Hanum segera menarik tubuh Rumi menjauh dari Agnia begitu ia dekat dengan keduanya, cewek itu menatap tajam Agnia sementara yang ditatap hanya tersenyum manis.
"hai, Han!" sapa Agnia ceria, seolah tak menganggao tatapan tajam Hanum barusan sebagai sebuah tanda bahaya.
"sudah selesai healing lo?" sinis Hanum.
Agnia tertawa kecil, "kenapa? Lo mau ikut healing juga? Eh salah, harusnya yang gue bawa healing Ruri, 'kan, ya?" sindirnya balik.
Hanum tak menanggapinya lagi, ia kemudian menatap Rumi, "ayo ke kelas!" ajak cewek tersebut langsung menarik Rumi pergi tanpa mengucapkan sepatah kata kepada Agnia.
"jangan pernah percaya sama apa yang diucapin Agnia, Rum. Dia itu pandai nipu orang," pesan Hanum dalam perjalanan mereka ke kelas.
Kening Rumi berkerut tipis, "banyak yang gue gak tau soal lo ternyata, Han."
Langkah yang di depan refleks terhenti, ia menoleh ke arah Rumi, tak paham dengan arti ucapan temannya itu.
"mak—"
"lo nyuruh gue jauhin Ruri, sekarang nyuruh jangan percaya sama ucapan Agnia. Lo bicara seolah lo kenal dekat sama mereka."
Rumi menatap lekat sepasang mata sahabatnya, "padahal gue pikir gue sudah kenal banget sama lo, ternyata enggak."
Hanum menghela nafasnya kasar, "astaga, Rumi!" erangnya kesal.
"itu karena orang-orang pada bilang kalau merek—"
"Hanum yang gue tau enggak bakal langsung nelan bulat-bulat perkataan orang lain," sela Rumi cepat, ia semakin menatap Hanum serius.
"lo mengomentari orang secara sembarangan kalau bukan karena lo emang sudah kenal mereka lama."
Hanum tak lagi membuka mulutnya, benar-benar dibuat bungkam oleh perkataan Rumi.
"sebenarnya Hanum yang gue kenal itu siapa? Gak peduli seberapa buruk masa lalu lo atau seberapa buruk hubungan lo terdahulu sama mereka, lo tetap teman gue, Han. Gue tetap nganggap lo teman."
Rumi memegang tangan kanan Hanum dengan tangan kirinya, "gue bakal tetap percaya sama lo, Han."
Hanum meneguk salivanya pelan, ia gugup. Hanum dengan image sempurnanya, membayangkan jika semua orang tau apa yang selama ini berusaha disembunyikannya membuat cewek itu ketakutan. Lebih parah, bagaimana jika Ezra tau tentang masa lalunya? Hanum tidak bisa membayangkan jika suatu saat dirinya kehilangan kekasihnya tersebut.
Segera setelah mendapatkan kesadarannya kembali, Hanum menarik cepat tangannya dari genggaman Rumi dan menatap cewek itu seolah tak ada apa-apa.
"ini Hanum yang lo kenal, Rum. Dan kalaupun ada yang berubah itu pasti lo, Ruri itu pengaruh buruk buat lo!"
Cewek itu segera pergi meninggalkan Rumi, lagi ia membuat hati sahabatnya hancur. Bukannya makin membaik, hubungannya dan Hanum malah makin merenggang. Rumi menghela nafasnya lelah, mungkin ia akan mencoba membujuk Hanum lagi nanti.
***
Jonah menghela nafas untuk kesekian kalinya, ia mengangkat tangan kirinya dan sedikit menarik ke belakang lengan kemeja biru malamnya untuk mengecek sudah berapa lama mereka dalam keadaan diam dengan suata metronome yang memenuhi ruangan.
"ini sudah setengah jam setelah kamu datang," ucap Jonah setelah mengecek jam tangannya, pria itu menatap sosok remaja laki-laki yang sedang dalam posisi tertidur di depannya.
Ruri tak mengucapkan apapun, ia hanya memainkan metronome itu walau sudah bosan rasanya.
"Ruri," panggil Jonah.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Ruri
Novela Juvenil"Kepada Ruri Dhananjaya! Gue suka sama lo! lo mau jadi pacar gue?" akibat memilih dare, Rumi terpaksa menerima tantangan untuk menembak Ruri cowok yang terkenal dengan title 'playboy' dari teman-temannya, tidak sampai disitu saja, ia bahkan diminta...