Setibanya di bandara, kami langsung bergegas mencari bang Jerry yang sudah berangkat duluan ke bandara. Kebiasaan bang Dean yang selalu ga bangunin Luna dengan alasan gak tega. Untung aja dia ga telat bangun, jadi masih ada waktu buat ketemu bang Jerry sebelum pesawat take off.
Ahh ya lupa. Kemarin malam, sehabis dari mall Luna langsung menyiapkan pakaian untuk nginap seharian di rumah Jerry . Ya, untuk temu kangen nya karena di mall tadi kurang puas. Sekaligus banyak hal yang ingin dia ceritakan ke abangnya ini.
Btw mereka sudah akur, dan ngapain juga lama-lama perang dingin? Toh ini cuma masalah sepele dan ga perlu dibesar-besarkan.
Setelah melihat diujung sana ada cowok yang outfitnya dari atas-bawah serba hitam, ditambah kacamata, topi dan masker yang menyerupai sosok abangnya, gadis itu berlari kencang lalu memeluk erat Jerry sambil mengomel.
"Lo tuh ya, dah gue bilangin kita pergi bareng malah ninggalin, ck!" gerutu gadis itu.
Jerry terkekeh pelan, satu tangannya mengelus pelan kepala gadis itu hingga rambutnya berantakan. Sungguh, berat rasanya meninggalkan adiknya disini. Rasanya belum puas berbincang karena baru kemarin mereka akur. Tapi kalau bukan demi misinya dia takkan mau kesana. Sama seperti Luna, dirinya juga merasa gak betah disana. Banyak hal yang mereka tutupin tapi ga berniat buat membaginya ke Dean.
Setelah dirasa puas berpelukan, Dean mencium kening adiknya lalu menatap tajam kearah Luna. "Jaga diri. Gue gak akan lama. Gue akan balik setelah keadaan membaik, dan kita bisa kumpul bareng seperti keinginan lo. Gue akan usaha mewujudkan keinginan lo yang belum terwujud. Kalau ada sesuatu jangan sungkan buat minta tolong ke teman gue. Apapun yang terjadi, kabari gue." Nasihat Jerry panjang lebar.
Gadis itu mengangguk patuh. "Lo juga janji ke gue. Kabari gue tiap hari. Kabari juga perkembangan mom disana. Maaf gue gabisa ikut. Sampaikan salam gue ke mereka. Kalaupun masalahnya gabisa selesai, gapapa. Gue udah gaberharap banyak untuk kembali ke rumah itu. Gue udah bahagia disini."
Setelah itu, Jerry berjalan kearah teman-temannya. Ah ya sekedar informasi, kemarin dia mengenalkan adiknya ke teman-temannya. Sontak mereka terkejut, gak menyangka Jerry punya adek cewe lain, karena setau mereka, dia cuma punya satu adek cewe.
"Gue titip adek gue. Lecet dikit gue gorok lu pada."
"Busettt, ngancemnya gada akhlakess." ucap Dion, salah satu teman abangnya yang punya lesung Pipi.
"Ngancem doang, kaga berani dia mah gorok temannya sendiri. Ya kan bro? Kita kan bestie poreper in lope-lope." balas Johar ga lupa dengan kedipan maut yang membuat Dean merinding.
"Bacot!" Lalu cowok itu meninggalkan temannya dan menuju Ferdo. Ahh, melihat cowok ini membuat dirinya harus ekstra sabar menghadapi sikap narsis cowok itu. Kalau bukan demi misi, gak akan mau dia biarkan Luna berada disampingnya.
"Gue mau lo harus jaga adek gue. Jangan sibuk foto aja. Muka Lo Masi kalah jauh dari muka gue."
Ferdo langsung berdecak, dan mematikan ponselnya. "Bacot Lo. Bilang aja iri."
"Gada gunanya gue iri sama modelan brandalan kayak Lo. Pokonya gue mau lo urus adek gue disini sementara gue jalanin misi disana. Untuk sekarang kita kerjasama, gue harap Lo ga bertingkah untuk saat ini."
Cowok itu hanya diam membiarkan Jerry mengejeknya untuk saat ini. Dan ahhh ya, dia baru ingat. Segera cowok itu memberikan alamat sepupunya, Viko ke Jerry. "Gue udah kirim alamat Viko ke Lo. Suatu saat kalau Lo butuh bisa datangi dia. Tapi kabar saat ini, sepupu gue lebih sering di rumah sakit tempat nyokap Lo nginap."
Jerry mengangguk paham, lalu mengucapkan terimakasih.
"Betewe, kalau usaha kita sukses, boleh lah ya gue pacaran lagi sama adek Lo?"
Sudut bibir Dean terangkat, menatap sinis ke arah Ferdo. "Silahkan. Kalau Lo udah siap mati ditangan gue."
TBC
AKU GATAU FEELNYA DAPAT ATAU GA.
PY READING XIXI.
SEE YOU NEXT PART
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...