Assalamualaikum, Hai bestiee...
Ada yang nungguin author up nggak nih?Happy reading🌻
.
."Sinta, kok kamu sendirian aja?". Tanya Lisa. Sinta hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari Lisa.
"Gabung sama kita aja yuk, rame-rame biar seru". Ajak Naya yang kemudian diangguki oleh Lisa.
"Makasih, kok kalian gak sama Naura lagi?".
Naya tersenyum getir. "Entahlah Sin, ceritanya panjang. Naura cuma salah paham, tapi Naura udah nggak mau temenan lagi sama kita".
"Hah, kok gitu? ada sangkutannya sama Afiza ya?". Sinta menatap Lisa dan Naya dengan tatapan menelisik.
"Kok kamu tau sih?". Kaget Naya.
"Tau lah, lebih tepatnya cuma nebak sih, soalnya kan selama ini Naura kayak gak suka gitu sama Afiza".
"Bukan gak suka lagi, tapi benci!". Sahut Naya enteng.
Lisa menyenggol lengan Naya. "Naya ih". Sedangkan Naya hanya menyengir kuda.
"Eh tapi tenang aja Sinta, kita berdua udah sadar kok kalau Afiza nggak ada salah sama Naura tapi emang Naura aja yang kayak gitu. Kita juga udah minta maaf kok sama Afiza, maafin kita ya Sin?". Jelas Lisa panjang lebar.
"Iya Sinta, maafin kita ya? bisalah kita temenan hehe". Sambung Naya.
"Kenapa kalian minta maaf sama aku juga?".
"Iya lah, kan waktu itu kita ikut sekongkol sama Naura buat jahatin sahabatmu. Jujur sih kita nyesel banget, bisa-bisanya kita kehasut sama perbuatan buruk". Tutur Naya.
"Oh... Iya Sinta maafin kok". Mereka bertiga berhamburan saling berpelukan. Kini Lisa, Naya, Sinta dan juga Afiza telah berteman dengan baik.
"Assalamualaikum".
"Waalaikumussalam". Ketiga gadis itu menoleh ke arah sumber suara, dan menampilkan Afiza dengan senyum manisnya kepada tiga temannya yang saling berpelukan itu.
"AFIZA?!". Pekik tiga gadis tersebut kompak.
"Ini beneran Afiza?". Tanya Naya dengan memutar-mutar badan Afiza. Sedangkan sang empu hanya mengangguk.
"Duh Naya, gak usah lebay deh!". Sarkas Lisa memutar bola matanya malas.
"Udah-udah, sini Afiza silahkan duduk. Kayfa haluki?".
"Alhamdulillah khayr Sin, kalian gimana?".
"Alhamdulillah". Jawab mereka kompak.
"Ih makin kompak ya kalian". Afiza terkekeh pelan.
**
Pukul 10:25, Gus Aidan bersiap hendak mengajar santri putra kelas 10, dengan mengenakan sarung hitam, baju koko berwarna putih ditambah dengan peci hitam polosnya sembari ia membawa sebuah kitab menuju madrasah pondok.
"Aidan... Sini dulu nak". Panggil abah Rofiq yang tengah duduk di sofa.
"Nggeh bah". Gus Aidan mendudukkan dirinya di sofa depan abah Rofiq.
"Jam kamu mengajar sudah mau mulai sekarang?".
"10 menit lagi bah, limadza?".
"Abah mau ngomong sesuatu sama kamu. Apa kamu mau mengambil alih kepemimpinan pondok ini?".
Belum sempat Gus Aidan menjawab, ummi Fatimah pun datang dan duduk di samping abah Rofiq. "Ummi harap kamu tidak menolak nak".
KAMU SEDANG MEMBACA
Uhibbuka Fillah Gus [END]
Novela JuvenilAfiza Nur Zahra, seorang santri yang sangat mengagumi Gus nya, Muhammad Aidan Ghazanfar. Putra dari seorang kyai besar pemilik pondok pesantren Al-Hamid. Gus muda yang paham agama dan cuek terhadap lawan jenis. Namun, seiring berjalannya waktu pera...