Content warning(s) ; Physical touch, kissing, cuddle, alcohol, harsh word, harshness, sensitive topic, etc.
Sang Dewa, julukan yang sangat tepat bagi seorang Dewanggara Dewoni.
Tampan? Jangan diragukan lagi! Ketampanan Dewa bahkan hampir mendekat pa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I|I
- Dewanggara -
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Eirene -
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada perasaan berkecamuk yang kali ini Dewa rasakan. Dewa sebenarnya menyadari apa alasannya, hanya saja ia tidak begitu yakin dengan benar atau salahnya. Dipikirannya kini hanya berisi, apa ini tanggapan yang benar karena ia sampai terbesit sebuah kecurigaan seperti ini? Apa sejak awal ia seharusnya tidak berpikir terlalu jauh sampai pada titik ini? Tapi kalau boleh jujur, sebenarnya semua kecurigaannya itu berdasar, namun ia tidak tahu harus melanjutkan atau lebih baik menyudahkan.
Semua rasa berkecamuk ini berawal dari kali pertama Dewa menemui pelaku yang telah menabraknya, Roni. Dan semua itu bertambah dengan kedatangan Kaindra pagi ini untuk membahasnya.
"Kemarin Om datang ke kantor polisi lagi, katanya kamu menginginkan penyelidikan itu kembali di lanjutkan. Sebenarnya apa alasanmu, Dewa?"
Ketika mendengarnya tadi, Dewa jadi cukup menyesal karena tidak memikirkan lebih panjang mengenai keinginannya untuk menyelidiki lebih lanjut si pelaku yang telah menabraknya itu. Harusnya Dewa lebih memikirkannya lagi, lebih baik ia meminta bantuan pada polisi, atau lebih baik lagi ia menyelidikinya sendiri.
"Apa menurut Om, benar kalo malam itu dia cuma mabuk saja?"
"Dia mengakunya begitu. Dari hasil tes urin, dan bukti lain juga membuktikan kalau dia memang seorang pecandu alkohol, sekaligus juga pemakai narkoba. Lalu apa yang membuatmu lebih curiga lagi dengan dia?"
