04.11
Dean bersyukur ketika ia dapat keluar dari dalam hutan dan menelunsuri jalanan beraspal tempat dimana kendaraan umum bisa berlalu lalang. Tepat di ujung jalan terdapat sebuah bagunan kecil yang mirip posko petugas keamanan. Kacanya kusam, cat dindingnya mengelupas dan sulur-sulur pepohonan jauh di atas atapnya yang tampak kokoh. Ketika Dean memasuki posko itu, pintunya sudah dibiarkan terbuka sejak tadi, namun tidak ada siapapun di dalam sana. Barang-barang yang kini diselimuti debu, dibiarkan tergeletak di atas meja, tapi dua cangkir yang masih terisi oleh sisa cairan kopi hitam tampaknya baru ditinggalkan disana, terbengkalai bersama sisa makaroni cheese yang hampir membusuk.
Di dekat pintu, seseorang menggantung topi hitam dan jaket usang berwarna coklat. Permukaan jaket itu sama sekali tidak berdebu, jadi sepertinya seseorang belum lama ini berada di posko itu. Dean kemudian memeriksa mesin pemanas kopi di dekat konter. Mesinnya sudah dimatikan tapi masih ada sisa cairan kopi di dalam sana. Ia kemudian menekan tombol merah hingga cairan kopi tumpah di atas tangannya. Masih panas. Artinya seseorang baru saja singgah disana. Mungkin – jika ia cukup beruntung orang itu masih ada di dalam sana. Cepat atau lambat orang itu akan kembali kesana. Dengan begitu, Dean bisa memintai bantuan.
Selagi menunggu, ia mengedarkan tatapannya ke sekeliling ruangan untuk menemukan sakelar. Tapi ruangan itu dipadati oleh sejumlah barang yang diletakkan secara asal. Sulit untuk menemukan sumber listrik disana. Kemudian Dean memutuskan untuk menggeledah semua laci pada meja-meja kayu yang ada disana – barangkali menemukan baterai yang bisa ia gunakan untuk menghidupkan kembali walkie talkie-nya. Namun yang ditemukannya di dalam laci justru alat-alat seperti pengikir kuku, mesin perekat dokumen, kertas-kertas kosong yang sudah menguning, alat cukur, dan juga kalkulator tua. Dean berdecak masam selagi membanting laci hingga tertutup rapat. Ia kemudian beralih pada laci berikutnya sebelum terpikir kalau boleh jadi kalkulator tua itu masih menggunakan baterai.
Langsung saja Dean memeriksanya, dan benar saja. Ada dua baterai di bagian belakang kalkulator itu. Dean bersyukur karena seseorang disana masih memutuskan untuk menggunakan kalkulator lama yang dioperasikan menggunakan baterai. Setelah mengukur ketebalan baterainya, kelegaan langsung membanjirinya ketika baterai memiliki ukuran yang pas dengan baterai yang dibutuhkan walkie talkie-nya dan begitu Dean memasukkan baterainya ke dalam lubang kosong pada alat itu, lampu merah yang mulai berkedip-kedip menandakan kalau mesin komunikasi itu mulai berfungsi.
"Ya!"
Dean bergerak mendekati pintu ketika menekan tombol merah pada mesin itu dan mulai berbicara.
"Nikki! Nikki! Kau mendengarku? Ini Dean! Tolong jawab aku jika kau mendengarnya.."
Mesin kecil itu mengeluarkan suara gemerisik yang lirih ketika mencoba menangkap sinyal terdekat. Kemudian setelah lima belas detik yang mendebarkan, bergerak mondar-mandir di depan pintu, suara Nikki akhirnya muncul melalui lubang kecil mikrofonnya. Suaranya masih terputus-putus, Dean tidak dapat menangkap apa yang dikatakan wanita itu dengan jelas, tapi tetap saja kelegaan membanjirinya.
"Dean.. aku.. kesana."
"Aku tidak bisa mendengar.."
Suara Nikki kembali muncul jauh sebelum Dean menyelesaikan kalimatnya. Dean memejamkan kedua mata, menunggu sampai wanita itu selesai berbicara sebelum mengatakan, "Nik, bukan seperti itu cara menggunakan mesinnya. Dengar ini! Aku akan berbicara sampai selesai, kemudian ketika aku sudah selesai, aku akan mengatakan 'ganti' dan kau boleh berbicara. Begitu kau selesai kau juga harus mengatakan 'ganti' sehingga aku bisa tahu kapan aku mulai berbicara. Kau mengerti? Ganti!"
"Demi Tuhan, Dean! Apa itu penting? Dimana kau sekarang?"
Dean menunggu, tidak ada suara yang muncul kemudian ia menekan tombol merah dan mulai berbicara lagi. "Ganti, Nik, jangan lupakan itu. Aku ada di posko sekarang. Kau dimana? Apa kau sudah berbicara pada Kate? Ganti."
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN PLACE (COMPLETE)
Mystery / ThrillerDemi melupakan masalah pernikahannya yang kandas bersama Nikki, Dean Hodges pergi ke desa terpencil di kawasan pegunungan untuk menggelar pesta pertunangannya dengan Bree, wanita yang dikenalnya selama kurang dari dua bulan. Tapi sejak hari pertama...