34. Memaafkan

157 7 0
                                    

"Alhamdulillah, akhirnya misi kita kali ini berjalan dengan lancar.”

“Lo benar, Neo! Dan ini semua berkat pelayan di club ini yang mau diajak kerja sama untuk menjebak penjahat itu,” sahut Harry tersenyum.

Saat mereka hendak keluar dari club itu, ada seseorang yang memanggil Harry untuk mendekat ke arahnya. Orang itu adalah sahabat lama Harry di masa perkuliahan dulu, Harry menyuruh Neo untuk pulang terlebih dahulu karena ia akan menemui sahabat lamanya yang sangar dia rindukan.

“Weh, Aldo! Lo apa kabar?” sapa Harry bertos-ria ala lelaki dengan Aldo.

“Gue baik kok, lo sendiri gimana? Udah lama kita gak ketemu dan nongkrong bareng lagi, ke mana aja lo?”

“Biasalah, gue lagi sibuk banget.”

“Sibuk apaan tuh? Sibuk ngurus istri dan anak sampai lupa sahabat lama?” celetuk seorang pria yang baru saja sampai dengan seorang wanita berpakaian ketat di sampingnya.

“Gue masih belum nikah asal kalian tau!” tukas Harry.

“Lo serius? Ronald, lo yakin kalau si Harry belum nikah?”

“Nggak sama sekali! Mana mungkin seorang Harry Wellington belum nikah? Udah mapan, tampan, tajir lagi, masa gak ada cewek yang mau sama dia? Mustahil!”

“Kalau gak percaya yaudah, gue gak masalah.”

“Oke abaikan! Gimana kalau kita minum dulu nih? Udah lama kita gak minum bareng kaya dulu lagi,” ajak Ronald yang dibalas gelengan kepala oleh Harry.

“Kenapa Har? Tumben banget lo gak mau minum? Ayolah ... bukannya lo dulu paling suka kalau udah diajakin minum?”

“Sorry nih, bro ... gue udah gak pernah minum lagi sejak lulus kuliah!” tolak Harry lembut.

Namun, kedua sahabatnya terus memaksa Harry untuk minum bersama mereka. Karena tak tahan dengan paksaan kedua sahabatnya, akhirnya Harry pun mengalah dan langsung meminum minuman haram itu dengan sekali tegukan yang membuat kedua sahabatnya tersenyum puas.

Tanpa mereka sadari, minuman yang Harry minum akan membuat pria itu dalam masalah besar karena di dalam minuman itu telah tercampur obat yang bisa menjadikan Harry tak sadarkan diri.

Tiba-tiba saja, Harry merasakan tubuhnya memanas seketika akibat obat tersebut yang mulai bereaksi. Harry meminta izin untuk pulang terlebih dahulu karena ia merasa tubuhnya semakin tak terkendali, kedua sahabatnya pun langsung mengizinkan dirinya pulang karena memang hari sudah larut.

Sesampainya di markas, Harry berlari masuk ke dalam ruangan pribadinya untuk mendinginkan tubuhnya. Akan tetapi, usaha yang ia lakukan sia-sia saja, rasa panas itu semakin memanas hingga ia tak terkendali bak cacing kepanasan dibuatnya. Sesaat kemudian, Neo masuk ke dalam ruangannya tanpa menunggu jawaban dari Harry.

“Bang Harry, Melani kembali berteriak meminta dilepaskan untuk meminta maaf kepada Naira. Apa yang harus Neo lakukan kepadanya? Kita sudah .... ”

“Biar Abang yang urus wanita itu! Sekarang sebaiknya lo anterin gue ke sana!” ketus Harry kemudian berjalan sempoyongan ke ruang bawah tanah.

Neo melihat ada yang aneh dengan Harry saat ini, mengapa dia berjalan sempoyongan seperti itu? Apakah dia sedang mabuk? Akan tetapi tidak mungkin, karena Harry sudah berjanji kepada Alexa. Itulah hal yang terus dipikirkan oleh Neo.

“Ayo, Neo!”

“I ... iya Bang!”

Neo berjalan di belakang Harry menuju ruang bawah tanah, sesampainya di tempat menakutkan itu, Harry langsung menyuruh Neo dan penjaga lainnya membiarkan dirinya saja yang mengurus Melani.

I'am Back Indonesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang