Bab 6

20 4 3
                                    

Bacanya sambil dengerin lagu Bertahan Terluka - Fabio Asher.
Biar lebih dapet fellnya

***

Dua minggu sebelumnya

"Aku tidak akan meninggalkan Seza, Granny. Dia hidupku sekarang," ucap Kai dengan mimik wajah kesal lalu memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

Kai mengembuskan napas kasar. Ia mengontrol napasnya yang naik turun karena amarah yang memuncak. Baru kali ini ia begitu marah dengan neneknya itu. Pertama kali juga dalam hidupnya ia menolak permintaan wanita paruh baya yang sudah merawat dirinya sejak kecil.

Deringan ponsel kembali berbunyi, Kai mengabaikan panggilan itu dan memilih pergi keluar dari dalam kamar. Pikiran tidak bisa jernih saat teringat semua hal yang telah ia lakukan.

Sepeninggal Kai, Seza baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan gelungan handuk yang melilit rambutnya wanita itu memilih duduk di depan cermin sambil merias wajah. Memoles berbagai make up hingga membuat tampilannya begitu cantik saat ini. Seza meraih hair dryer sebagai langkah akhir dari aktivitasnya. Belum sempat Seza menyalakan benda itu, deringan ponsel membuat Seza segera menoleh lalu mengambil alih ponsel Kai yang terus berbunyi.

"Baby, ada telepon untukmu," panggil Seza yang tidak mendapat sahutan dari Kai. Seza mengangkat bahu lalu menatap nama yang tertera pada panggilan itu. Senyumnya mengembang melihat nama granny. Tanpa menunda lama, Seza pun menggeser tombol terima.

"Kai, kau harus dengarkan Granny. Kita sudah berhasil mendapatkan apa yang sudah kita rencanakan. Rumah, tanah serta aset peninggalan orang tuanya sudah berada di tangan kita, Sekarang kau kembali dan tinggalkan Seza." Suara yang tersambung dari panggilan itu membuat tubuh Seza menegang.

"Granny juga sudah mentransfer sejumlah uang untuk mengganti apa yang telah kita ambil ke rekeningnya. Ingat, Kai. Kita membayarnya, dan memang seharusnya wanita itu memberikan semuanya pada Granny. Kesalahannya sendiri yang sangat keras kepala saat Granny meminta dengan baik-baik."

Air mata Seza tak terbendung lagi. Tangannya gemetar hingga ponsel Kai terjatuh ke lantai. Tubuhnya melorot, suara isak tangis memenuhi kamar bernuansa putih abu itu. Seza mencengkram dada dengan kuku panjang yang ia punya hingga menggores kulit putihnya.

Berkali-kali ia mengusap pipinya lalu dengan cepat bangkit seolah teringat sesuatu. Seza mengacak-acak isi kamar mencari ponsel miliknya. Ia mengeluarkan semua isi tas tetapi tak juga menemukan keberadaan benda pipih itu. Ia membuang selimut, bantal serta yang lainnya ke sembarang arah. Hingga kamar yang awalnya rapi terlihat sangat kacau.

Seza putus asa karena tak menemukan ponselnya. Tubuhnya kembali terduduk di lantai dengan gemuruh jantung yang tak keruan. Dering ponsel lain membuat Seza dengan cepat menelusuri kamar. Mencari dari sudut ke sudut sampai akhirnya ia menemukan ponsel itu berada di kolong ranjang.

Tergesa-gesa Seza mengangkat panggilan dari orang kepercayaan orang tuanya. Seketika rasa takut pun merayap.

"Seza, apa yang kau lakukan? Kau menjual semua peninggalan orang tuamu pada Xavier Corporation? Paman baru saja menerima dokumen yang menyatakan bahwa semua aset telah berganti nama." Kalimat itu menghamtam Seza dengan keras. Ia menutup mulutnya dengan tangan kanan agar isakan tangis itu tak terdengar.

Seza memutuskan panggilan dengan jemari yang bergetar hebat. Seluruh tubuhnya melemas seketika mendengar kabar buruk itu. Belum percaya dengan apa yang ia dengar dari orang tua yang telah mengurus kekasihnya itu, kini harus dipukul oleh fakta lain yang membuat wanita itu hancur seketika.

Memang beberapa bulan terakhir berkali-kali para pria berjas hitam datang untuk membeli rumah, tanah serta aset lainnya. Namun, Seza mengabaikan mereka karena memang tidak berniat untuk menjual apa yang orang tuanya wariskan. Seza tidak menyangka jika Kai bisa berbuat seperti ini kepadanya.

My Auntumn (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang