Bab 42~ Pertanggung jawabn Dimas

7.8K 268 86
                                    

Hai Readers. Salam sayang dari Author.

Part kali ini khusus buat Kanaya. Tentukan mau tetep jadi hatersnya Kanaya atau beralih jadi Kanaya lovers..wkwk

Happy Reading🍂
*
*

Tap..tap...

Suara langkah kaki mendekat ke arah mereka, ketiganya sontak menoleh bersamaan.

"Gibran mana Kanaya?" Suara parau datang menghampiri Gibran.

Gibran mendongak, saat dilihat dengan dekat ternyata suara itu milik Om Irwan Ayah nya Kanaya.

Berbeda dengan reaksi Gibran, Dimas justru dibuat tidak tenang. Selain karena dirinya juga punya rahasia dia juga merasa tidak enak hati karena orang yang pertama ditanya itu bukan dirinya melainkan Gibran.

"Ran, kenapa kamu diam aja? Kanaya gak papa kan?" Om Irwan kembali mengulang pertanyaannya.

"Mmm...anu Om, Kana__"

Ceklek...

Belum sempat Gibran menjelaskan semuanya pintu ruang UGD lebih dulu dibuka. Seorang dokter perempuan menyembul dari balik pintu.

"Dokter...dokter gimana keadaan anak saya?" tanya Om Irwan sesaat setelah dokter itu berhenti dihadapan mereka.

"Maaf pak, bapak ayah dari pasien?" tanya dokter wanita tersebut.

"Iya dok saya ayahnya, bagaimana keadaan anak saya?" Om Irwan semakin dibuat penasaran, karena biasanya jika penyakit Kanaya kambuh dokter khusus jantung nya yang langsung menangani.

"Oh baik pak, kalau suaminya yang mana?" tanya dokter tersebut sembari melirik Dimas, Gibran dan Kevin secara bergantian.

Dari ketiga nya tidak ada sama sekali yang berniat menjawab. Awalnya Dimas ingin mengangkat tangan tetapi melihat kode dari Gibran dan Kevin dia mengurungkan niatnya.

"Maksudnya dok, anak saya belum menikah. Ada masalah dok?" Om Irwan semakin dibuat gelisah, ini pertama kali dokter menanyakan perihal suami dari anaknya.

"Kalau begitu bapa ikut ke ruangan saya," jawab dokter wanita itu sembari berlalu.

Sepeninggalan dokter dan Om Irwan, suasana menjadi hening. Hanya terdengar suara langkah kaki yang Dimas ciptakan. Dia terus monda-mandir tidak karuan, bayangan kemarahan Om Irwan semakin nyata dalam pikirannya.

"GIBRAN...GIBRAN KAMU YANG HAMILIN KANAYA KAN?" tiba-tiba Om Irwan datang dan langsung berteriak dihadapan Gibran.

Gibran menggeleng,"Nggak Om, saya nggak hamilin Kanaya." Sangkal Gibran.

"BOHONG...NGAKU KAMU, KENAPA KAMU TEGA HAMILIN KANAYA GIBRAN?" Tangan Om Irwan mencekal kerah baju Gibran tanpa perasaan.

"Tapi Om, say___"

"JANGAN MENGELAK, APA KAMU BENCI SAMA DIA HAH SAMPAI MEMBAHAYAKAN HIDUPNYA?" Om Irwan memotong ucapan Gibran, dia dibuat semakin kesal karena jawaban yang Gibran berikan tidak sesuai dengan yang dirinya harapkan.

Bruk....

Om Irwan mendorong badan Gibran hingga membentur tembok. Dia menekan dada Gibran dengan sangat keras, Kevin mencoba melerai keduanya. Sementara Dimas hanya diam mematung, nyalinya ciut saat melihat keganasan Om Irwan.

Dengan perlahan Om Irwan mengepalkan tangannya, dia sudah siap menghujani Gibran dengan pukulan mautnya.

"Jangan Om," cegah Dimas sembari melangkah mendekati keduanya.

GISAS || CEO Penakluk (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang