Bagian 1

2.3K 43 0
                                    


Ku berjalan menyusuri kota yang sangat penuh ini, para masyarakatnya sangat sibuk dengan kegiatan nya masing-masing, suara bising perkotaan masih sangat asing ditelingaku, orang-orang terasa begitu asing bagiku, mereka mereka fokus akan tujuannya sendiri, bahkan senyum palsu yang biasa ku dapat di tempat tinggal ku tak lagi bisa kurasakan, ironi memang, mengapa aku mengharapkan hal seperti itu disini.

____________________________________

Setelah berjalan cukup lama, aku tak kunjung menemukan alamat yang sedang kucari ini, sudah banyak gedung, pabrik, perusahaan yang kulewati tapi tak membuahkan hasil, tempat-tempat yang lewati tadi bukan tempat tujuanku hari ini, akupun berinisiatif menanyakan pada orang yang berpapasan denganku, namun.. mereka semua cendrung tidak menjawab pertanyaan ku, apalah mereka setidak peduli itu terhadap sekitarnya? No one know.

Terus ku mencari bantuan, hingga aku menemukan pos ronda yang terdapat seorang pria tua dengan motor usang dan jaket lusuhnya.

"Kuharap bapak ini tau" ucapku dalam hati. Sambil berjalan menghampirinya.

"Permisi pak" Ucapku pada pria tua yang sedang duduk diatas motornya ini, dia tampak kaget akan kehadiranku.

"Iya mas kenapa?" Jawabnya ramah, sambil menurunkan kakinya.

"Ini pak saya mau tanya alamat ini, kalau boleh tau dimana ya, ataugak kalau naik kendaraan umum, saya naik yang mana?" Tanyaku lagi penuh antusias, sambil kusodorkan kertas yang bertuliskan alamat tersebut.

Pria tua ini mengambil kertas yang kusodorkan padanya.

" inimah agak jauh mas dari sini, kalo mau... saya anter deh" Ucapnya sambil tersenyum.

"Buat ongkosnya berapa pak?" Tanyaku padanya

Pria tua jni berfikir sejenak memikirkan pertanyaan yang kulontarkan.

"50 mas kalo kesono, agak rawan, banyak pungli soalnya" jawabnya sambil menggidikan bahu, dengan ekspresi takutnya.

"Yah pak, 35 deh gimana? Ini saya sisa 15 ribu buat makan" balasku mengharap iba darinya.

"Jah mas, zaman sekarang kagak cukup segitu, apa-apa mahal kalo masnya mau, naik umum aja yang 005, nanti minta diturunin depan PT.Parbool masnya entar tinggal jalan lagi beberapa ratus meter, cuma ya itu mobil umum 005 masi pada ngetem jam segini, agak siangan biasanya" jawabnya panjang lebar

Mendengar penjelasannya membuatku khawatir tak bisa mengikuti interview yang kan ku hadiri, dengan berat hati aku lebih memilih mengorbankan sarapanku daripada kesempatan ini.

"45 ribu pak? Ini 5 ribunya buat beli air minum, gimana pak?" Tanyaku padanya.

Pria tua itupun langsung menghidupkan motornya dan memberikan helm yang ia pakai padaku.

Diperjalanan aku hanya berfikir jawaban apa yang akan kuberikan pada perekrut dan apakah aku akan diterima atau tidak.

"Masnya dari mana sih, pasti bukan orang sini kan?" Tanya nya memudarkan lamunan ku.

"Bukan pak, saya bukan orang sini, makanya saya gatau" jawabku padanya, sambil kubetulkan posisi helm yang kupakai.

"Saya dari kampung pak, saya coba adu nasib disini, di kampung cari duit susah, apalagi saya gak punya sawah kebun, kalau punya saya tinggal berkebun aja" timpalku lagi.

"Ke PT.Sri Utama mau kerja disana to?" Tanya nya lagi.

"Iya mudah-mudahan saja pak saya keterima, ini saya mau interview" jawabku sambil ku betulkan lagi helm yang sedang kupakai ini.

Selama di jalan kami berdua mengobrol banyak hal, mulai dari cerita kapan beliau datang ke kota ini, hingga nyeritain anaknya yang kabur sama pacarnya, beliau memberiku nasihat tentang cara bertahan hidup dikota ini, dia mengatakan jangan terlalu baik sama orang nanti dimanfaatin atau lebih parah dijahatin, aku sempat berfikir apakah aku akan kuat dan betah tinggal dikota yang seperti ini.

SI TANGGUH DAN SI POLOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang