kemudian beberapa anggota geng tersebut mulai melakukan perintah yang Alaric katakan.

"Menurut lo masih ada pengkhianat disini, Bos?" Tanya Rey smirk.

Alaric, Charlos, Rey bahkan Sagar tersenyum smrik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALARIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang