23. Si IQ 141

315 45 7
                                    

Holaaa!!!

Aku update ya. Gimana kabarnya?

Semoga baik-baik aja, ya.

Jangan lupa vote dan komen sebanyak mungkin. Aku sangat menantikan komen kalian. Ayo jangan pelit-pelit vote dan komen. Jadilah readers yang bijaksana.

Follow juga akun wattpadku ya.

Kadang aku mikir, apa ceritaku jelek ya sampe banyak yang jadi silent reader?

Ya udah lah. Moga kalian suka.

Happy reading...

🎉🎉🎉



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadi, lo tahu siapa yang nyerempet lo tadi?" tanya Alfa.

"Gue nggak yakin, tapi kayaknya itu orang suruhan Benny," balas Reynald.

"Benny siapa?"

"Anak STM yang sering berantem sama gue. Ini aja gue abis adu jotos sama dia."

Alfa menggelengkan kepala heran. "Lo lebih bar-bar dari yang gue kira ya ternyata."

Reynald terkekeh pelan melihat Alfa yang begitu heran. Dia tahu apa yang sedang dipikirkan Alfa. Reynald itu sewaktu kecil selalu menghindari masalah, kebalikannya saat remaja malah menceburkan diri ke jurang permasalahan. "Gue sebenernya pernah ikut taekwondo. Lo pasti nggak ngira gue segila ini. Gue yang di sekolah emang kelihatan kayak anak pada umumnya. Baik-baik aja, tapi dunia gue kalau di luar ya keras kayak gini. Gue bisa aja sih bonyokin lo sekarang juga."

Alfa geleng-geleng kepala heran. "Iya. Nggak nyangka banget. Dulu pas SD lo sama kecoa aja takut."

Reynald menghela napas lelah. "Semua orang bisa berubah sesuai keadaan. Iya, kan?"

Hening. Hingga akhirnya seorang wanita paruh baya yang dikenal sebagai ketua panti datang membawa kotak P3K. Bu Yulia namanya. Beliau tampak khawatir melihat wajah Reynald yang penuh lebam di sana-sini. Bukan hanya wajah, kaki dan tangan Reynald juga ada yang lecet akibat jatuh diserempet komplotan Benny tadi. Wanita itu dengan telaten membersihkan sudut bibir Reynald yang sedikit sobek hingga mengeluarkan darah.

"Mas Rey jatuh kayak gimana, sih? Kok bisa sampai babak belur gini mukanya?" tanya Bu Yulia.

Sebelum menjawab pertanyaan Bu Yulia, Reynald memberi kode kedipan mata pada Alfa untuk tetap diam dan tidak asal nyeplos ke Bu Yulia. Alfa pun paham kode tersebut. "Tadi ada kucing nyebrang, Bu. Saya kaget, terus ngepot ke trotoar."

"Astaga. Lain kali hati-hati, ya, Mas. Yakin nggak mau ibu anterin periksa ke rumah sakit?"

"Nggak usah, Bu. Cuma lecet dikit sama lebam doang. Saya nggak apa-apa, kok, Bu. Serius," balas Reynald meyakinkan Bu Yulia.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang