41. Obat Hati🌙

45 8 0
                                    

"Rasanya baru kemarin kami bercengkrama saat pernikahan Mbakyu. Kenapa sekarang Prabaswara jadi begini?"

Sayup-sayup Prabaswara mendengar beberapa suara di sekelilingnya. Perlahan Prabaswara membuka matanya. Ia berada di ruangan yang sebenarnya familiar namun terasa asing. Ia mendapati tertidur dalam ranjang empuk, dikelilingi beberapa orang dengan pakaian bangsawan.

Astaga! Bagaimana bisa ia tidur di ranjang empuk?

"Akhirnya Dimas bangun."

"Tidak... saya tidak boleh tidur di sini." Prabaswara akan turun dari ranjang, namun berhasil dicegah Kenangkali.

"Dimas masih sakit. Istirahatlah dulu."

"Mengapa saya bisa berada di kamar mewah?"

"Ini kamarmu di Kembang Arum, Dimas," jawab Respati.

"Lalu, Kanjeng semua siapa?" Prabaswara tak luput memandangi lima pemuda beraura bangsawan di hadapannya. Pertanyaannya jelas membuat mereka berlima terkejut.

"Kau tak mengenalku, Prabaswara? Aku Arkananta, temanmu, sepupu istrimu sekaligus adik ipar kakakmu."

Meski bertanya-tanya, mereka memperkenalkan diri masing-masing seperti Arkananta.

"Tapi saya hanyalah orang biasa. Rasanya mustahil memiliki hubungan kekerabatan dengan Kanjeng sekalian."

Kenangkali menghela napas. Gelar Prabaswara memang dicabut, tapi tidak mungkin ia melupakan nama mereka begitu saja. Kesimpulannya, kakeknya pasti telah menghapus ingatan Prabaswara.

"Apa yang terjadi padamu, Prabaswara?"

Kenangkali menepuk pundak Arkananta, memberi isyarat agar tidak bertanya lagi. Toh Prabaswara akan sulit menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padanya.

"Sekarang Dimas istirahat saja, ya."

Hanya Kenangkali yang tetap tinggal dan menunggui Prabaswara hingga kembali terlelap. Keempat lainnya berpencar. Gentala kembali ke kamar yang ia tempati. Sementara Parikesit membuntuti Respati.

"Kangmas Prabaswara terlihat berbeda."

"Kau benar, Dimas. Kurasa telah terjadi sesuatu padanya. Gelar Dimas dicabut karena dituduh mencelakai kakaknya. Selain itu, ia diusir dari istana."

"Ya, maka dari itu ia memanggil kita kanjeng. Tapi anehnya, Kangmas Prabaswara melupakan nama-nama kita."

"Kalau menurut asumsiku, seperti ada yang menghapus ingatannya sebelum Dimas Prabaswara diusir dari istana."

"Kutebak ini pasti ulah kakek Kangmas Prabaswara," gumam Parikesit.

"Hei, jangan menuduh tanpa bukti, Dimas!" tegur Respati.

"Lantas siapa lagi, Kangmas? Kekuatan hebat semacam itu pastilah dimiliki oleh keturunan raja. Dan kata hatiku mengatakan kekuatan itu dimiliki Prabu Gandarwidura."

Parikesit hanya asal menduga, tapi jawabannya memang benar. Hanya tinggal menunggu waktu yang lainnya menyadari bahwa dalang di balik keanehan tingkah Prabaswara adalah kakeknya sendiri.

***

Kondisi Prabaswara mulai pulih, sementara Wulandari masih belum menunjukkan kemajuan berarti. Karena bosan hanya berada di kamar, Prabaswara biasanya menghabiskan waktu di taman, kemudian menyempatkan diri mengunjungi Wulandari sebelum beristirahat. Selalu begitu selama dua hari belakangan.

Kegiatannya di taman pun hanya berdiam diri atau memetik bebungaan untuk diberikan kepada Wulandari. Sebenarnya keluarga Wulandari khawatir dengan tingkah Prabaswara, namun mereka tidak berani mengusiknya.

Prabaswara [Complete√] ~ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang