17

255 36 4
                                    

Karena sesungguhnya bentuk per-typoan adalah bentuk kemanusiaan yang adil dan beradab ya yeoreobun~

.
.

Kini Elya dan Zaki berakhir duduk diteras Indomaret, bukan di lantainya yang bener aja dong ah! Indomaret kan biasanya ada meja kursinya tuh, nah ya itu.

Elya masih melamun sambil memakan eskrimnya.

"Ck, leleh itu nanti." Ucap Zaki yang membuyarkan lamunan Elya dan langsung saja Elya menghabiskan eskrim di tangannya itu.

"Ziya, gue masih speechless." Lirihnya menatap stik eskrimnya.

"Ya sama, tapi yaudalah."

"Bukan gitu loh Ziya, ini mbak Selly loh Ziya sama bang Sean. Woahhh! Drama apalagi ini pemirsaa." Hebohnya.

"Udahlah, lagian bukan urusan kita."

"Iyasih, tapi masih gak abis pikir. Ternyata bang Sean dulu punya hubungan sama mbak Selly."

"Pantesan, dari awal gue ketemu bang Sean kek gak asing sama wajahnya. Gue malah ngiranya gegara dia mirip ama Sehun Exo sih, jadi gak ngeh kesana." Cicitnya.

"Eh tapikan, bukannya bang Sean anak Jaksel? Kok bisa kenal sama mbak Selly? Kan mbak Selly di Surabaya." Tanya Elya bingung.

"Dulu bang Sean sempet tinggal di Surabaya waktu SMA-nya." Jawab Zaki.

"Oh iya anjir gue lupa dia sepupu lo yak, woahhh sepupu lo bejat juga ya Zi." Seru Elya.

"Gue juga baru tau."

"Aduh gue masih gak nyangka loh anjir.... Bisa-bisanya gitu loh?"

"Udah gausah dibahas, dan jangan di sebar-sebarin ke siapa-siapa." Ujar Zaki.

"Emang kenapa?" Tanya Elya.

"Itu bukan urusan kita Elya."

"Yang ada lo entar yang kena masalah."

"Ya enggak lah. Aib orang ini weh, yang bener aja disebar-sebar. Gue gak kek gitu ya." Elah Elya.

"Pokoknya masalah ini cuma kita bedua doang yang tau." Ujar Zaki.

"Iyaaaaaa."

"Dah yok ah pulang. Jadi nambah kan utang gue ke lo, elah." Elya pun berdiri dari duduknya dan menenteng bungkusan bermerek Indomaret itu.

"Tuhkan ciloknya jadi dingin." Keluhnya.

"Entar dipanasin lagi di microwave bisa." Sahut Zaki dan mereka pun langsung balik for the real, karena dari tadi gajadi mulu balik malah mampir-mampir.

.
.

"Nah itu mereka." Seru Licia saat melihat Elya dan Zaki baru saja datang itu.

"Amboy-amboyyy si paling pasutri ini, kemana-mana bedua mulu kek upen ipien aja gue liat." Goda Michelle kemudian.

"Apaan sih? Julid aja hidup lo, heran." Sungut Elya lalu mengambil tempat duduk di samping Licia.

"Yaelah masih marah aja lo Le gegara mangga doang, tenang aja entar kita gantiin kok." Ucap Bayu.

"Hooh, kalian aja ya yang beli. Nih Lis, duit patungan gue. Dah gue nguli dulu, bye semuaa~"

"Ehhh, tunggu! Apaan nih masa cuma lima rebu, gak gak gak gak." Cegah Licia.

"Yaelah gue adanya segitu anjir."

"Apaan, gak mau. Tambahin lagi, enak aja lo cuma patungan lima rebu doang." Protes Licia.

My Enemy My Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang