6E

8 2 0
                                    

03.53

Jantung Nikki berdegup kencang ketika menyaksikan lampu hijau pada layar kecil di dasbornya berkedip. Sebuah pemberitahuan yang muncul di layar itu mengatakan kalau alat pelacak yang diletakkan Kate di Roger milik Dean telah berfungsi kembali. Nikki merasakan secercah harapan membanjirinya. Itu berarti masih ada kesempatan untuk menolong Dean. Laki-laki itu telah mengirim sinyal melalui alat pelacak, meskipun tidak yakin tentang kondisi Dean, tetap saja Nikki bersyukur karena akhirnya ia mendapatkan petunjuk yang tepat untuk mengemudikan mobilnya.

Setelah menyetel pemandu otomatis, Nikki langsung mengemudikan mobilnya mengikuti petunjuk arah pada layar itu. Setidaknya dua puluh menit setelah berkendara, sebuah penanda pada layar monitor kecilnya mengatakan kalau Nikki sudah hampir sampai. Hanya tersisa beberapa meter lagi dan ia akan bertemu Dean. Gagasan itu entah bagaimana membuat jantung Nikki berdegup kencang. Apa yang akan dikatakan Dean nanti ketika melihatnya? Nikki tidak mau menebak-nebak reaksi laki-laki itu, tapi tetap saja ia melakukannya.

Kau pergi kesana untuk membantunya, titik.

Bibirnya bergerak mengulangi kalimat itu tanpa bersuara. Kemudian begitu melihat kepala roger milik Dean di ujung jalan, Nikki langsung memutar setir untuk menepikan mobilnya. Dengan tergesa-gesa, Nikki bergerak turun untuk memeriksa roger itu. Bagian depan kelihatannya baik-baik saja, tapi kaca di samping rusak parah. Seseorang yang berusaha menerobos masuk tampaknya memcahkan kaca itu. Pecahannya bertebaran di permukaan tanah. Sementara itu, kursi depan kosong, begitupun dengan kursi belakang. Yang tidak kalah kacau adalah bagasinya. Pintu bagasi itu terbuka dan memperlihatkan sebuah ransel hitam, bercak berwarna merah gelap di lantai bagasi, dan juga kotak perkakas dengan isi yang berhamburan dimana-mana. Nikki mengamati ban mobilnya yang pecah dan dengan cepat menyimpulkan kalau seseorang sedang berusaha memperbaiki ban itu. Tapi setelah menatap ke sekelilingnya, ia tidak menemukan siapapun disana.

Jantung Nikki bedegup kencang karena gelisah. Langsung saja ia mengangkat ponselnya untuk mencoba menghubungi Dean. Namun suara yang keluar dari mikrofon kecil itu memberitahunya kalau disana tidak ada jaringan. Nikki mengerang dengan kesal kemudian berlari kembali ke kursi depan untuk memeriksa apapun yang tertinggal disana.

Alat pelacak yang ditinggalkan Dean masih menggantung di langit-langit mobil. Lampu birunya yang berkedip menunjukkan kalau alat itu masih berfungsi dengan baik. Kemudian Nikki memeriksa laci dasbornya. Laci itu dipenuhi oleh sampah sisa bungkusan permen dan makanan ringan. Ia bertanya-tanya sejak kapan Dean gemar mengonsumsi permen karet?

Tidak hanya itu, tas merah kecil berisi obat-obatannya juga di simpan disana. Secara naluriah Nikki langsung meraih tas itu, membuka untuk memeriksa isinya. Obat yang diberikannya pada Dean masih dalam jumlah yang sama. Hal itu sekaligus menjawab pertanyaan kalau Dean tidak mengambilnya barang satupun.

Nikki berdiri terhenyak memikirkannya, tapi akal sehat meminta Nikki untuk mengabaikan hal itu untuk sejenak dan fokus untuk menemukan Dean. Namun setelah lima belas menit berkeliling di sekitar tempat itu dan tidak kunjung menemukan Dean, Nikki akhirnya memutuskan untuk kembali ke dalam mobil kemudian mengendarai mobilnya untuk mencari posko keamanan terdekat, Kalau dugaannya tepat, Dean pastinya berada disana, mungkin laki-laki itu berusaha mencari bantuan karena satu hal yang diketahui Nikki secara pasti: laki-laki itu tidak pandai memperbaiki mobil.


FORBIDDEN PLACE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang