Bab 41 ~ Terlambat

6.5K 259 99
                                    

Hai Readers. Salam sayang dari Author.

Baca sampai bawah ya, aku punya kejutan buat kalian..hehe.

Happy Reading🍂
*
*

"Nay lo liat handphone gue gak?" tanya Dimas, matanya terus melirik satu persatu tempat dimana dia biasanya menyimpan handphonenya.

"Nay...kamu...ahhh shit.." Dimas reflek menjatuhkan dompet ditangannya saat menyadari bahwa tadi handphonenya dia tinggal diatas meja.

Dimas celingukan, yang pertama dia cari adalah keberadaan Kanaya. Namun, ternyata Kanaya sudah tidak ada disana. Dia berlari mencari Kanaya ke ruangan lain berharap bahwa perempuan itu masih ada disekitar Apartemen.

"Astaga Dimas lo ceroboh banget sih," Dimas mengacak rambutnya kasar.

Dengan langkah cepat Dimas mendekati pintu apartemen, dirinya baru menyadari ternyata kartu akses yang biasa dia gunakan pun sudah raib. Hati nya mulai cemas, dia mondar-mandir memikirkan cara supaya bisa keluar.

Suara detik jam membuat Dimas Semakin ketakutan, dia takut Kanaya akan menggagalkan semuanya. Beberapa kali dirinya mengintip jendela berharap ada seseorang yang bisa dirinya mintai pertolongan.

*****

Sementara itu di acara resepsi Saski dan Gibran semua orang tengah dibuat terkagum-kagum dengan kelucuan Alano. Anak berusia empat tahun itu tidak mau lepas dari Mommy nya, Saski. Bahkan saat duduk dikursi pelaminan pun dia menjadi penyekat antara Gibran dan Saski.

"Mom.. kenapa Mommy nggak nikah cama Alan aja?" tanya Alano polos.

Saski tersenyum, "Ya karena mommy ini mommy nya Alan. Orang tua dan anak itu tidak boleh menikah." Ucap Saski lalu menyubit gemas pipi Alano.

Alano menyilang kan tangannya didepan dada, dia membuang muka tanda merajuk.

Tingkah Alano ini sukses membuat Saski dan Gibran menggelengkan kepala. Putra nya ini benar-benar pencemburu bahkan kepada Dady nya sendiri.

"Lihat sayang, putramu ini pasti nanti jadi pria yang posesif." Ledek Gibran, sembari menyenggol lengan Saski.

Saski melotot, "Hey...jangan salah ya, bahkan Dady nya jauh lebih posesif." Sindir Saski.

"Jangan centuh mommy Alan," Alano memindahkan tangan Gibran yang tadi sempat menyentuh tangan Saski.

"Tapi kan dia istri nya Dady sayang, masa nggak boleh." Ucap Gibran dengan suara yang sengaja di mirip-miripkan dengan suara anak kecil.

Alano bangkit dari duduknya, "Nggak boleh." telunjuknya bergerak persis dihadapan wajah Gibran.

"Boleh dong...masa nggak boleh, boleh kan istriku?" Gibran memeluk pinggang ramping Saski, dia begitu bersemangat mengerjai putranya.

"Ahhhh...lepas, jangan pegang mommy. Mommy punya Alan bukan punya dady." Alan berhambur kepelukan Saski, tangannya memukul punggung tangan Gibran.

Gibran refleks melepaskan pelukannya, mendapatkan perlakuan Alano, Gibran justru semakin tertantang mengerjai putra semata wayangnya.

Cup...

Gibran mengecup pipi Saski, dia ingin melihat seperti apa respon Alano. Pasalnya saat dia memegang pinggang Saski putranya itu terlihat sangat marah apalagi sekarang dirinya memberanikan untuk mencium istrinya.

Plak...

Alano memukul pundak Gibran. Matanya sudah berkaca-kaca, bisa dipastikan dalam hitungan detik anak berusia empat tahun ini akan menangis.

GISAS || CEO Penakluk (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang