Hai Readers. Salam sayang dari Author.
Part kali ini campur aduk, buat pembaca author persilahkan kasih solusi buat mereka!
Happy Reading🍂
*
*"Maaf tante, ini semua bukan kehendak aku. Aku sama sekali nggak ada niat buat ngelukain Kanaya," ucap Dimas lirih, dirinya masih bersimpuh.
Tangan wanita paruh baya itu menyentuh pundak Dimas lalu membantunya bangkit.
"Tante tau Dim kamu sayang sama Naya, tante juga tau selama ini Kanaya acuh sama perasaan kamu. Tapi nggak seharusnya kamu ngambil kehormatan dia sebelum adanya pernikahan," wanita itu menatap mata Dimas dalam-dalam.
Dimas merasa hancur, dia sudah melukai perasaan wanita dihadapannya. Wanita yang sangat menyayangi Kanaya, yang tak lain adalah Tante Lina ibu nya Kanaya.
"Maaf tante, aku melakukan itu dalam keadaan tidak sadar." Dimas kembali menunduk, dia tidak mampu menatap wanita dihadapannya.
"Maksud kamu? Kamu mabuk Dim, sejak kapan kamu terjerumus kedalam dunia seperti itu. Kamu tau kan ini membahayakan Kanaya," tante Lina mengangkat dagu Dimas supaya menghadap padanya.
Dimas menggeleng,"Nggak tan waktu itu aku sama sekali nggak mabuk, ada seseorang yang memasukan obat perangsang di minuman yang aku minum," jelasnya.
"Obat? Siapa Dim, kenapa kamu nggak cari tau kenapa?" Tante Lina mengguncang bahu Dimas, dia mulai kehilangan kesabaran.
"Maaf tante," lagi-lagi Dimas mengulang kata maaf itu.
"Aku udah ada niat buat cari tau siapa dalangnya, tapi Kanaya ngelarang aku. Kalau samapai aku cari tahu dia bakalan gugurin kandungannya," lanjutnya dengan suara sedikit tercekat."Terus sekarang kamu mau kaya gimana Dim?" tanya Tante Lina, dia memijat pelan dahinya yang terasa pusing..
Dimas mematung, dia juga bingung harus melakukan apa. Ditambah Kanaya begitu menolak kehadirannya, lantas bagaimana cara dirinya memberikan tanggung jawab.
"Kenapa kamu diam Dim? Bukannya kamu mau bertanggung jawab," tanya tante Lina sinis.
"Iya tan aku mau tanggung jawab, sejak pertama aku melakukannya sudah ada niatan buat menikahi Naya. Tapi dia nggak mau tan, sejak berita kehamilannya pun aku kembali memohon untuk bertanggung jawab tapi..." Dimas menarik nafasnya kasar.
"Naya tetep mau Gibran yang nikahin dia," lanjutnya dengan perasaan kecewa.
Tante Lina tersenyum sinis,"Kalau itu kan kita semua udah tau, sekarang tinggal kamu yang perjuangin dia. Tante juga sudah denger kabar kalau Gibran menggelar resepsi kemarin, jadi nggak ada kesempatan untuk Naya berulah lagi."
"Tan aku bakalan berusaha bujuk Kanaya tapi tolong ya tante dan Om dukung aku." Dimas menjangkau tangan tante Lina, kemudian menggenggamnya.
"Tante lihat perjuangan kamu dulu," tante Lina melengos meninggalkan Dimas.
"Sabar ya Dim, sorry gue gak bisa bantu banyak." Ucap Gibran sembari merengkuh Dimas.
"Gue bingung Ran," lirih Gibran. Dia seperti seorang adik yang sedang mengadu pada kakaknya.
Kevin yang melihat pemandangan didepannya pun dibuat takjub. Dia merasa kembali pada masa SMA, dimana mereka bertiga selalu menghabiskan waktu bersama.
Kevin yang ikut tersentuh pun mulai mengikuti pergerakan Gibran merengkuh Dimas. Mereka saling menguatkan satu sama lain.
****
Di tempat yang berbeda Saski dan keluarga besarnya dibuat khawatir. Pasalnya belum ada satu orang pun yang mengabari tentang kondisi Kanaya. Dia harap-harap cemas, meskipun Kanaya selalu berbuat jahat kepadanya itu tidak menutup kemungkinan untuk Saski mengkhawatirkannya. Apalagi kini mereka tengah hamil dengan usia kehamilan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
GISAS || CEO Penakluk (END)
Random[ BUDAYAKAN VOTE SEBELUM BACA, JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BAB DI PRIVATE] WARNING ⚠️ ADA BEBERAPA ADEGAN 18+ 21+. **** Kabar buruk dari Bandung mengharuskan Saski kembali ke tanah air. Dimana tempat itu banyak menyimpan kenangan selama 18 tahun kehi...