Bab 37 ~ Kehilangan Salah Satunya

7.6K 318 70
                                    

Hai Readers. Salam sayang dari Author.

Buat part kali ini aku sengaja mau bikin emosi kalian naik turun. Gak papa ya, olahraga jantung...wkwk

Happy Reading🍂
*
*

Sarah berlari menghampiri Saski yang kini tengah terduduk. Darah segar mengalir deras dari selangkangannya. Hal itu sontak membuat Sarah semakin panik.

"Bu...tahan ya bu," Sarah mencoba membantu Saski untuk berduri, tapi karena tubuh nya yang terlalu kecil membuatnya kesulitan.

"Woy...bantuin dong bukan nya bengong," bentak Sarah kepada Kanaya.

Kanaya tersentak, dia tersadar dari lamunannya. Bukan tidak ada niatan untuk membantu, melainkan dia berada pada titik yang sulit. Hati nuraninya terus berseru supaya dia mau membantu Saski namun, pikiran jahatnya menolak seruan itu.

"Heh bantu angkat, lo budeg ya?" Sarah berteriak, dia mencoba mendekati Kanaya.

"Dasar jalang gak berperasaan, kalau terjadi sesuatu sama bu Saski dan bayinya aku yakin Tuan Gibran nggak akan segan segan memberimu balasan setimpal." Ancam Sarah, bahkan tangannya sudah gatal ingin menampar wajah wanita tidak tahu diri dihadapannya.

Kanaya membulatkan bola matanya, dia menutup mulutnya saking terkejut mendengar penuturan Sarah. Dia baru menyadari bahwa kini Saski tengah mengandung dan itu darah daging Gibran.

"Dia hamil...nggak ini nggak boleh terjadi," gumam Kanaya. Dia berlari meninggalkan Sasaki dan Sarah yang tengah membutuhkan bantuan.

Kanaya memilih tidak membantu Saski, karena jika sampai janin itu selamat dia akan semakim sulit melanjutkan rencananya untuk mendapatkan Gibran.

Sementara itu Sarah dibuat semakin bingung, dia terus berteriak berharap ada orang yang bisa membantunya.

"TOLONG....SIAPAPUN TOLONG..."

Sarah terus mondar mandir, dia bingung harus melakukan apa. Ingin sekali membawa Saski ke rumah sakit namun, dia sama sekali tidak bisa mengemudi kan mobil.

"Rah...Rah sakit...awsh..." Suara Saski terdengar lirih, tangannya terus memegangi perutnya yang terasa diperas.

"Ibu...hiks...ibu aku harus gimana?" Sarah bertanya dengan isak tangisnya, pikirannya buntu kali ini.

"Hub..bungi...Gibran..Rah..!" Titah Saski, suara nya semakin pelan hingga akhirnya dia kehilangan kesadaran.

Singkat cerita Sarah berhasil menghubungi Kevin, awalnya dia berniat menghubungi Gibran lebih dulu namun ternyata dia sama sekali tidak memiliki nomor Gibran.

Mereka berdua membawa Saski ke sebuah rumah sakit, lalu setelahnya memberikan kabar duka ini kepada Gibran.

"Ya ampun Mas, gimana kalau terjadi sesuatu sama ibu?" tanya Sarah, wajahnya kini terlihat kusut. Mungkin karena sedari tadi dirinya tidak berhenti menangis.

"Sabar Rah, kita percayakan semuanya kepada dokter." Jawab Kevin, dia menenangkan Sarah dengan mengusap punggungnya beberapa kali.

Bukan itu yang ingin Sarah dengar, dia ingin mendengar langsung semuanya dari dokter. Sarah bahkan sangat percaya dengan kemampuan dokter di rumah sakit terkenal ini. Tetapi ini sudah tiga puluh menit dan belum ada satu pun dokter yang memberikan kepastian.

Sarah mengusap wajahnya kasar. Dia terlihat gusar, dia takut jika nanti ada hal buruk yang menimpa majikannya dialah orang pertama yang akan menjadi sasaran kemarahan Gibran.

GISAS || CEO Penakluk (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang