06. Kiss?

35 9 0
                                    

Malu...
Itulah yang Anara rasakan sekarang. Masih teringat jelas tentang kejadian di minimarket tadi, Rasanya Anara sudah tidak ada muka jika harus bertemu kembali dengan lelaki tersebut.

FLASHBACK
.
"Gabung sama belanjaan saya saja." Ujar lelaki dibelakang Anara.

"Baik ka."
"Totalnya jadi 678.000." lanjut sang kasir

"Ini. Dan bisa tolong balikin Handphonenya?" Lanjut sang pria.

"Eh.. iya ka, ini handphonenya." Setelah sang kasir memberikan barang belanjaan mereka dan mengembalikan handphone Anara, sang lelaki langsung berbalik pergi meninggalkan minimarket tersebut.

Anara yang sedari tadi sibuk mengagumi ciptaan Tuhan pun tersadar dan langsung mengejar lelaki tersebut.

"Heyy.. Tunggu-tunggu." Teriak Anara sambil berlari. Namun entah kesialan dari mana atau karena belanjaannya yang terlalu banyak sampai-sampai Anara kesusahan berlari dan berakhir kesandung kakinya sendiri.

Dan bukannya mencium aspal jalanan dia malah berakhir mencium bibir pria didepannya.
Oke sekali lagi.. Mencium bibir pria didepannya!!! BIBIR PRIA DIDEPANNYA? OH GOD...

Mungkin karena syok Anara bahkan tak memisahkan bibirnya dari pria tersebut. Sampai-sampai pria itu duluan yang memisahkan bibirnya dari Anara.

"Hmm.. Maaf, maaf gw gak sengaja. Tadi, hmm itu, kaki gw kesandung." Panik Anara sambil meminta maaf.

"Aduh kenapa lo bodoh banget si Nar, udah di tolongin dan belum bilang terima kasih. Dan sekarang malah jatuh dan nyobain ciuman pertama lagi. Tapi bibirnya manis banget sih, kan gw jadi pengen lagi. Harusnya tadi gw panggut aja sekalian bibirnya." Ujar Anara dalam hati.
Stop it Anara, cukup berfikiran liar kawan.

"Kenalin nama gw Anara." Mengulurkan tangan Anara coba memperkenalkan diri.

Yang hanya pria itu sambut dengan mengernyitkan alisnya, tanpa berminat membalas uluran tangan dirinya. Anara yang tak kunjung mendapat balasan pun langsung menarik kembali tangannya. "Huh, untung ganteng." Ujar Anara dalam hati.

"Boleh gw minta nomor telfon lo? Biar nanti gw ganti uang belanja gw."

"Gak perlu." Setelah mengatakan itu pria tersebut langsung pergi meninggalkan Anara sendiri. Rasanya Anara tidak mau bertemu pria itu lagi, niat dia kan baik tapi kenapa dijawab sebegitu juteknya? Lagi pula anggap saja uang yang Anara pinjam itu sebagai kompensasi atas hilangnya keperawanan bibirnya, jadi mereka impaskan? Walaupun sebenarnya Anara juga menikmati ciuman tak sengaja itu.
.
FLASHBACK OFF

Saat Anara masih memikirkan itu tiba-tiba pintunya diketuk seseorang.
"Non, didepan ada non Gina datang berkunjung." Tanya bi Jum

"Suruh langsung masuk ke kamar aja bi." Teriak Anara dari dalam kamar.

Tak lama pintu pun terbuka menampilkan sosok Gina sambil membawa beberapa cemilan.
"My baby Anara yuhuu Gina yang cantik datang."
Teriak Gina.

"Hayo ngaku lo, dapet cemilan dari mana? Itu pasti cemilan gw yang didapur lo ambil kan?" Tanya Anara sengit

"Hehe, habis tadi didapur banyak cemilan jadi gw ambil aja deh, sayangkan kalau gak dimakan." Lanjut Gina sambil memasukkan kripik kentang kedalam mulutnya.

Sayang tak dimakan katanya? Huh!! Gina gak tahu saja jika karena cemilan tersebut dia harus rela menghadapi berbagai drama tadi pagi.

"By the way Nar, besok kan lo udah masuk sekolah, jadi sebagai sahabat yang baik, nih gw bawain buku catatan pelajaran biar lo gak ketinggalan." Terang Gina sambil menyerahkan buku catatan miliknya.

"Thanks ya Gin. Ada gunanya juga lo jadi sahabat gw."

"Dasar si kampret, gw mah selalu berguna emang buat lo, selama ini kemana aja? Eh iya kan sibuk ngejar-ngejar bi, bian, si babi." Ledek Gina yang langsung dapat lemparan bantal dari dirinya.
.
.

Anara kini sudah memulai kembali dengan rutinitasnya sebagai seorang pelajar. Dia mematut dirinya di cermin, cantik.. itulah kata yang cocok menggambarkan dirinya sekarang. Aneh jika rasanya seorang Tama menolak gadis secantik dirinya. Hey, bukannya terlalu percaya diri ya, hanya saja.. entahlah. Lagipula kenapa dia teringat Tama sekarang?

"Anara. Kamu bisa telat nak. Cepat turun kebawah lalu sarapan sayang." Intan datang mengingatkan Anara yang keasikan dengan pemikirannya.

"Oke mih, aku turun." Anara pun turun sambil berlari kecil.

"Mih, aku berangkatnya sama pak Anto?" Pak Anto adalah supir pribadi keluarga Adiyaksa. Kemarin dia sudah diperkenalkan kembali oleh orangtuanya mengingat Anara mengalami amnesia.

"Hari ini daddy kamu pinjam pak Anto dulu sayang, jadi kamu enggak sama dia." Intan menggeleng sambil tersenyum manis.

"Terus aku sama siapa mih? Apa aku berangkat sendiri? Tapi aku gak ingat caranya bawa mobil sama motor mih kalau nanti nabrak gimana?" Jawab Anara bingung, lagi pula ia tidak ingat jalan dari rumahnya ke sekolah.

"Bareng Tama sayang, biasanya juga hampir setiap hari kamu bareng dia kan."

"Hah? Apa mih?" Mulutnya ternganga lebar saking terkejutnya. Kenapa mesti Tama sih, lebih baik ia naik angkutan umum dari pada harus bersama seorang yang tidak menyukainya kan.

"Tama, sini sayang ikut sarapan." Sapa Intan ramah.

"Pagi Tante."

Mendengar suara tersebut, dengan kaku Anara memutar kepalanya lurus menatap orang tersebut. Jantung Anara berhenti sesaat kemudian kembali berdetak dengan kencang. Dia bisa melihat seorang pria tampan dan tinggi itu sedang menatapnya dingin.
SIAL.. siapa pun tolong bunuh Anara sekarang.
.
.
.
.
.

Next Chapter ➡️

___________________________

Aduh kenapa jantung Anara bisa deg-degan ya???
Apa kalian setuju kalau Antara sama Tama?

Yuk kasih Vote dan komentar nya di sini..

Author tunggu nih 2K votenya yaaaa 💛💛
Jangan lupa kasih Vote dan Komentar nya ya Guys....☺️
Happy Reading guysss... 💛

BIANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang