SATU

661 68 21
                                    

Lia saat itu sedang asik menonton drama korea kesayangannya. Gadis berambut panjang itu bahkan lebih fokus pada ponselnya dari pada pelajaran yang sedang dijelaskan oleh gurunya. Padahal dirinya termasuk siswi yang berprestasi. Namun agaknya hanya itu yang bisa dibanggakan darinya.

Soal teladan... Lihat lah, mana ada siswi teladan lebih mementingkan drama korea ketimbang gurunya yang sudah susah payah menjelaskan mata pelajaran di kelasnya. Yasmin yang saat itu menjadi teman sebangkunya menggeleng pelan. Sabar aja dia, bahkan gadis itu sudah berulang kali menyenggol Lia agar lebih fokus pada pelajaran. Takut aja gadis itu dapet teguran, mengingat Lia sebenarnya merupakan siswi pindahan.

Iya, Lia sebelumnya tidak bersekolah di SMA MEGANTARA. Dia siswi pindahan dari luar kota. Lia sendiri baru pindah sekitar seminggu yang lalu. Yasmin pikir, dia merupakan siswi teladan. Mengingat track rekor dia yang ia dengar sering menjadi juara umum atau bahkan sering menjadi juara di olimpiade. Meski tidak juara pertama, Lia adalah orang yang pantang kembali tanpa sebuah piala di tangannya.

Mungkin bisa dibilang selama mengikuti olimpiade tersebut, Lia selalu membawa pulang piala. Entah itu juara pertama atau pun ketiga, intinya ada rumor yang beredar bahwa Lia satu-satunya orang yang belum tersingkirkan dari tiga besar setiap olimpiade yang ia ikuti. Keren bukan? Yasmin akan mengatakan itu sangat-sangat keren, kalau dia gak inget kelakuan ajaib Lia selama mengenal gadis itu.

"Lia, Yasmin!"

Yasmin yang sudah mendengar panggilan dari gurunya itu memejamkan mata untuk sesaat. Ah sial, ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Pasalnya guru yang sedang menjelaskan mata pelajaran saat itu disebut sebagai guru killer. Sebutan buat guru guru galak yang jika ketauan sedikit tidak mendengarkan penjelasannya bisa dikeluarkan dari kelas. Syukur-syukur gak dilempar sama penghapus papan tulis aja sih.

"Ya bu!" sahut Lia. Yasmin udah mau menyumpah serapah aja saat itu juga.

"Dari tadi ribut aja, kalian gak mendengarkan penjelasan saya?"

"Mendengarkan kok bu!" Yasmin berusaha meyakinkan.

"Kalau kamu?" guru itu menatap ke arah Lia, termasuk seluruh teman-temannya.

"Ya mendengarkan bu, sambil nonton drama korea juga!" jujur Lia dengan wajah santainya yang berhasil membuat seisi kelas tertawa. Yasmin udah mau jambak rambut panjang Lia yang saat itu dibiarkan tergerai, sedangkan wajah guru itu udah merah padam.

"KELUAR KAMU DARI KELAS SAYA!" usir guru itu sampai semua murid yang ada di kelas itu terkejut.

Lia dengan santai berdiri dari tempat duduknya. Gadis itu melangkah melewati teman temannya ke depan kelas sebelum menoleh ke arah sang guru, dan berujar. "Terima kasih bu!"

Setelah itu ia menghilang dari balik pintu kelas. Sungguh ajaib kan hidup Lia. Siswi pintar dengan segala tingkahnya yang gak masuk akal. Bagi kebanyakan orang, pintar itu sama dengan teladan. Paling gak ya gak banyak tingkah, tapi Lia jauh dari kata itu.

Lia saat itu menunduk menatap ponselnya sejenak, lalu menghela napas. Dia membaca pesan Yasmin yang baru saja masuk. Katanya ia harus menemui guru tersebut di jam istirahat nanti. Lia yang memang belum fokus pada jalannya itu tiba-tiba tersenggol oleh segerombolan siswa yang sepertinya membolos di jam mata pelajaran.

Bukannya minta maaf, salah seorang di antara siswa itu malah mengomeli Lia. Pasalnya dia lagi minum, alhasil minuman sedikit mengotori bajunya dan baju Lia tentunya. Lia syok bukan main. Dia tak suka jika bajunya lecek apalagi kotor. Gadis itu buru-buru berdiri dan bersiap mengomeli mereka.

"Kalo jalan tuh pake mata, buta ya lo ampe gak liat ada orang!"

"Bego ya lo!" sargap Lia to the poin, buat beberapa orang yang ada di dalam kelompok itu menganga tak percaya. Saat itu Lia memang belum fokus pada orang yang ada di hadapannya. Dia masih mencoba membersihkan bajunya.

RED FLAGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang