Bab 9

16 3 3
                                    

Cinta adalah satu kata yang sulit untuk diartikan. Jika ingin mengenalnya, harus siap berteman dengan luka. Dua kata itu berkesinambungan menimbulkan perasaan serta pikiran yang membuncah. Sedih dan senang berjalan beriringan. Tak perlu merasa ragu untuk memahami karena dibalik duka yang tersimpan di dalam cinta ada bahagia lebih nyata terasa.

Bagaimana cara mengetahui jika itu cinta atau bukan? Dengan menerima setiap keadaan batin sewaktu menghadapi apa yang sedang dirasakan. Perlahan-lahan hal itu membuktikannya.

Mungkin Kia sedang dalam fase memahami. Semua hal mengenai kegundahan itu ia telan bulat-bulat. Memilahnya dengan teliti agar ia mengetahui perasaan apa yang sedang ia rasakan pada pria yang beberapa hari belakangan mengusik pikirannya.

Bahkan Kia tak pernah berkenalan secara langsung dengan Kai. Kia mengetahui nama pria itu saja dari dokumen kesehatannya. Justru mereka bertemu karena sebuah peristiwa tak terduga. Bagaimana mungkin ia tertarik oleh pria yang bahkan belum seminggu ini ia jumpai.

Namun, melihatnya terluka, menangis hingga pria itu begitu rapuh saat ini, membuat hatinya seakan merasakan hal yang sama. Nyeri yang menyerang dada, menandakan ada sesuatu yang terjadi pada dirinya.

Bahkan percakapannya dengan Kai saat membujuk pria pemilik bulu mata lentik itu untuk makan, menyakiti hati Kia. Entah mengapa ia berucap hal yang tak sejalan dengan perasaan yang ia terima. Kia menarik napas panjang saat mengingat tak ada cara lain yang bisa dilakukannya. Kai mengabaikan semua hal yang berada di dekatnya. Hanya perihal 'orang itulah' yang mampu menarik ketertarikan Kai dari lamunannya.

'Orang itu' yang dimaksud Kia adalah wanita berkaki jenjang dengan rambut pirang bergelombang dan bentuk tubuh ideal yang beberapa waktu lalu datang mengunjungi Kai. Dugaannya tentang apa yang terjadi kepada pria itu, benar adanya. Penyebab utama Kai mabuk sampai kecelakaan yang menimpa Kai tak lain karena patah hati.

Menurut Kia, Kai begitu bodoh sampai berusaha mengakhiri hidup hanya karena cinta. Seharusnya pria dewasa seperti dirinya mempunyai pikiran yang logis. Dapat mengatur semua perasaan yang menghampiri. Bukan justru seperti ini. Kia sampai tak habis pikir dengan jalan pikiran Kai.

Namun, Kia terdiam. Pikirannya melayang pada perasaan yang ia alami saat ini. Apa mungkin dirinya juga bisa melakukan hal itu saat merasakan apa itu cinta?
Jika benar lebih baik ia tidak pernah ingin merasakannya.

"Kia, wali pasien yang sedang kau jaga mencarimu," ucap Fara yang membuat Kia tersadar dari semua pikirannya. Ia yang tengah mengaduk-aduk makan siang sambil sibuk berargumen dengan semua hal tentang Kai, menoleh menatap Fara.

Kia mengangguk kemudian bangkit dari duduknya sambil membawa nampan berisi menu makanan yang sama sekali tak disentuh olehnya. Kia berjalan keluar dari kantin rumah sakit menuju ruang rawat Kai dengan pikiran yang bercabang.

****
"Aku melihatmu menyuapi cucuku kemarin malam. Kai juga makan dengan lahap. Aku melihat semuanya," ucap Cassandra yang membuat Kia mengerutkan keningnya. Apakah ia akan menerima ucapan pedas dari wanita tua itu lagi? Bukankah seharusnya ia merasa lega?

"Iya, benar. Ada yang bisa kubantu, Nyonya?" ucap Kia. Nada suaranya masih sopan karena bagaimanapun wanita di depannya ini adalah orang tua.

"Aku meminta bantuanmu untuk selalu membujuk Kai agar mau makan. Dia selalu mengabaikanku." Sungguh hal yang tak terduga. Kia pikir akan mendapat omongan sinis atau dorongan seperti tadi malam. Namun, nyatanya tidak.

"Baiklah."

Jawaban singkat Kia membuat Cassandra terdiam. Ia melihat Kia yang berjalan menuju ranjang Kai lalu menatap piring makan siang pria itu yang masih penuh. Cassandra memutuskan untuk pergi. Ia benci melihat pemandangan di depannya ini. Bagaimana bisa ada orang lain yang lebih dekat dengan cucunya itu. Bahkan bisa membuat pria itu membalas tatapannya.

"Hai," ucap Kia sambil melebarkan senyumnya. Kai menoleh. Wajahnya masih terlihat sayu. Kesedihan tak dapat dibohongi dari sorot mata hijau pria itu.

"Kau ingin keluar jalan-jalan?" tanya Kia yang tidak mendapat respon apa-apa dari Kai. Lantas Kia berjalan keluar ruangan lalu kembali dengan mendorong kursi roda.

"Ayo kita keluar. Dengan syarat kau harus menghabiskan makan siangmu." Kai hanya diam tetapi ia menuruti Kia. Dengan sangat perlahan, Kia membantu mendudukkan Kai di kursi beroda itu. Kemudian ia meraih selimut untuk menyelimuti kedua kaki pria itu. Kia memposisikan tubuhnya sejajar dengan Kai. Ia menatap Kai dengan senyum yang tak pernah hilang sambil mengelus lembut jemari Kai.

"Setelah makan siang, kau harus minum obat. Kau ingin membantuku memegangi piring dan gelasnya?" tanya Kia yang lagi-lagi tak mendapatkan respon lebih dari Kai. Namun, tangannya tetap meraih piring makanan serta gelas minum itu lalu menyerahkannya kepada Kai. Beruntung pria itu menurutinya. Kia memutar tubuhnya ke belakang Kai lalu mendorong pria itu keluar kamar.

***
"Kalau ada yang membebani pikiranmu. Kau dapat berbagi denganku. Kau akan merasa lebih baik setelahnya." Ucapan Kia mengalihkan pandangan Kai yang sejak tadi hanya diam melihat banyak pohon rimbun di depannya. Pandangan Kai begitu sendu hingga Kia merasa sebagian hatinya tercubit nyeri.

"Ingin berteman denganku?" Kia mengulurkan tangannya seolah mengajak Kai berkenalan.

"Aku menyakitinya. Aku membuat dia menderita." Setelah lama diam, itulah kalimat pertama yang terlontar dari bibir Kai. Kia menurunkan tangannya lalu membungkuk di hadapan pria itu.

"Kau harus bisa memaafkan dirimu sendiri." Kia berjongkok di depan kursi roda Kai. Menatap pria itu penuh ketulusan dan memberikan kekuatan kepada Kai.

"Kau harus mulai menerima apa yang terjadi kepadamu. Hati dan pikiranmu harus tetap tenang. Jika kau terus meratapi kesedihan seperti ini, kau justru semakin kehilangan dia." Ucapan Kia sukses mengambil alih penuh pandangan Kai hingga hanya tertuju kepadanya. Pria itu terlihat seperti memikirkan apa yang telah kia ucapkan. Sorot mata Kai terlihat lebih hidup dari sebelumnya.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanya Kai yang tak mengalihkan pandangan sedikitpun dari Kia.

"Pertama kau harus pulih. Kau bisa melakukan apa pun setelah kembali sehat." Kia memberikan senyum manisnya pada Kai yang hanya di balas pria itu tatapan kosong.

Kia bangkit dari duduknya, lalu membawa Kai kembali ke kamar. Dalam keheningan perjalanan, wajah  Seza terbayang di pikiran Kai. Seketika perasaan bersalah bermunculan menghantui Kai. Kilasan demi kilasan apa yang telah dilakukan oleh Kai kepada Seza menyiksa dirinya.

Ngilu yang terasa di dada, semakin menggila. Namun, Kai sudah memutuskan. Ia akan menerima semua rasa sakit dan perasaan bersalah itu. Ini adalah hukuman yang pantas diterima Kai karena perbuatannya. Kai akan bangkit. Ia harus bisa mendapatkan Seza kembali. Entah bagaimanapun caranya.

Di dalam kamar Kai, Cassandra terduduk angkuh dengan segelas teh di tangannya. Pandangan mata kecil Cassandra begitu sinis saat melihat Kia dan Kai yang sudah kembali. Wanita itu bangkit dari duduknya mendekati Kai yang saat ini berbaring di ranjang.

"Granny tidak perlu menemaniku. Aku tak ingin Granny sakit," ucap Kai yang membuat wanita itu menatapnya tak percaya. Pasalnya setelah kejadian usaha bunuh diri, Kai seolah menutup diri dari siapa pun. Tak membiarkan siapa-siapa mencoba merobohkan tembok kokoh duka yang Kai bangun.

"Akhirnya kau bicara lagi dengan Granny, Kai. Granny benar-benar minta maaf kepadamu," jawab Cassandra sambil memeluk tubuh Kai dengan tangan keriputnya.

"Granny pulanglah. Ada Kia menemaniku di sini." Senyum bahagia yang sempat terukir di bibir Cassandra, memudar saat mendengar cucunya itu lebih memilih orang lain daripada dirinya.

Kia hanya bisa tertunduk mengutuk ucapan pria itu. Kini tatapan tajam dari Cassandra mengarah padanya. Pandangan yang mampu menembus tubuh Kia karena begitu nyalang.
Kia merasa kikuk, ia memilih untuk berpamitan. Sepeninggal Kia, Kai menatap Cassandra sendu.

"Tolong bantu aku temukan Seza, Granny."

****
Hai hai ...
Bab 9 udah update.
Kira-kira Kai sama Seza aja atau sama Kia ya??

Seza baik banget. Walaupun disakitin masih tetep bisa cinta sama Kai.
Kalo Kia?

Enjoy the story'
Happy reading.

My Auntumn (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang