07.35 AM
Dion keluar dari kamarnya dengan rambut yang basah, pria itu keluar dengan menggunakan kaos putih dan juga celana pendek berwarna biru navy.
tok.... tok...
"Harin? kamu udah bangun?"
Dion menghela nafasnya saat tak ada jawaban dari dalam sana "aku minta maaf. Ehm ini kan weekend, kita nonton? atau jalan keluar gimana? ga ada salahnya kan cuma refreshing doang, siapa tau masalah kita kemarin...."
"anu permisi maaf mas Dion, nona pergi keluar tadi pagi." bi Riri menghampiri Dion dan menyampaikan hal yang begitu penting. Bayangkan jika bi Riri tak memberitahunya, mungkin sampai nanti Dion akan tetap berdiri di sana.
"o—ohh oke makasih bi, omong omong Harin pergi kemana?"
"saya kurang tau, tapi tadi saya liat nona pergi keluar— euhm mas Dion maaf kalau saya terkesan kaya ikut campur tapi saya kemarin dengar mas sama non Harin bertengkar kecil. Tolong cepat di selesaikan ya mas kalau ada masalah, komunikasi itu sangat penting dalam sebuah hubungan." saran bi Riri yang kemudian di beri anggukan oleh Dion.
"iyaa bi, makasih yaa! Doain agar semuanya cepat membaik, secepatnya masalah saya sama Harin bakalan selesai."
"bagus deh kalau begitu mas Dion, saya doain semoga semuanya baik baik aja yaa!"
Sementara di sisi lain di atas jembatan itu, Harin tengah menatap sungai yang mengalir di bawah sana. Hembusan angin meniup rambutnya yang di cepol, ada sedikit rasa tenang di dalam hatinya.
Bohong jika semalam Harin bisa tidur nyenyak, bohong jika semalam dia tak memikirkan perdebatan kecilnya dengan Dion. Dialah yang paling merasa takut, ada banyak sekali hal yang dia takuti.
"orang orang punya masalah hidupnya masing masing, cara mereka menghadapi masalah, kekuatan mereka untuk mengatasi masalah itu..."
"aku takut kalau cerita ke Dion nanti dia malah menjauh, aku takut kalau dia bilang aku ini aneh. Maaf, kayanya wanita ini ga berhak untuk bahagia."
"terlalu banyak dosa yang aku lakuin, bahkan sepertinya Tuhan marah sama aku. Tuhan... aku cuma mau kehidupan pernikahan yang bahagia sama Dion tanpa ada masalah besar yang mungkin aja bisa bikin ikatan kita berdua terputus."
Drtt... Drtt...
Lamunan Harin langsung terbuyarkan ketika handphone yang ia letakkan di dalam saku celananya bergetar. Nama Dion tercantum di layar handphone itu, dengan ragu Harin segera mengangkat panggilan yang masuk.
"Harin, kamu dimana?"
"jembatan arah ke rumah pulang."
"diam di sana, aku jemput."
Panggilan itu berakhir, Harin duduk di trotoar pinggir jalan. Dia menurut pada Dion untuk menunggunya datang di sana dan menjemputnya.
Beberapa menit kemudian mobil berwarna hitam, berhenti tepat di depan Harin. Sesuai dugaannya, si pemilik mobil keluar dari dalam sana dan benar saja itu adalah Dion.
"Harin!" panggilnya kemudian Dion berjongkok di depan Harin yang sedang duduk di atas trotoar. Tangannya perlahan mengusap permukaan tangan Harin yang terasa begitu dingin.
Kedua matanya saling menatap manik mata satu sama lain lalu sebuah senyuman tipis terukir di wajah Dion "ayo pulang dan... maaf."
Harin ikut tersenyum, perasaannya memiliki insting bahwa hubungan mereka akan segera membaik. Wanita itu meletakkan tangannya di atas pundak Dion kemudian mengusapnya "aku juga, minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
when we're together | Doyoung
General Fictionapa yang akan terjadi jika kita terus bersama sampai akhir? start : 9 September 2022 end : - update setiap rabu!