PROLOG

67 2 0
                                    

Lelaki itu menunggu seseorang di dalam toilet perempuan, berkali-kali ia mengigit kukunya matanya menatap cemas sekitar. Seperti seseorang yang mengalami depresi ia mondar-mandir dengan setia menunggu seseorang di dalam untuk keluar. Mata Genta merah, ia tidak kuasa menahan emosinya yang meledak-ledak begitu mengetahui obat yang ia berikan pada Zeta tidak kunjung di minum oleh gadis muda itu.

Sedangkan di dalam toilet Zeta terus merasakan mual di perutnya, menatap wajahnya di pantulan cermin tampak begitu lemas dengan efek kehamilan mudanya. Wajahnya pucat karena dia sudah mondar-mandir kamar mandi sejak tadi. Ia mengetahui seseorang telah lama menunggunya diluar kamar mandi. Ia mengeringkan wajahnya, ia sudah siap menghadapi laki-laki yang arogan itu.

Baru saja ia membuka pintu kamar mandi sebuah tangan kekar menariknya untuk naik lift menuju atap kantor. Genggaman laki-laki itu begitu kuat membuat Zeta menangis dalam diam menahan sakitnya cengkeraman tangan Genta. Laki-laki itu sedang dipenuhi dengan emosi yang menggebu-gebu.

Begitu lift terbuka, Genta menyeret kasar Zeta menghempaskan cengkramannya begitu saja membuat Zeta yang hampir tersungkur itu. Zeta buru-buru bangun dan menjaga jarak pada Genta yang menghalang pintu lift membuat Zeta mau tidak mau harus menghadapi Genta.

"Kamu nggak minum obat itu kan?" Bentak Genta dengan mata yang memerah dan nafasnya memburu.

Zeta menunduk, ia sendiri dalam kebingungan haruskah ia menuruti permintaan Genta untuk menggugurkan kandungannya. Toh lagi pula, jika pun itu terjadi tidak akan terlihat karena kandungannya baru beberapa minggu.

"Akan aku pikirkan!" Jawab Zeta memberanikan diri menatap mata Genta yang terkejut dengan jawaban tenang perempuan di hadapannya itu.

"Kamu itu benar-benar! Bisa saja itu bukan anak aku kan? Bisa jadi kamu melakukannya dengan pria lain. Ayolah Zeta berfikirlah jernih. Kita melakukannya sekali itupun dalam keadaan tidak sadar." Gertak Genta sangat frustasi dengan pola piker Zeta yang sama sekali tidak sejalan dengan permintaannya.

Zeta memainkan kedua tangannya menandakan ia sedang cemas dan takut, air matanya luruh namun ia hapus dengan kasar. Bagaimana bisa ada lelaki yang tidak mau mengakui kesalahannya, menanggung bersama justru merendahkan harga diri seorang perempuan dengan serendah-rendahnya.

"Biarkan aku pergi!" Ucap lirih Zeta memandang tegas Genta kemudian berlalu, baru beberapa langkah dan tangannya belum menyentuh tombol lift laki-laki itu menghentikannya.

"Zeta! Aku mohon! Aku tidak mau menjadi cemooh bagi keluargaku dan karirku masih sangat panjang!" Ucap Genta dengan nada putus asa.

Zeta menghela nafas tertawa getir, bagaimana bisa Genta bersikap seolah-olah hanya dia yang menjadi korban dari insiden kemarin. Laki-laki itu benar-benar manusia yang tidak mempunyai hati. Bukankah disini hidup Zeta yang lebih hancur? Karir yang ia dapatkan dari beasiswa semasa di kampus terkikis begitu saja hanya karena janin yang ia kandung.

Janin yang tidak dia harapkan keberadaannya namun enggan untuk melenyapkannya. Hatinya tak sampai untuk menghabisi nyawa malaikat tak berdosa itu. Sekarang Genta memohon dengan nada putus asa yang belum pernah Zeta dengar sebelumnya. Zeta bimbang, ia ingin menuruti permintaan keji Genta tapi lagi-lagi hatinya tak sampai.

"Kamu pikir hidup dan karirku tidak hancur? Aku yang lebih dirugikan disini!" Tandas Zeta kemudian menekan tombol lift membuat Genta terdiam mendengar suara Zeta yang tak lagi bergetar namun justru terdengar sedang menggertaknya.

Ting...

Lift terbuka, Zeta segera melesat masuk menoleh sejenak pada Genta yang memalingkan wajahnya. Menyembunyikan wajah frustasinya, apa yang akan dikatakannya jika keluarga besarnya mendengarnya. Genta kehabisan akal, frustasi dan hampir setengah mati menahan diri agar tidak depresi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARZETA (Cinta Zeta Untuk Genta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang