Kriiing
Kriiing
KriiingTiga kali bel SMA Renwiq berbunyi nyaring di seluruh penjuru sekolah menandakan waktu yang paling dinantikan sekian banyak murid selain waktu pulang, yap waktu istirahat.
Tanpa berberes seperti murid kelas 11 dan 12, semua murid kelas 10 langsung keluar kelas menuju ke kantin. Begitu juga yang dilakukan oleh kedua gadis cantik nan manis dengan nama panggilan Esya dan Lenci.
Memang kelas 10 hanya melakukan 'perwalian' atau pengenalan lingkungan kelas, membentuk struktur kelas, juga semua tata tertib di SMA Renwiq ini sejak pagi. Setelah istirahat mereka semua juga diberikan keluangan waktu untuk menonton pertandingan basket antar sekolah.
Esya tentunya merasa sangat senang karena itu berarti dirinya dapat menonton kedua abang kembarnya juga menyemangati mereka. Sedang Lenci hanya mengangguk saat Esya mengajak dirinya menonton Kembar Andreaxa tanding basket dengan sekolah lain.
Saat di ambang pintu masuk kantin, Esya dapat melihat bahwa kantin ini sudah berubah menjadi lautan manusia. Esya hanya dapat menghela nafasnya sabar.
"Pengen soto ayam yang pedes." Ucap Esya berharap soto ayamnya belum habis.
"Gue pesen makan lo yang cari meja, gak usah bantah." Kata bernada perintah tersebut berasal dari Lenci yang kini sudah melangkah menuju ke salah satu stand di kantin sekolah ini.
Sedang Esya hanya tersenyum indah menanggapi perkataan Lenci. Ia melangkah dengan biasa, sebenarnya dari ia bangun tidur tadi pagi dirinya sudah tak merasakan sakit di kaki kirinya yang membuat dirinya dapat leluasa berlari dan berjalan ria.
Esya berkeliling kantin untuk mencari meja kosong dirinya percaya bahwa ia dan Lenci pasti bisa duduk dan makan di sini. Karena di setiap novel yang Esya baca si tokoh utama -kalau disini Lenci pasti mendapatkan meja kosong atau....
"Hehehe, kalau gak meja kosong pasti duduknya sama para tokoh penting lain. Para Mostwanted Boy Renwiq kekekekeke." Ucap riang Esya sambil melangkah ke meja yang diduduki empat pemuda tampan dengan seragam basketnya.
"Hailo Abang kembarnya Esya!" Seru Esya riang yang mengagetkan keempat pemuda yang sedang makan.
Uhuk!
Dan ternyata ada yang sampai tersedak karenanya, Esya hanya mengedipkan matanya saat melihat Stevan tersedak makanannya.
Sedang Alvano dan Geo tampak biasa saja meski sebenarnya mengumpat dalam hati. Elvano sendiri menatap sebal Esya dan bersyukur dirinya tak sampai tersedak seperti Stevan.
Beruntung es teh milik Stevan berada tepat di sebelah piring makannya, jadi Stevan dapat langsung meminumnya dengan mata melirik ke arah Esya.
"Eh, maaf ya Kak Stevan. Gue gak sengaja heheh." Ucap Esya dengan wajah tak berdosanya.
"Iya dedek manis, Akang Stevan gpp kok." Ucap Stevan dengan senyum dan alis yang dinaik-turunkan.
Gelay astaga! Perasaan di novelnya Stevan gak kayak gini deh, Batin Esya geli.
Berbeda dengan suara batinnya, Esya hanya menampakkan senyum manis yang disertai anggukan kepala.
"Gue ma temen gue boleh duduk di sini, kan Bang Al?" Tanya Esya dengan wajah berharap.
"Boleh dong!" Bukan Alvano yang menjawab pertanyaan Esya tetapi malah Stevan.
"Terserah." Sahut Alvano dengan lirikan matanya tertuju pada Esya yang tersenyum senang.
Esya dengan senang hati duduk di sebelah Alvano, karena memang meja yang biasa diduduki oleh keempat Mostwanted Boy Renwiq ini dapat menampung 6 orang.
Tanpa sengaja tatapan Esya bertemu pandang dengan Lenci yang sedari tadi mencari keberadaan sahabatnya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Esya {end}
RandomRenesya, gadis dengan senyum ramah walau takdir mempermainkannya dengan berbagai luka dihati. Bertransmigrasi ke tubuh tokoh favoritenya dengan takdir yang tak jauh beda, apakah ia sanggup menjalaninya? Kejanggalan mulai terjadi, alur novel pun beru...