"Nosenya bermasalah!"
“Oh God! Can you fix it Algis! come on.” Kata Claude kepada Engineering On Board mereka.
“I Try!!” Balas Algis panik.
“Indonesia TWA- 756 will call Christmas Island there’s a possibility that we won’t have nose here!” Claude memberikan informasi kepada Air Traffic Controller Christmas Island dengan status kondisi mereka sekarang.
“Indonesia TWA 757 contacts Christmas Island!!” Ulang Claude lagi.
“...”
Tidak terdengar sahutan apapun dari Air Traffic Controller membuat Claude benar-benar tertekan, ATC saja tidak memiliki solusi akan permasalahan mereka jadi Claude bisa apa?!
Kalau pesawat mereka tidak mengalami Unstable Approach, dari sefl speed, descent rate, flight path lateral, vertical dan konfigurasi landing.
Claude bisa saja melakukan Go Around demi alasan keselamatan semua orang namun mereka sekarang dalam kondisi tidak normal dan harus melakukan landing segara dia harus segera memutuskan bagaimana mendaratkan pesawatnya apakah dia menunggu konfirmasi undercarriage dari tower atau mendaratkan nya dimana saja.
Namun, sejauh mata memandang yang Claude lihat hanya hitam, dia tidak tahu apakah itu air, tanah atau rimbun pepohonan, karena dia tidak memperoleh visual insight.
Kedua pilihan yang ada sama-sama memiliki presentase kegagalan yang tinggi jadi Claude benar-benar stress dan tertekan berat.
Mereka sama sekali tidak memiliki harapan!
“Vertical speed at two thousand feet per minute we’re going way too fast and the speed increasing two hundred three knots now!”
“Captain!!”
“Brace for impact.” Putus Claude pada akhirnya, dia tidak akan lagi menunggu undercarriage dari ATC. karena dia akan tetap mendaratkan pesawatnya apa pun yang terjadi.
“Touchdown in five, brace for impact.”
Umum Baskara kepada semua orang di passenger cabin dan sedetik kemudian seruan brace procedure terdengar bersahutan– diteriakkan oleh para flight attendant.
“Brace, Brace, Brace head down stay down, head down stay down! Brace brace brace!”
“I see rotating Beacon,” kata Claude
“Runway in sight!”
Baskara berkata saat mereka berhasil melihat runway yang di terangi lampu-lampu Airfield Lighting System yang sangat terang dan dari atas, di bawah tampak sangat riuh mungkin karena personil sudah di siapkan menyambut mereka.
“Okay I get it too.” Kata Claude mengkonfirmasi kalau dia juga telah melihat Runway airport, hal itu harus dilakukan agar tidak salah.
“Christmas Island call TWA-756 we get visual insight your nose is in positive position.”
Begitu ATC Christmas Island mengkonfirmasi bahwa nose mereka dalam keadaan baik Claude menghela nafas sedikit lega paling tidak dia dapat mengurangi benturan dengan itu.
“One thousand feet two hundred one knots.”
“Try to get nose up we will ride fast!” umum Claude kepada semua orang agar bersiap.
“Five hundred.” Sistem mulai menghitung, jarak mereka dengan terrain atau daratan.
“One hundred.”
Hitungan mundur telah dimulai dan Claude menatap ke depan dengan pandangan penuh kecemasan walaupun begitu ia berusaha keras untuk mengendalikan segalanya walaupun tahu bahwa mereka benar-benar terlalu laju di runway yang pendek.
“fifty.”
“fourty.”
“Thirty.”
“Twenty.”
“Ten.”
“Here we go!” gumam Claude saat undercarriage mereka menyentuh aspal Runway mengakibatkan pesawat mereka berguncang sangat keras karena benturan, dan melaju terlalu cepat di runway, seperti yang telah diperkirakan sebelumnya
“Maximum reverse thrust.” Kata Claude kepada Radean maupun Baskara, yang menjadi pilot monitoring.
Radean menggeleng, dan Baskara mencoba kembali namun tidak berhasil.
“Thrust Reverses!.” Ulang Claude lagi.
“Not working Claude!.” Teriak Radean.
Mereka melaju sangat cepat di runway, dan Claude tidak memiliki pilihan lain selain menginjak emergency pedals secara bertahap menghasilkan bunyi decitan yang cukup keras Claude sangat yakin roda depan mereka bergesekan dengan runway dan menghasilkan percikan bunga api, Claude hanya berharap jika percikan itu tidak membuat kebakaran karena tanki mereka masih tersisa setengah.
Mereka hampir di ujung runway dan Claude sudah bersiap dengan kemungkinan terburuknya–pesawat mereka kehabisan Runway dan kemungkinan benturan dan meledak ada di depan mata– ia sudah berpasrah.
“Claude.” Baskara dan Algis memanggil secara bersamaan karena panik.
“I know I know it!.”
Claude berteriak frustasi membalas Baskara, dia menginjak lebih dalam emergency pedals dan mereka memelan begitu ban depan mereka akhirnya tergelincir dari runway dan bergesekan dengan tanah menghasilkan guncangan yang juga sangat keras dan sialnya semua itu tidak berhenti di situ pesawat mereka belum benar-benar berhenti.
Claude dapat mendengar teriakkan panik dari cabin passanger bahwa ada kemungkinan ada bagian dari Fuselage aircraft yang terbakar karena team pemadam menyemprotkan hydrant yang luar biasa ke pesawat mereka.
Namun hal baiknya seiring dengan itu sedetik kemudian pesawat mereka mulai melambat dan benar-benar berhenti setelah keluar dari runway, Claude buru-buru menarik parking break dengan posisi setengah badan pesawat keluar runway dia menoleh menatap Baskara Radean dan Algis dengan senyum haru.
“Good we make it!”
Baskara yang ada di sampingnya juga berteriak senang melupakan kesakitan nya untuk sejenak, dia meraih mic.
“All passengers. On behalf of The Wisaka Airlines and the entire crew members on duty on this flight ... on board on this Boeing 777 - 300 ER I apologize you because we can not land in Jakarta Soekarno Hatta International Airport Indonesia tonight, but now we land at the Christmas Island International Airport The distance is 491 km from Jakarta. Ladies and Gentleman thank you for choosing The Wisaka Airlines member of Sky Team and we hope you enjoy the Flight thank you and now follow our crew instructions for evacuate NOW!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome On Board | KTH
Chick-Lit[BREAKING] Pesawat The Wisaka Airlines, tipe Boeing B-777-300ER dengan rute penerbangan Perth-Jakarta di laporkan hilang kontak dengan ATC Perth International Airport di ketinggian 19900 ft pada pukul 7:10 pm Di atas Indiana Ocean. Diketahui TWA-75...