05. Drama Pagi Hari

35 10 0
                                    

Bosan!!!
Itulah yang dirasakan Anara sekarang. Setelah diperbolehkan pulang sejak 2hari yang lalu, Anara benar-benar dimanjakan oleh kedua orangtuanya. Tidak boleh beraktivitas terlalu banyak dan sebagainya. Bahkan untuk mandi pun sempat-sempatnya mereka mengusulkan agar di temani bibi Jum pembantunya!!!!!.

Huhh!! Tipe-tipe anak yang benar-benar dimanjakan. Tapi Anara bisa memaklumi itu, bagaimanapun Anara adalah anak satu-satunya keluarga Adiyaksa dan satu-satunya penerus keluarga tersebut.

Seperti sekarang karena dia sudah tidak tahan hanya berdiam diri dikamar, Anara memutuskan untuk mencari udara segar diluar rumah, mungkin ke minimarket terdekat bukan ide buruk.

"Bi Jum... Yuhhuuu, Anara mau ke minimarket depan komplek ya bi." Teriak Anara kencang memanggil bi Jum didapur.

Merasa tak ada jawaban Anara memutuskan untuk langsung pergi saja, pasti bi Jum lagi pakai handset sambil mendengarkan lagu dangdut kesukaannya.

"Pak Asep.. Pak Asep" panggil Anara setelah sampai depan gerbang.

"Eh iya non, ada perlu sesuatu non." Tanya pak Asep yang keluar dari pos satpam kepada sang nona mudanya.

"Hayoo, pak Asep abis ngapain dipanggil panggil gak jawab. Abis tidur ya?" Ledek Anara

"Hehe.. Maaf non, abis pak Asep ngantuk banget abis begadang nonton bola." Jawab pak Asep dengan cengiran andalannya.

"Anara cuma minta dibukain gerbangnya ko pak, soalnya Anara bosen didalam rumah terus. Anara mau jalan kaki ke minimarket depan komplek."

"Haduh, jangan deh non. Nanti kalau bapak sama ibu tau nanti pak Asep dimarahin. Non kan baru sembuh." Tolak pak Asep, bisa habis dirinya jika membiarkan sang nona muda keluar rumah apalagi baru sembuh dari koma, mana izin jalan kaki pula.

"Bapak saja deh yang beli, non mau dibelikan apa memangnya?" Lanjut pak Asep.

"Aduh gak mau pak Asep, kalau bapak yang beli sama aja dong. Anara kan niatnya mau sekalian cari udara segar. Anara janji gak akan ketauan sama Mommy sama Daddy asal pak Asep gak bilang juga."

"Nanti aku beliin kopi deh gimna?" Tawar Anara sambil menaik turunkan alisnya. Mencoba bernegosiasi dengan sang satpam rumahnya.

"Hmm.. Gimana ya non." Balas pak Asep
"Tapi kalau kopi ditambah cemilan kayanya deal deh non." Lanjut pak Asep dengan cengiran khas andalannya.

"Dasar!!! Itu mah maunya pak Asep emang. Yaudah deh gak papa, buka gerbangnya ya pak."

"Siap... Hati-hati dijalan ya non."

"Siap pak." Setelah memberi tanda hormat Anara pun langsung melangkahkan kakinya keluar gerbang menyusuri jalanan dengan santai sambil menikmati udara pagi yang lumayan cerah pagi ini.

Sedangkan sang satpam cukup sedikit heran dengan tingkah sang majikan. Memang dia tau kalau sang majikan mengalami lupa ingatan, tapi dia tidak menyangka jika lupa ingatan bisa berdampak se positif itu terhadap majikannya.
.
.
Sampai di minimarket Anara langsung berburu cemilan kesukaannya, tanpa harus bingung memilih milih takut uangnya kurang, dirinya yang sekarang kan Kaya, jadi tidak ada salahnya kan sedikit berfoya.

Saat sedang asik mengantri, tau-tau ada seorang ibu yang langsung menyela antriannya.
"Bu gak tau maksud dari kata mengantri ya?" Tanya Anara kesal.

"Kamu anak muda tau apa? Lagipula saya sedang buru-buru." Lanjut si ibu
"Haduh, udah mas cepetan hitung belanjaan saya."

"Eehh gak bisa gitu dong Bu, saya duluan yang antri malah seenaknya ibu duluan yang ambil antrian saya. Mau buru-buru ke, mau gak buru-buru ke tetap aja tindakan ibu ini salah." Balas Anara, sudah kepalang kesal dia. Dan asal kalian tau Anara yang sekarang ini tidak mau mengalah apalagi dia tidak salah.

"Anak muda jaman sekarang gak sopan sama orangtua, emangnya kamu gak diajarin sama orangtua kamu yang namanya sopan santun hah?" Balas sang ibu tak mau kalah.

"Loh ko si ibu malah bawa-bawa orangtua saya sih? Disini ibu yang salah -."

"Udah ya neng geulis, ngalah sama ibu ini ya." Lerai sang kasir mencoba menengahi.

"Iya deh yang waras ngalah aja." Putus Anara.

"Jadi kamu ngatain saya gila?" Emosi sang ibu

"Ibu jika masih membuat keributan lebih baik tinggalkan minimarket ini." Potong sang kasir

Akhirnya sang ibu pun diam. Setelah sang ibu keluar sekarang giliran Anara membayar belanjaannya.

"Totalnya 628.000 ka." Kata sang kasir

Panik itulah yang Anara rasakan sekarang, bagaimana dia bisa lupa jika dia tidak membawa uang sepeser pun. Saking senangnya ingin cepat-cepat pergi keluar rumah sampai membuat dia lupa membawa dompet. Haduh mau ditaruh dimana mukanya sekarang jika habis berdebat dan berujung tak membawa belanjaan apapun.

"Mas.. saya lupa bawa dompet, gimana kalau saya tinggalin handphone saya disini? Ini handphone keluaran terbaru loh. Tapi izinin saya bawa belanjaan ini ya? Malu saya kalau keluar gak bawa apa-apa." Mohon Anara

Sang kasir menerima handphone yang diberikan Anara. Jika dilihat-lihat memang handphone tersebut keluaran terbaru, dan penampilan Anara juga mencerminkan dari kalangan berada. Namu sebelum sang kasir menerima tawaran tersebut ada yang lebih dulu menyela dirinya.

"Gabung sama belanjaan saya saja."

Anara tentu langsung menoleh pada seseorang dibelakang dirinya. Ya Tuhan!!! Ini mah malaikat nyasar namanya. Dibelakang Anara berdiri seorang lelaki yang tampan, ralat tapi amat sangat tampan. Dengan hidung mancung, tinggi atletis dan bibir yang sangat menggoda iman. Ditolong modelan kaya gini? Rezeki nomplok banget gak sih?

.
.
.
.
.
Next Chapter ➡️

___________________________

Yuk bisa yuk 1rb Votingnya AUTHOR tunggu ya....

700 komentar nya AUTHOR tunggu ya...

Mana nih suaranya kalau suka sama cerita ini...

Karakter yang kalian suka sampai sini siapa nih?

Anara Deolina Adiyaksa?

Atau

Fabian Tama Dananjaya?

Gina Harum?

Atau malah Erina Renjani?

Jangan lupa kasih Vote dan Komentar nya ya Guys....☺️
Happy Reading guysss... 💛

BIANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang