Chapter 29

88 9 2
                                    


""Udah siap semua kan? nggak ada yang kurang?" teliti Hyunsuk.

"Udah siap sih, tapi masih ada yang kurang.."

"Kurang? snack? minum? atau apa?"

"Kurang Peluk hehe.."

"Saya kira apa Run.. sini.." ucap pria itu seraya membawa Aruna ke dalam pelukannya.

Aruna mengeratkan dekapannya pada Hyunsuk, aroma lembut parfum khasnya masuk perlahan ke dalam rongga penciumannya.

"Udah.. yuk.. keburu siang panas.." ajak Aruna seraya menggandeng lengan Hyunsuk ke arah mobil di depannya.

Kini keduanya memasukkan barang bawaan mereka ke dalam kendaraan.

"Bukannya pake seat belt malah liatin saya"

"Hehe.. pakein boleh?" pinta Aruna.

"Boleh.. kenapa sih.. manja banget hari ini" ledek Hyunsuk sembari mencubit pelan hidung wanitanya.

"Nggakpapa.. pingin aja, emangnya nggak boleh.."

"Boleh sayang.. boleh.., udah siap kan? berangkat sekarang ya..?"

Dianggukannya kepala wanita itu perlahan. Di sepanjang perjalanan Aruna sibuk memandangi wajah tampan suaminya yang sedari tadi sibuk menyetir. Senyumnya terukir indah dan manis, bahkan mengalahkan sinar mentari yang menembus kaca mobil yang dikendarainya.

"Belum puas liatin saya seharian kemaren?" goda Hyunsuk seraya mengacak surai hitam panjang Aruna.

"Belum.. hari ini kamu keliatan makin ganteng deh" goda Aruna.

"Apa? coba ulangi, saya nggak denger" goda Hyunsuk seraya meminggirkan kendaraannya.

"Hmm? kenapa berhenti?" bingung Aruna.

"Coba ulangi dulu yang tadi" bisik Hyunsuk tepat di telinga Aruna.

"Ulangi a-apaan si.. udah ah ayok jalan.." gelagap Aruna sedangkan kedua maniknya menyorot abstrak.

"Ihh.. say-" putus Aruna tatkala bibir Hyunsuk menyambar ranum miliknya.

Kedua hazel wanita itu membulat sempurna karena tindakan prianya yang secara tiba-tiba. Perlahan dirinya mengikuti irama lembut Hyunsuk hingga dirasa oksigennya menipis. Diputusnya tautan itu perlahan, kini pipi putih Aruna benar-benar memerah seperti tomat? atau bahkan kepiting rebus?

"J-jadi.. mau.. ja-jalan.. jadi.. ee.."

"Iya.. ini juga mau jalan, lucu banget si sampe ngomong aja lupa urutan SPOK" ledek Hyunsuk seraya mengecup singkat pipi kanan Aruna sebelum kembali menjalankan kendaraannya.

Dipacunya kendaraan tersebut dengan kecepatan sedang, suasana mendung membuat perjalanan terasa lebih syahdu. Jalanan yang tidak begitu ramai membuat Hyunsuk dengan leluasa mengendarai mobilnya dengan sedikit santai.

Sudah hampir dua jam lamanya perjalanan ini ditempuh, mungkin masih sekitar satu setengah jam lagi? untuk sampai pada tempat tujuan. Diperhatikannya wajah pria di samping yang terlihat sedikit khawatir, melihat dan merasa ada yang tidak beres Aruna berinisiatif untuk bertanya.

"Kenapa? kok kaya panik gitu?"

"Ng-nggakpapa kok sayang.. cuma ini kok remnya kaya ada yang salah ya.." jelas Hyunsuk, sebenarnya dirinya enggan untuk bercerita atau memberitahukan hal ini pada istrinya. Namun, wanita di sampingnya terlanjur menanyakan, apalah daya.

"H-hahh?? ada yang salah gimana? coba minggir dulu"

"Nggak bisa sayang.. ini nggak bisa di rem.. bentar ya.."

"Nggak bisa direm? tadi bukannya udah dicek ya.. kok bisa?? remnya blong ya? te-terus gimana?" panik Aruna.

"Bentar ya sayang.. bentar.. kamu tenang.. jangan panik.. ya.." ucap Hyunsuk menenangkan seraya menggenggam erat jemari Aruna.

Aruna membalas genggaman tangan prianya, jantungnya benar-benar berdegup dengan begitu kencangnya. Pikirannya sudah mengalir liar di dalam sana, air matanya mengalir perlahan. Sesekali dirinya menoleh ke arah Hyunsuk, dirinya benar-benar pasrah sekarang.

Bukannya memelan, justru kecepatan kendaraan yang sedang mereka tumpangi kini melaju dengan kencangnya.

"I-itu.. itu di depan.. ada.. ad-"

"Tenang ya Run.. ada saya di sini.."

"Runa takut.." isaknya sembari mengeratkan genggamannya.

"Ru-"

BRAKKKKKK....

"Ma-m..aaff.." satu kata terakhir yang sempat keluar dari bibir Hyunsuk sebelum memejamkan kedua matanya perlahan.

Derasnya guyuran hujan membuat genangan air menjadi lautan darah sementara, terlihat bagian depan mobil miliknya hancur menjadi beberapa serpihan yang tersebar di sepanjang jalanan yang basah.

Genggaman erat jemari mereka masih tertaut dalam derasnya air langit yang jatuh membasahi tubuh mereka. Hingga terdengar sirine yang beriringan mendekat perlahan memisahkan keduanya.

Jalanan panjang nan basah ini menjadi saksi bisu tragedi yang menimpa mereka di siang hari yang suram ini. Hari dan waktu dimana yang menjadi awal atau bahkan akhir dari kisah mereka yang baru.

Maaf.. maaf.. dan maaf.. satu kata yang tidak bosan-bosannya Aruna katakan, dalam terpejamnya kedua manik indahnya, dirinya memohon.. memohon supaya dirinya dapat menepati janji yang baru saja dibuatnya kemarin. Ingin, ingin sekali wanita itu berteriak, namun tidak bisa, sakit dan sesak.. begitu terus, lagi dan lagi.. rasa yang selalu berputar, muncul dan hilang dengan seenaknya. Apakah bisa? ucapnya, akankah? mungkinkah? namun, satu kalimat penutup yang pasti darinya, forgive me.








© Sereiaaya, 2022

BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim JunkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang