[Cockpit View | 9:18 PM | after both engine lost thrust – Indiana Ocean]
“Mayday, Mayday, Mayday!” Claude setengah berteriak masih terus berusaha untuk menghubungi Air Traffic Controller Cocos Keeling Island walaupun sebenarnya sejak tadi tidak ada respon.
“Indonesia TWA -756 this is Air Traffic Controller Cocos Keeling Island," jawab suara di ujung sana dengan sama tegangnya.
“We lost thrust on both engine and now we are gliding now," kata Radean mengambil alih komunikasi sedangkan Claude mencoba untuk tetap membuat pesawat dalam kondisi normal tidak melewati angle of attack.
“What?!!! .... okay do you still want to try to land at Cocos Keeling Indonesia TWA -756?” Tanya ATC Cocos Keeling Island dari ujung sana.
“We are unable we may end up in the air, what about over to our right or left?” Tanya Radean mencoba tenang matanya tidak berhenti memastikan status fuel dan altitude mereka.
“Indonesia TWA - 756, off your right side is Christmas Islands turn right heading two thousand do you want to try?” Balas seseorang di ujung sana mencoba mencarikan solusi terbaik.
“Bagaimana menurut kamu Captain?” Radean bertanya dengan cepat.
“Let's try our best.” Jawab Claude tidak punya pilihan lain.
“Okay Indonesia TWA -756 heading to Christmas Island Airport for emergency landing.” Kata Radean tegas.
“Okay We will contact Christmas Island for an emergency landing set your frequency to 110.6 Indonesia TWA 756.” Perintah mereka.
“110.6 set Indonesia TWA - 756.” Jawab Radean mengkonfirmasi.
Claude yang tahu bahwa mereka mungkin tidak dapat mencapai Airport manapun dan tidak memiliki waktu banyak akhirnya memberikan pengumuman kepada seluruh orang yang berada di cabin passenger bahwa mereka mungkin saja akan mendarat di air.
Dengan begitu Flight attendant dapat bersiap untuk melakukan prosedur evakuasi land in water kalau mendarat di Christmas Island tidak lagi memungkinkan.
“Kita harus mencobanya ke Christmas Island, yang paling dekat. We can’t land it on water.” kata Radean kepada Claude.
“Ya benar, kita harus menghindari air. Kita tidak bisa berada di air,” ucapan Claude terdengar lirih, dia sebenarnya tidak yakin dengan ucapan nya sendiri.
Pesawat bermanuver ke kanan sedikit tajam, mengubah arah dari Cocos Keeling menuju Christmas Island dengan penurunan altitude sebanyak dua ribu per feet setiap menit nya sangat cepat.
“We just giant glider toward the drifting steadily down towards the ocean.”
Kalimat putus asa Algis tidak membuat Claude juga merasa putus asa, walaupun mereka hanya memiliki waktu enam menit sebelum jatuh Claude terus berusaha, berusaha semampunya untuk mencapai runway airport Christmas Island.
“We can make it, come on come on.”
Claude memegang yoke dengan erat, dia melakukannya seorang diri. keringat berjatuhan dari pelipisnya tapi itu bukan saatnya dia memikirkan hal itu.
“Radean can you give me a landing speed please we can make it!” Tanya Claude dengan kepada Radean yang memegang QRH Book.
“No engine, no flaps, ideal approach speed is one hundred and seventy knots we’re too fast.” jawab Radean dengan sangat khawatir mereka terbang sangat cepat dan tanpa mesin tidak ada yang dapat mengurangi kecepatan mereka sekarang.
“Okay get it saya paham.” Kata Claude mata pria itu terus melirik ke arah speed control panel terus memastikan kecepatan mereka.
“Christmas Island call TWA Indonsia 756 we have you on our primary radar, and clear to land. Emergency equipment standing by.”
Air Traffic Controller Christmas Island menghubungi mereka lagi untuk memberitahukan bahwa mereka sudah siap menerima TWA 756 yang terbang tanpa kedua mesinnya.
“Roger, we try to reach the runway!” Jawab Radean.
“No flaps only emergency brakes no spoilers no reverse thrust, four thousand feet one hundred ninety five knots.” Kata Radean mengingatkan, saat Claude terlalu sibuk untuk mengambil alih kontrol pesawat Radean terus memberikan informasi update mengenai kecepatan mereka.
Mereka diambang kritis, Claude aslinya sama khawatirnya kecepatan mereka sama sekali tidak berkurang dan ancaman hancur berkeping-keping di depan mata mereka. tapi dia tidak bisa menyerah tidak setelah apa yang mereka lakukan sejauh ini.
“Two thousand feet one hundred and ninety seven knots.”
Time ticking dan Claude benar-benar berpikir cepat dia hanya memiliki satu pilihan–segera mendaratkan pesawat ini– namun ia harus mencari solusi bagaimana mendaratkan pesawat ini dengan aman.
Baskara yang berada di sampingnya sibuk mencari panduan di QRH Book berusaha mencari solusi dari permasalahan mereka.
Claude melihat semua panel dan master cautions yang terpampang di layar. Boeing yang di kemudikan nya berdimensi lebar, dengan bahan bakar yang masih tersisa cukup banyak dan tanpa flaps atau spead break mereka akan terlalu laju di runway apalagi runway Christmas Island tidak terlalu panjang lebih pendek daripada Cocos Keeling Island Airport.
“Put the geers down,” Perintah Claude dengan suara tertahan.
”...”
“Geers down!” Ulang Claude, karena gak mendapatkan respon dari Radean ataupun Algis.
“Sial nose tidak aktif Captain.” kata Radean dengan panik.
"APA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome On Board | KTH
ChickLit[BREAKING] Pesawat The Wisaka Airlines, tipe Boeing B-777-300ER dengan rute penerbangan Perth-Jakarta di laporkan hilang kontak dengan ATC Perth International Airport di ketinggian 19900 ft pada pukul 7:10 pm Di atas Indiana Ocean. Diketahui TWA-75...