JADIAN

9 1 0
                                    

Menerimamu di kehidupanku membuat hari-hariku merasa berbeda
Perilaku selembut sutra yang kau berikan
kubalas dengan setulus cinta
Kubiarkan kasih sayangmu masuk begitu dalam ke relung jiwa
'Kan kubuktikan kepada mereka, bahwa semesta pun merestui kita

~ Kiara Shabila ~

Kiara terperanjat. Mulut tipisnya sedikit ternganga, dengan mata membulat sempurna. Tatapan kaget itu tak pernah jauh dari wajah Kenzi.

Sekelebat, Kiara mengernyit. Merasa aneh dengan pengungkapan Kenzi. Gurat curiga tampak jelas di wajah oval tersebut.

"Lo serius?" tanya Kiara bingung.

Kenzi mengangguk mantap. Di wajah tampannya ada banyak rahasia tersembunyi. Namun, Kiara tak mengetahui sesuatu apa itu.

Kiara terdiam. Mengamati dua es krim rasa strawberry dan coklat itu. Melihat kedua es krim tersebut membuat kerongkongannya terasa kering.

Gegas, Kiara pun meraih es krim tersebut. Menatapnya lekat tanpa berkedip. Tatapan binar kini berubah menjadi tatapan nanar.

'Sayang banget kalau buang es krim. Mana ada makanan seenak ini dibuang begitu saja,' gumam Kiara dalam hati.

Sorot mata Kiara beralih menatap Kenzi yang masih setia berdiri, menunggu jawaban Kiara.

Kiara mendengkus. Ia merasa terjebak saat ini. Tentu saja ia tak mau membuang es krim di tangannya itu. Namun di sisi lain, ia tak bisa membayangkan bagaimana rasanya jika Kenzi menjadi sang kekasih?

Kiara berpikir, saat ini ia tak memiliki hubungan dengan siapa pun. Dan sepertinya, mencoba menjalin kasih dengan Kenzi, tak ada salahnya, bukan?

Kiara tersenyum. Meletakkan es krim rasa strawberry di samping, lalu membuka es krim rasa coklat dan melahapnya.

"Lo nerima gue jadi pacar?" tanya Kenzi memastikan.

Kiara sempat mendongak sebelum kembali menjilat es krim yang sedikit leleh itu.

"Ya, coba aja. Kalau enggak cocok tinggal putus," jawab Kiara datar.

Semudah itu untuk Kiara berpikir tentang hubungan. Sementara Kenzi menyeringai, lalu duduk di samping Kiara. Menatap wanita yang rakus melahap es krim itu, hingga sedikit belepotan di samping bibir.

Kenzi mengusap sudut bibir Kiara menggunakan sapu tangan. Sedangkan Kiara sedikit terkejut dengan perlakuan rekannya. Ralat. Sang kekasih.

"Selalu begini. Kalau makan es krim kayak anak kecil. Belepotan," kekeh Kenzi, sabar membersihkan bekas es krim yang menempel.

Menatap dari jarak dekat Kenzi, membuat jantung Kiara berdegup cepat. Desir darah pun begitu terasa mengaliri setiap tubuh.

Kiara menghela napas lega saat Kenzi selesai mengusap wajahnya yang kian memerah. Sontak, Kiara menundukkan kepala. Menyembunyikan wajah yang seperti kepiting rebus.

"Pulang, yuk," ajak Kiara tiba-tiba, bangkit dari posisinya.

Kenzi pun bangkit sembari membawa es krim rasa strawberry yang masih tergeletak di kursi taman, lalu melangkah sejajar dengan Kiara ke arah parkiran.

Sepanjang perjalanan, hanya hening dan udara dinginnya malam yang menusuk. Rasa canggung pun menyelimuti kedua rekan yang kini menjadi sepasang kekasih tersebut.

Sesampainya di depan kontrakan Kiara, Kenzi memutuskan untuk bersinggah sebentar di depan teras sembari menikmati indahnya malam. Gemerlap bintang di sekeliling rembulan yang berbentuk bulan sabit, menambah nuansa romantis keduanya.

"Nih." Kiara memberikan satu botol minuman teh.

Kenzi menerima seraya berkata. "Terima kasih."

Kiara mengangguk, lalu duduk di samping Kenzi. Menatap arah pandang sang kekasih. Rasa takjub akan kekuasaan Allah itu membuat diri Kiara tenang.

"Ngomong-ngomong kalau boleh tahu, kenapa lo tiba-tiba nembak gue?" tanya Kiara, memecah keheningan.

Kenzi menunduk. Membuka tutup botol minuman, lalu menenggaknya.

"Tadi yang telepon gue itu Nina." Kenzi menoleh, menatap Kiara yang masih mendongak. "Dia yang minta gue buat jadi pacar lo."

Tentu saja Kiara terkejut mendengar pernyataan Kenzi. Lelaki di sampingnya itu memang selalu mau melakukan apa saja untuk wanita yang kini menjadi sang mantan.

"Kenapa? Apa alasannya?" Wajah Kiara kini terlihat begitu penasaran.

"Menurut dia, kamu baik. Jadi, daripada aku cari pacar yang belum tentu baik, lebih baik aku sama kamu," jawab Kenzi, membuat Kiara tak mengerti dengan gaya berpacaran lelaki itu.

Kiara menggeleng-geleng. Meski begitu, ia masa bodoh dengan alasan itu. Karena ia tak mempedulikan urusan Kenzi dengan mantannya. Terlebih, Kiara tak memiliki perasaan pada Kenzi. Niatnya menerima cinta Kenzi memang untuk membuat statusnya bukan jomblo. Hanya itu saja.

***

Hidup Kiara semenjak bersama Kenzi, kini berubah. Setiap pagi sang kekasih akan datang menjemput untuk bekerja bersama. Dan malam harinya akan mengantarkan sampai kontrakan. Begitu siklus kehidupan wanita yang kini baru merasakan indahnya cinta itu.

Malam ini menjadi malam yang berbeda untuk Kiara, karena pertama kalinya Kenzi mengajak menonton salah satu film di bioskop seusai bekerja.

Sialnya, di perjalanan pulang, guyuran hujan membasahi tubuh mereka. Kenzi pun akhirnya menepikan motor matic di depan ruko dengan gerbang warna hijau yang sudah tutup. Air yang turun dari langit seolah enggan memberi celah mereka melajukan kendaraan.

"Dingin banget, ya, Ken," celetuk Kiara sembari menggigil kedinginan.

Kenzi menoleh. Melihat wanita yang hanya mengenakan kemeja kotak berwarna hitam kombinasi putih itu kedinginan, membuat ia merasa iba. Gegas, lelaki itu pun membuka jaket kulit yang dikenakan, lalu memakaikannya ke Kiara.

"Pakai aja jaketku," ucap Kenzi mendapati raut bingung di wajah Kiara.

"Terus kamu gimana?" tanya Kiara khawatir.

"Udah nggak usah peduliin aku. Yang penting kamu nggak kedinginan," timpal Kenzi, menutup resleting jaket.

Senyum terpatri di wajah cantik Kiara, saat Kenzi mengusap lengan atas dan puncak kepalanya. Mendapat perlakuan manis dari sang kekasih, membuat tubuhnya menghangat seketika.

Kiara merasa bersyukur bertemu dan menjalin kasih dengan Kenzi. Keisengannya menerima cinta Kenzi, ternyata membawa Kiara ke rasa yang bernama "Cinta".

"Nanti sampai kos, rambutnya langsung dikeringin, ya. Biar nggak masuk angin," perintah Kenzi, mengusap-usap rambut Kiara.

"Iya, Ken," jawab Kiara singkat.

Gurau, canda, dan tawa menemani Kiara dan Kenzi selama menanti hujan reda. Dan selama itu pula, seolah waktu berhenti berputar. Pun dengan semesta yang begitu baik merestui kebahagiaan mereka. Hingga dering ponsel menyeruak, mengusik kemesraan dua sejoli yang tengah dilanda cinta.

Merasa ponsel bergetar di saku celana, Kenzi bergegas mengambilnya. Beruntung, ponsel jadul dengan kamera satu di belakang itu tak terkena air hujan.

"Aku angkat telepon dulu, ya, Sayang," pamit Kenzi setelah membaca nama si penelepon.

Kiara mengangguk-angguk. Ada secercah kecurigaan di benak saat Kenzi menjauh dari hadapannya. Penasaran, Kiara pun mendekatkan telinga. Mempertajam indera pendengarannya. Dan mencuri dengar suara dari sang kekasih di sana.

Namun na'as, suara guyuran hujan itu seolah enggan memberi Kiara ruang untuk mendengar percakapan lelaki itu dengan seseorang di seberang sana.

"Siapa yang telepon? Kenapa Kenzi selalu menjauh saat menerima telepon? Apa begitu penting sampai-sampai aku nggak boleh mendengarnya?" Begitu kira-kira yang ada di benak Kiara.

--------

Ohayo, jangan lupa pencet tombol bergambar bintang ya. Biar aku makin semangat up-nya.😍😘

Happy Reading...

DEAR KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang