Sasuke tidak tersenyum sedikitpun. Bagi kebanyakan orang yang ada di ruangan itu, ikut berbahagia ketika teman mereka melangkah pada komitmen yang lebih serius adalah suatu hal yang seharusnya dilakukan. Tetapi Sasuke, yang mana banyak orang telah terbiasa dengan wajah datarnya, bahkan tidak bisa hanya untuk tersenyum kecil.Di depan sana, kedua sahabatnya tertawa bahagia dengan mengenakan baju yang selaras dengan tema acara. Sasuke tahu bahwa tidak seharusnya dia memasang wajah dingin di acara sahabatnya sendiri. Tapi baginya memaksakan senyum hanya akan membuatnya terlihat mengerikan. Maka dari itu Sasuke memilih berjalan menjauh untuk mengambil segelas anggur yang akan menjadi penenangnya malam ini.
Matanya menerawang jauh ke salah satu karangan bunga yang terletak di sisi pintu utama.
HAPPY ENGAGEMENT
Naruto and Hinata
oOo
"Putus?"
Gaara mengangguk dengan rasa bersalah. Jadenya menatap Sakura yang masih mencoba percaya pada apa yang baru saja dia dengar. Gadis itu hanya berharap bahwa ini adalah sebuah lelucon tidak lucu yang kekasihnya lontarkan dan berbalik mengeluarkan sebuah hadiah atau ajakan 'Maukah kau menikah denganku?' sebagai kejutan. Karena dia tidak menemukan hari-hari dimana hubungan mereka bermasalah.
"Ayolah. Ini tidak lucu." Sakura mendengus sebal. Tapi Gaara yang tidak memberikan respon membuat tubuhnya sedikit kaku.
Gaara menatap hal lain di dalam ruangan itu asal bukan Sakura yang menunggu jawaban dengan wajah serius. "Maaf." hanya itu yang bisa terucap.
Sepasang emerald itu gusar untuk mencoba tenang, "Apa aku melakukan hal buruk?" Gaara menghela napas sebelum menggeleng pelan. "Kau bisa bilang saja, aku akan merubahnya. Aku tidak akan tersinggung." dia mencoba meyakinkan.
"Maaf Sakura."
"Tidak. Berhenti minta maaf, ya?"
"Aku menyukai perempuan lain." Gaara menutup wajahnya dengan sebelah tangan. "Sakura, maaf. Aku tidak lagi menemukan alasan untuk bertahan."
Gadis itu hanya bisa menggeleng tidak percaya. Dia mencoba berusaha tenang dengan mengamati objek sekitar agar dirinya tidak terlihat menyedihkan. "Aku mencoba pura-pura bodoh dengan perubahan sikapmu sejak kau pulang dari perjalanan bisnis itu. Karena aku selalu berpikir bahwa hubungan ini harus dipertahankan." Sakura menarik atensi Gaara sepenuhnya agar mereka bisa saling berbicara lewat mata. "Apa yang dia miliki dan aku tidak?"
"Tidak. Bukan itu." gelengan lemah lelaki itu membuktikan bahwa dia tidak ingin menjelaskan lebih jauh alasan keputusannya ini. "Tolong mengertilah, Sakura."
"Mengerti apa?" tanyanya tak sabaran. "Apa aku harus mengerti ketika kau tiba-tiba ingin mengakhiri dua tahun yang kita lalui hanya karena kehadiran perempuan lain yang baru kau kenal selama dua minggu dari perjalanan bisnis itu?" sarkasnya, ia tidak peduli dengan Gaara yang menatapnya dengan wajah sendu.
"Sakura, aku hanya ingin mengakhiri hubungan ini dengan baik-baik."
"Pantatmu yang baik-baik, sialan."
Gaara terhenyak. "Jaga bicaramu, Dokter." dia mencoba menahan emosinya. Dia tidak pernah mendengar Sakura mengumpat kasar selama dia mengenal gadis itu.
"Kau punya pilihan untuk memperbaiki hubungan kita, bukan justru mengakhirinya."
"Tidak, bukan itu yang aku mau." Gaara menatapnya dengan serius.
Sakura jadi meremas tangannya sendiri. Kejutan yang dia harapkan sejak tadi sepertinya tidak akan pernah terjadi, maka itu dia berdiri dengan segelas air yang dengan tidak sopannya dilemparkan ke wajah Gaara. Lelaki itu terkesiap. "Kalau begitu jangan pernah bertemu lagi."
Sakura berbalik menuju pintu tanpa mengindahkan Gaara yang terbatuk karena tidak siap dengan segelas air yang dilemparkan itu. Namun sebelum benar-benar keluar dari ruangan, Sakura melepaskan sebuah cincin yang tersemat di jari manisnya dan melemparkannya pada Gaara yang masih shock dengan keadaan basah. "Ini di luar jam kerjaku. Aku bahkan bisa memanggilmu 'brengsek' jika aku mau."
oOo
Asap putih mengepul ketika Sasuke menghembuskannya dengan kasar. Dia bukan perokok berat, hanya melakukannya ketika dia butuh melampiaskan emosi yang terpendam. Dia menatap jalanan sambil menyandarkan tubuh di pintu mobil yang ia parkirkan. Matanya menerawang jauh ke masa di mana pertama kali dia mengenal Hyuuga Hinata, gadis yang sudah lama dia sukai. Atau mungkin dia cintai, mengingat berapa banyak hal yang secara sukarela dia lakukan demi gadis itu.
Mereka bertiga bersahabat sejak sekolah, dia, Naruto dan Hinata. Meski selalu bersikap cuek, namun jauh di dalam hati Sasuke menyimpan rasa kagum terhadap gadis itu. Dia cantik dan manis, pemalu dan lembut. Mengingatkan Sasuke pada beberapa sifat yang ibunya miliki. Dia tidak bodoh ketika perlahan dia menyadari Hinata dan Naruto memiliki perasaan satu sama lain di beberapa kesempatan. Namun dengan keras kepala, Sasuke tetap pergi menyatakan cintanya beberapa minggu lalu yang justru malah menemukan mereka berdua sedang bermesraan layaknya sepasang kekasih.
Sasuke menarik jauh rokok dari bibirnya sebentar hanya untuk mengumpat pelan. Masih kesal dengan bayangan betapa saling di mabuk cintanya Naruto dan Hinata saat itu.
Dia sangat sakit hati. Baginya Hinata adalah standar yang dia inginkan. Atau mungkin Hinatalah yang dia inginkan. Namun sekarang semuanya sudah kandas sebelum dia memulai. Hanya perlu menghitung dua bulan dari sekarang sebelum sepasang yang baru saja bertunangan itu menikah.
Sasuke bukanlah tipikal lelaki egois yang akan memaksakan kehendaknya dan merusak kebahagiaan semua orang. Baginya, Naruto dan Hinata tetaplah sahabatnya. Dia tidak akan mungkin menghancurkan hidup kedua orang itu.
Lalu apa tujuan hidupnya sekarang? Mungkin menghabiskan hidupnya dengan menjadi lajang dengan setumpuk berkas kantor di tangannya.
oOo
Sakura membuka bir keduanya tengah malam ini, menenggaknya dua kali sebelum di letakkan kembali bersebelahan dengan semangkuk edamame sebagai temannya. Dia tidak akan minum sampai mabuk mengingat besok dia masih harus masuk kerja. Ini hanyalah pelampiasan untuk melewati fase terkejutnya beberapa jam lalu. Dimana beberapa jam lalu itu dia dan Gaara bukan lagi sepasang kekasih.
Bagi Sakura, sulit menemukan lelaki yang tepat untuk dijadikan pasangan. Dia tipe pemilih, standarnya pun harus tinggi. Dan ketika dirinya yakin untuk menerima Gaara sebagai kekasih, itu menunjukkan bahwa lelaki itu adalah orang yang tepat. Hubungan mereka jauh dari kata tidak harmonis. Bagi teman-temannya, Sakura dan Gaara dikenal sebagai pasangan yang jarang bertengkar, saling mengerti dan mendukung satu sama lain.
Gadis itu kecewa berat. Gaara adalah yang selalu ia elu-elukan, sebagai usaha untuk membuktikan bahwa lelaki inilah standar pendamping hidupnya.Tapi kali ini justru dia terbukti gagal dalam berhubungan. Gagal dalam memilih lelaki yang tepat.
Satu isakan kecil keluar sebelum dia menenggak kembali birnya. All Too Well dari Taylor Swift mengalun pelan sekedar pemanis malam galau terberatnya. Benaknya penuh dengan keraguan bahwa dia bisa melanjutkan semuanya tanpa Gaara.
"Hiks." isaknya kembali. "Kanpai. Untuk tidak menangis lagi setelah ini."
oOo
JANGAN LUPA VOTE KOMENNYA MUAH 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Wedlock
FanfictionUchiha Sasuke dan Haruno Sakura bertemu dalam perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka. Dengan harapan yang telah pupus dan luka yang masing-masing mereka bawa, Sasuke dan Sakura setuju untuk menikah.