Tears

333 11 0
                                    

Suara lonceng bergema, semua tamu undangan yang ada di ruangan itu bangkit berdiri, menanti sepasang kekasih memasuki gedung.

Ini hari yang sangat spesial, sangat dinanti oleh pemuda Uzumaki itu. Hari dimana ia akan mengucapkan janji suci dengan sang kekasih.

Pintu itu terbuka menampilkan sepasang kekasih dengan senyum yang tak pernah pudar dari wajah mereka. Mereka melangkahkan kaki menuju altar didepan sana, suara dentingan piano serta tepuk tangan menjadi lagu tersendiri, menambah meriah hari pernikahan nya.

Aku memandang mereka. Hatiku sakit, teramat sakit. Air mata yang sedari tadi ku tahan kini mulai membasahi pipi ku, tak menyangka hari ini akan tiba, hari dimana ia akan melupakan ku, hari dimana ia akan memulai lembaran baru dalam hidup nya.

Aku menghapus air mata ku, tak ingin seorangpun tau jika kini aku tengah menangis, tak ingin seorang pun tau jika aku tengah bersedih dihari yang membahagiakan ini, aku tak ingin merusak hari penting ini.

Kulihat bagaimana ia menatap gadis yang kini menatapnya, tatapan yang begitu lembut, tatapan yang dulu selalu ia berikan pada ku, senyum itu... Senyum yang selalu ia tunjukan pada ku.

Aku tidak bisa melupakan nya, semua yang ia katakan, semua yang ia lakukan untuk ku. Aku masih sangat mencintainya.

Dulu aku selalu berpikir jika hanya aku yang ada disisinya, hanya aku yang pantas berada disisinya, hanya aku yang mampu membawa senyum itu diwajahnya.

Tapi, aku sadar jika aku tidak akan mungkin memiliki pemuda Uzumaki itu seutuhnya, tak mungkin bagi ku untuk berdiri disisinya, tak mungkin bagi ku untuk bersanding dengannya.

Meski banyak orang yang mendukung, tapi ku tau itu tidaklah mungkin.

Ia diciptakan bukan untuk ku, ia ada bukan untuk pemuda seperti ku, ia ada bukan untuk menjaga ku.

Ia ada untuk gadis itu. Ia ada untuk menjaga gadis Lavender itu, ia ada untuk membahagiakan gadis Hyuga itu, ia ada untuknya bukan untuk ku.

Selesai acara pernikahan itu, aku segera pergi meninggalkan Gereja itu, aku tak kuasa berdiri lebih lama disana, aku tak sanggup untuk melihatnya bersama dengan gadis Hyuga itu. Aku terlalu rapuh untuk menerima kenyataan bahwa ia sudah menjadi milik orang lain.

Ku menghentikan langkah kaki ku. Langit begitu gelap, bahkan tak ada cahaya bintang yang menghiasi langit malam itu.

Tanpa ku sadari air mata membasahi pipi ku, air mata mengalir begitu saja.

Aku menangis. Aku tak kuasa untuk menahan semua perasaan ini lebih lama, aku tak peduli jika banyak orang yang menatap ku, aku tak peduli jika mereka memandangku, aku hanya ingin meluapkan semua perasaan ku.

Mengapa begitu menyakitkan? Mengapa aku harus memiliki perasaan ini? Mengapa Tuhan mempertemukan aku dengannya? Mengapa? Mengapa Ia memberikan perasaan ini?

Tak bisakah ia pergi?

Aku terlalu lemah, aku tak menginginkan mu menjadi miliknya, aku tak menginginkan semua ini terjadi.

Aku melangkahkan kaki ku. Entah kemana aku akan melangkah, hingga aku sadari saat suara klakson mobil dan teriakan orang disekitar meneriaki ku, meminta ku untuk segera pergi dari sana.

Aku memalingkan pandangan ku, sorot Lambu mobil begitu menyilaukan. Hingga ku mobil itu menghantam tubuhku dengan sangat keras, membuatku terlempar cukup jauh.

Aku tak dapat merasakan tubuhku, aku tak dapat bergerak, bahkan aku tak mampu menjaga kesadaran ku.

Aku begitu mengantuk.

Hingga mata ku terpejam.

Hanya kegelapan yang dapat ku lihat.

Apa ini akhir dari hidupku?

Jika aku memiliki satu kesempatan, bolehkah aku tetap berada disisinya? Bolehkah aku memilikinya seperti dulu?

Bisakah Tuhan memberi satu kesempatan itu pada ku?

Namun, sepertinya Tuhan tak menginginkan ku berdampingan dengannya. Tuhan tak menginginkan ku untuk tetap tinggal disisinya.

Mungkin ini akhir yang terbaik bagi ku, karena aku tak mampu melihatnya bersama dengan gadis manapun, aku tak mampu melihatnya berdampingan dengan gadis Hyuga itu. Aku tak bisa menerima kenyataan jika ia sudah bukan milik ku lagi.

Kamis, 28 Oktober. Aku menghembuskan nafas ku.

Aku memilih untuk pergi, membiarkan ia bahagia dengan gadis pilihannya, aku tak ingin mengacaukan kehidupan barunya. Ia pantas mendapatkan gadis itu, gadis itu dapat merawatnya dengan sangat baik, mungkin ia merawat Naruto lebih baik dari ku.

Terima kasih atas waktu yang telah kau berikan padaku, terima kasih karena kau memberi warna dalam hidupku, terima kasih kau membuatku merasakan dicintai dan mencintai.

Kau tidak akan pernah ku lupa.

Kau adalah kekasih ku kini maupun nanti.

Meski ku tau kita tak bisa bersama lagi.

Maaf jika aku membuat mu menangis di hari bahagia mu, maaf karena aku telah mengacaukan hari yang telah kau nanti. Maaf karena aku memilih pergi meninggalkan mu.

Ku harap kau bahagia bersama dengannya.

Aku selalu mencintai mu. Naruto.

Tamat.

One Shoot Nih CuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang